webnovel

BAB 27

Seminggu ini Rayna dan Vero disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Papa Rayna berniat memberikan kejutan pada Rayna. Jadilah Rayna dibuat sibuk sampai lupa pada hari ulang tahunnya. Vero beberapa kali ke kantor Papa Rayna membahas acara seperti apa yang akan dibuat oleh papa Rayna.

"Rayna belum tau kalau produknya akan launching bertepatan sama ulang tahunnya kan pa?" Tanya Vero.

"Belum. Papa berencana nanti acaranya di hotel."

"Kalau misalkan Kita pindah tempat gimana pa?"

"Dimana?"

Vero nanti hubungi teman kuliah Vero yang kebetulan jadi GM di 'Indah Mulia' Plaza. Kita sewa aula di lantai 1 yang biasa buat pameran, kita hias disana. Vero pikir cukup lah pa untuk karyawan disini. Jadi kita launching pun juga tempatnya pas karena tempat umum kan. Gimana pa kira-kira?"

"Keamanannya gimana?" Tanya Papa Rayna. Vero diam. Dia seperti tengah menimbang-nimbang sesuatu.

"Pa, sebentar ya, Vero telepon teman Vero dulu." Kata Vero. Lalu dia berdiri menjauh sedikit dari papa Rayna.

"Iya bro, gimana lu bisa atur kan?" Tanya Vero.

"...."

"Ok, thanks ya. Nanti setelah makan siang gue ke tempat lu." Kata Vero lalu menutup teleponnya.

"Gimana?" tanya Papa Rayna.

"Nanti Vero tinjau lokasinya ya pa. Katanya di sana ada tempat khusus untuk acara yang butuh space besar. Untuk EO dan doumentasi semua udah Vero siapin. Satria dan Dimas yang bantuin."

"Oke, Papa percaya kamu." Kata Papa Rayna.

Tidak berapa lama Rayna datang ke ruangan papanya.

"Hayoooo lagi ngomongin apa???" Rayna yang baru masuk ruangan mengagetkan dua orang itu.

"Rayna nguping pembicaraan papa sama Vero ya?" tanya Papanya.

"Engga. Tapi Rayna denger sedikit, Papa percaya sama Vero. Ngomongin apa sih?" tanya Rayna penasaran.

"Oh cuma ngomongin produk yang kamu bikin itu kok. Rayna harus latihan bicara di depan orang banyak ya, biar lancar ngomongnya pas ngasih sambutan. Bagaimanapun juga nanti Rayna harus bisa menggantikan papa." Kata papanya.

"Masih lama kali pa. Buru-buru amat." kata Rayna lalu duduk di samping Vero.

"Kalau launching produk kamu nanti, kamu yang harus ngasih sambutan." Kata papa Rayna.

"Iya iya pa, Rayna mau makan dulu ya pa? laper nih. Yuk Ver!" Ajak Rayna sambil menarik tangan Vero.

"Pa, Vero keluar dulu." Pamit Vero. Papa Rayna hanya mengangguk.

Rayna dan Vero makan siang di kantin kantor. Ada Anin juga yang udah resmi jadi karyawan di kantor papa Rayna. Mereka makan bertiga. Ada Andro juga ke kantin bersama karyawan dari divisi pemasaran.

"Mari bu Rayna!" sapa Andro dan rekan-rekannya.

"Oh, hai, sini makan bareng!" Jawab Rayna.

"Makasih bu, takut mengganggu." kata Salah satu karyawan. Vero menatap Andro sekilas pandangan mereka bertemu, Andro terlihat kesal. Vero malah menahan tawanya puas.

"Bareng ngga papa kok." Kata Vero.

"Kita ke meja sana aja pak. Mari." kata karyawan yang lain.

"Puas amat lu, Ver." Goda Anin. Dimas udah cerita antara Vero dan Andro yang sempat mau bersaing mendapatkan Rayna.

"Ngomongin apa?" tanya Rayna.

"Ngga kok. Anin aja yang ga jelas." Kata Vero sambil melirik Anin. Anin tertawa.

"Rahasia-rahasiaan ma gue ya?!" Protes Rayna.

"Ngga Rayn. Anin tuh ngeliatin gue dikira gue musuhan sama Andro. Gara-gara Andro sering komen di medsos lu kemarin-kemarin." kata Vero.

"Ada-ada aja." kata Rayna. Selepas makan siang, Vero langsung meluncur ke tempat temannya yang tadi dia telepon. Namanya Michael. Michael menjelaskan tempat-tempat yang nanti bisa di pakai Vero. Vero memvidio tempat itu untuk dikirimkan ke papa Rayna. Setelah papa Rayna setuju dan sudah bernego dengan Michael, Vero segera berpindah tempat mencari kado untuk Rayna agar ketika hari H nanti semuanya sudah siap. Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, Saatnya Rayna pulang kerja. Vero terjebak macet ketika akan menjemput Rayna pulang. Kantor Rayna sudah dekat, tapi mobil Vero terjebak ditengah kemacetan. Vero berusaha mencari celah ke tepi tapi hanya bisa maju sedikit sedikit. Vero kemudian menelpon Rayna.

"Dimana Ver?" tanya Rayna.

"Gue kejebak macet. Udah lumayan deket sih. Lagi berusaha bair bisa ke pinggir nih. Lu pulang sama papa dulu, gimana. Tanya Vero.

"Papa udah pulang daritadi. Anin juga udah dijemput Dimas tadi. Lagian mau telat jemput ngg bilang. Sampai mana sih emangnya? Tanya Rayna.

"Di dekat kantor damkar nih. Nggak jauh dari kantor Papa. Gue juga ngga nyangka bisa kejebak macet gini."

"Oh... situ. Gue juga lihat nih di depan kantor gila macetny. Gimana? gue jalan aja gimana? lu sebisa mungkin menepi jadi gue bisa naik."Kata Rayna sambil berjalan menuju luar kantor. Beberapa karyawan yang lewat menyapa Rayna. Rayna hanya balas dengan senyuman.

"Ini macet parah Rayn. Gue udah bisa nepi dikit-dikit kok. Lu jangan kemana-mana ya. Bahaya. Banyak banget kendaraan." Kata Vero.

"Ya udah gue tunggu di pinggir jalan doang. Ini karyawan dari kantor juga pada keluar. Ntar lu susah masuknya." Kata Rayna. Dia berpapasan dengan Andro.

" Belum dijemput? Mau bareng ngga,Rayna?" tanya Andro. Suaranya terdengar sampai telinga Vero.

"Siapa Rayn?" Tanya Vero.

"Andromeda. Boleh gue bareng dia?" Tanya Rayna. Vero membayangkan Rayna semobil dengan Andro, terjebak kemacetan. Bukan ide yang bagus!

"Nggak!" jawab Vero cepat.

"Sorry ya, Ndro. Gue udah dijemput. Udah deket katanya. Makasih tawarannya." kata Rayna sambil tersenyum.

"Ver, Gue jalan nih. Udah ngga papa toh di depan kantor doang." kata Rayna. Dia melewati pos security. Tiga orang security tersenyum menyapa Rayna.

"Dijemput bu?" tanya salah seorang security.

"Iya pak. Udah deket kok." Jawab Rayna. Rayna udah bisa melihat mobil Vero dari kejauhan. Sudah agak ke tepi. Rayna tidak fokus melihat jalan sampai tiba-tiba TINNN!! Bunyi klakson sepeda motor hampir menyerempet Rayna karena saking macetnya sepeda motor itu sampai menerobos masuk trotoar.

"Rayn!!!" Vero yang melihat kejadian itu sampai kaget dan berteriak dari mobil. Buru-buru dia menepikan mobilnya bagaimanapun caranya sampai Mobil lain membunyikan Klakson karena tiba-tiba Vero memotong jalan. Terlihat para security yang kaget meneriaki pengendara tersebut tapi dia kabur karena takut.

"Mari bu, saya bantu." Kata seorang security lalu membantu Rayna yang jatuh karena kaget jadi dia tadi tidak seimbang berdirinya. Security yang lain mengambilkan Rayna minum dan memberikan minum saat Rayna sudah duduk di depan pos security. Melihat mobil Vero menyalakan sein kiri security satunya lagi membukakan jalan agar mobil Vero bisa masuk. Vero menghentikan mobilnya setelah masuk di depan pos security.

"Rayna! Gimana? apa yang sakit?" Tanya Vero lalu bergegas melihat kondisi Rayna. Rayna tersenyum.

"Ngga papa Ver, Yuk pulang!" Rayna sedikit meringis Karena kakinya sempat terjatuh dari pinggiran trotoar. Vero langsung memapahnya masuk mobil. Kemudian menemui salah seorang security.

"Makasih ya pak udah nolongin Rayna." kata Vero.

"Sama - sama pak." jawab Security yang tadi menolong Rayna. Vero mengeluarkan tiga lembar warna merah.

"Ini dibagi bertiga ya pak. Nggak papa, ini rejeki jangan ditolak." kata Vero kemudian kembali ke mobilnya setelah security tadi mengucapkan terima Ksih.

"Rayn!" Panggil Vero.

"Ya?" tanya Rayna, dia melepas sepatunya karena merasa tidak nyaman.

"Maaf." Kata Vero lalu memeluk Rayna.

"Ver, gue ngga papa." kata Rayna menenangkan Vero dengan mengelus punggungnya. Vero lalu melepas pelukannya. Diambilnya sesuatu dari dalam laci mobilnya.

"Ah, syukurlah masih ada." Kata Vero yang ternyata mengambil plester lalu memakaikan pada Kaki Rayna yang lecet.

"Besok lagi jangan kemana-mana kalau gue belum datang!" kata Vero pada Rayna. Rayna mengangguk. Dia melihat betapa khawatirnya Vero padanya.

"Iya maaf udah bikin lu khawatir." Kata Rayna merasa bersalah. Vero menjalankan mobilnya mengantarkan Rayna pulang.

Sampai di rumah Rayna bahkan Vero masih saja meminta maaf pada orang tua Rayna karena tidak menjaga Rayna dengan baik.

"Udahlah Ver, ngga papa. Tadi juga lu udah nyegah gue keluar tapi gue yang nekat keluar. Ini salah gue yang ceroboh." Kata Rayna. Dia merasa bersalah kalau Vero terus begini.

"Iya, ini kecelakaan. Ngga ada yang disengaja. Kamu udah bikin papa bangga. Papa percaya kamu bisa jagain Rayna." kata papa Rayna. Malamnya Vero masih nanyain apakah Rayna sudah sehat atau belum dari vidio call. Sampai Rayna kesal dibuatnya.

"Kalau lu masih khawatirin gue, gue ngambek nih! Lu terlalu berlebihan khawatirin gue! Udah jangan jemput gue deh besok!" Kata Rayna merajuk.

"Iya iya maaf Rayn, Janji deh ngga khawatir lagi!" Kata Vero. Dia mencoba menetralisir rasa khawatirnya. Vero sungguh tidak ingin Rayna kenapa-kenapa. Melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Rayna hampir tertabrak sepeda motor saja jantungnya seperti mau copot.