webnovel

episode 1

Walau kutahu kita tidak mungkin menjadi pasangan yang saling mencintai, tapi aku akan tetap bersamamu

~Sherin~

S E L A M A T M E M B A C A

Terlihat seorang gadis berambut panjang berwarna hitam sedang sibuk berkutat dengan kopernya yang super berat.

"Sherin cepatlah!" teriak sebuah suara dari dalam bus yang terparkir tidak jauh dari tempat gadis yang bernama Sherin itu berdiri.

Sherin mendongkak kepalanya melihat ke arah bus yang sudah siap berangkat dari tadi. "Huh!" desahnya kesal sambil menatap kopernya lekat, kenapa koper ini berat sekali!? pikirnya.

Dia akhirnya memutuskan untuk meninggalkan kopernya dan hanya membawa tas kecil berwarna merah yang melingkar rapi di bahunya. Dia bergegas naik ke dalam bus.

Sherin dan teman-teman sekolahnya sedang dalam perjalanan study tour di Alaska. Maklum saja sekolah tempat Sherin menimba ilmu adalah sekolah Internasional, jadi study tour seperti ini adalah kegiatan rutin. Sebenarnya Sherin tidak terlalu suka dengan tempat yang sedang ditapakinya sekarang, menurut Sherin tempat ini terlalu dingin dan minim sinar matahari.

Tidak beberapa lama rombongan Sherin sampai di sebuah tempat yang sepertinya tempat yang bersejarah. Mereka turun dari bus dengan tertip. Mereka kemudian dikumpulkan di depan sebuah patung. Pak guru terlihat sibuk menjelaskan tentang patung yang sedang berada didepan mereka. Namun lain hal Sherin, bukan mendengar penjelasan dari pak guru ..., dia malah sibuk memainkan handphonenya.

Dia menunggu telpon dari ibunya, dia menggerutu diri sendiri begitu menyadari bahwa ternyata di tempatnya berdiri sekarang sama sekali tidak memiliki sinyal. Sherin mengarahkan hand phone-nya ke atas berniat mencari sinyal. Dia mulai berjalan hanya dengan menggunakan nalurinya sebagai pencari sinyal hand phone! Matanya hanya terfokus dengan apa yang ada di tangannya sekarang.

Perlahan dia mulai berjalan lurus memasuki sebuah hutan yang terletak tidak jauh dari patung yang sedang dijelaskan oleh Pak guru. Menyadari bahwa temannya sedang berjalan memasuki hutan, Ryu langsung memangil Sherin.

"Hei jangan jalan jauh-jauh! Nanti kau tersesat!"

"Tenang saja! Bentar lagi aku kembali ...." Sherin hanya mengacuhkan peringatan temannya itu dan masih melanjutkan jalannya.

Sherin merasakan dia mulai masuk lebih jauh ke dalam hutan itu. Tapi dia tidak peduli yang penting dia bisa mendapatkan sinyal untuk menelepon ibunya.

Jauh ... semakin menjauh ... Sherin sekarang mulai sadar akan satu hal yang sangat penting.

Dia tersesat!

Sherin memukul dahinya menyadari kebodohan yang sedang dilakukannya. "Kau bego banget sih!" Sherin mulai memarahi dirinya sendiri.

Sherin tidak putus asa, dia masih terfokus dengan tujuan awalnya yaitu mencari sinyal! Menurutnya jika dia bisa menemukan sinyal di dalam hutan belantara ini, maka dia bisa menelpon temannya untuk mencarinya ... dan masalah selesai.

Dia berjalan lurus kembali dengan mata masih terfokus pada hand phone yang sedang diangkat setinggi-tingginya oleh tangan mungil Sherin.

Brukk!

Sherin mengaduh kesakitan sambil memegang dahinya yang mulai berubah warna menjadi merah kebiruan. Bagaimana tidak!? Dia baru saja menabrak sebuah patung lainnya. Kesan pertama pada patung itu adalah 'mengerikan!'. Sebuah sayap berwarna hitam terbuka jelas, mata yang menatap tajam, dan kedua tanduk yang berada di dahi menambah kesan mengerikan patung itu. Tapi ada sebuah kelegaan yang dirasakan Sherin, sepertinya patung ini adalah bagian dari monumen patung yang dijelaskan oleh Pak guru tadi ..., kalau begitu setidaknya dia tidak berjalan terlalu jauh ke dalam hutan 'kan? Sherin terus meyakinkan dirinya sendiri.

Sherin kembali melihat ke arah sekitarnya, mencari arah pulang yang harus dilaluinya. Namun yang dia lihat hanya pepohonan yang menjulang tinggi hingga menghalagi sinar matahari menerangi jalannya. Hanya ada sedikit cahaya yang berhasil menyusup dari celah-celah ranting kayu.

Sherin melihat ke sebuah pohon yang terletak di dekat patung itu. Pohon itu menjulang tinggi dengan banyak ranting yang membuat pohon itu terlihat rindang. Sempat terpikir dibenak Sherin untuk memanjat pohon itu guna mencari sinyal, namun dia urungkan. Pohon itu terlihat kurang aman untuk dinaiki.

Sherin memeluk dirinya sendiri dengan kedua tangan mungilnya. Angin dingin menusuk hingga ketulang. Dia baru menyadari bahwa suasana di sini semakin lama semakin dingin.

Dengan terpaksa dia akhirnya memutuskan untuk menaiki pohon itu. Dia kembali ke tujuan awalnya yaitu mencari sinyal! Dia mulai memanjat pohon yang menjulang tinggi itu. Butuh waktu sekitar 15 menit untuk Sherin sampai di puncak pohon tersebut. Dan perjuangan Sherin berbuah manis, di atas sini dia benar-benar menemukan sinyal.

Namun tidak lama, kesialan ketiga menghampiri Sherin! Sekarang hand phone mati, karena baterai hand phone-nya habis! Sherin mulai memarahi handphonenya sendiri ....

Gadis itu mendesah kesal! Sekarang dia mulai bingung tentang 'bagaimana caranya

untuk turun?!' Kenapa kesialan begitu sering menghampirinya hari ini? Apa salah Sherin hingga dia harus melalui saat-saat seperti ini? Pertanyaan seperti itu terus memenuhi pikiran Sherin.

Akhirnya dengan sedikit keberanian yang tersisa, Sherin memutuskan untuk turun dari atas pohon itu. Kaki dan tangannya bekerja sama untuk membantunya turun. Beberapa ranting telah dia lalui, bertanda bahwa jarak kaki-kakinya dengan tanah tidak terlalu jauh lagi. Dia mulai semangat! Setidaknya kesialan keempat belum menghampiri dirinya.

Baru saja dia berpikir bahwa kesialan keempat tidak akan menghampirinya! Sekarang bagai kecepatan kilat menyambar, kesialan itu telah datang. Kaki kanan Sherin menginjak ranting yang salah, ranting itu terlalu rapuh untuk menahan bobot tubuh Sherin.

"Akh!" teriak Sherin ketika tubuhnya mulai terjun bebas dari atas pohon itu menuju tanah.

Brukk!

Tubuh Sherin jatuh begitu saja menghantam sebuah benda keras yang terletak terlentang di atas permukaan tanah. Kepalanya menghantam benda keras hingga membuat cairan merah pekat keluar dari dahinya. Darah menetes dari dahinya hingga jatuh atas wajah sebuah patung. "Kenapa banyak sekali patung disini?!" tanya Sherin sambil memegang dahinya yang terus mengeluarkan darah segar. Patung yang ada dihadapan Sherin kali ini berbeda dengan patung lainnya. Patung itu terlihat sangat hidup dengan wajah patung yang terukir dengan sangat tampan! Mata patung itu juga terlihat menutup.

Sherin mencoba untuk bangun. Dia terus mengaduh kesakitan, dahinya tidak kunjung berhenti mengeluarkan darah segar. Dia mulai mencari sesuatu dari dalam tas merahnya. Sherin mengeluarkan sebuah sapu tangan bermotif bunga anggrek hitam. Dia meletakkan sapu tangan itu di dahinya mencoba untuk menghentikan pendarahan.

Sherin menguatkan dirinya untuk mulai berjalan, tidak baik terus berlama-lama disini, apalagi sekarang hari mulai gelap. Dia khawatir kalau ada hewan buas menerkamnya ketika gelap. Sherin mulai berjalan lurus.

Namun ada yang aneh! Sherin yakin dia berjalan ke depan ... namun jalan itu hanya membuat dia kembali ke patung tadi. Dia berjalan lagi dan terus kembali ketempat semula. Dia sepertinya hanya berputar-putar ditempat yang sama dari tadi.

Sherin tidak kuat lagi, kedua kakinya tampak tidak kuat lagi untuk berjalan bahkan hanya untuk menompang badannya saja kakinya sudah tidak sanggup. Sherin bersandar dipatung mengerikan tadi. Tampaknya Sherin tidak terlalu menghiraukan tampang mengerikan patung itu, menurutnya sekarang patung itu tampak menggemaskan. Dan itu membuktikan bahwa Sherin mulai menggila!

"Uwhaa!" teriak Sherin ketika merasakan ada tangan yang memegang bahu Sherin. Sherin langsung membalikkan badannya mencoba melihat siapa yang memegang bahunya begitu saja. Begitu kagetnya Sherin ketika menyadari bahwa yang sedang berdiri di hadapannya sekarang adalah seorang pria yang berwajah tampan, ralat sangat-sangat tampan! Hidung mancung, kulit putih, rambut hitam dengan sedikit gradasi warna hijau kebiruan, tatapan mata tajam yang membuat hati wanita manapun berteriak.

Sherin mematung di tempat. Dia tidak tahu perasaannya sekarang, hatinya campur aduk! Dia merasa takut seperti akan terjadi sesuatu dengannya, namun di sisi lain dia merasakan keuntungan setidaknya datang setelah kesialan menimpanya bertubi-tubi. Bagaimana tidak beruntung? Sekarang saat dia tersesat ada seorang pria tampan menghampirinya.

"Ka-kau siapa?" tanya Sherin

Pria itu hanya diam dengan tatapan dan ekspresi wajah yang sulit untuk diartikan.

"Terima kasih." Mulut Sherin langsung ternganga. Tidak mengerti maksud dari pria ini. Seorang pria asing datang menghampirinya, ralat seorang pria asing tampan datang menghampirinya dengan tatapan mata tajam, lalu mengucapkan terima kasih padanya dengan nada datar tampa intonasi apapun. Dan yang lebih tidak Sherin mengerti adalah, seingat Sherin dia belum pernah melakukan sesuatu yang membuat pria itu harus berterima kasih padanya.

"Un-untuk apa?" tanya Sherin canggung. Dia sebenarnya gak ngerti arah pembicaraan pria aneh ini. "Semuanya." Lagi-lagi jawaban tanpa intonasi dan nada datar yang terus terlontar dari bibir pria itu.

Sherin menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Hingga akhirnya aroma mint mulai tercium di indra penciumannya. Entah sejak kapan wajah pria itu sekarang sangat dekat dengan wajahnya. Pria itu mulai mendekati leher Sherin.

"Uwhaaaa!!!! Apa yang kau lakukan mesum!!!" teriak Sherin lalu mundur beberapa langkah. Dia menggenggam tangannya erat, bersiap-siap untuk meninju pria mesum yang ada di hadapannya sekarang.

"Kau berani padaku? Asal kau tahu aku ini sabuk hitam taekwondo dan aku pintar bermain anggar!"

Namun aneh! Pria itu hanya berdiri seperti tadi tampa berkutik sama sekali, wajahnya juga datar. Hingga sebuah kata keluar dari bibirnya.

"Half blood." Kedua alis Sherin hampir menyatu, keningnya berkerut tidak paham dengan maksud dari perkataan pria itu.

"Ma---" kalimat Sherin terpotong ketika ia mendengar dari kejahuan namanya dipanggil. Sherin menoleh ke arah suara, dia melihat dari kejahuan teman-temannya sedang mencarinya.

"Aku di sini! Lihat sekarang teman-teman ku datang! Siap-siap saja kau untuk ma---" Kalimatnya terpotong kembali ketika mendapati pria yang barusan berada tepat dihadapannya sekarang menghilang entah kemana?

"Lho?" Sherin menggaruk kembali belakang kepalanya yang tidak gatal. Dia terus memikirkan beberapa hal aneh yang terus terjadi padanya selama seharian penuh!

Kemana pria itu menghilang? tanya Sherin dalam hatinya. Dia langsung menghampiri teman-temannya yang sedang mencarinya. Tanpa dia sadari satu hal! Semua patung yang dia temui tadi hilang entah kemana tanpa meninggalkan jejak apa pun!

Lalu kemana semua patung itu hilang?

Dan bagaimana itu bisa hilang begitu saja bagain ditelan bumi?

Ini sangat aneh!

-TBC-