Dayra berjalan di koridor sekolah lemas, hari ini rasanya dia tidak mau masuk ke sekolah karena tidak enak badan. Tubuhnya sedikit panas dan juga kepalanya sakit, tapi karena tidak mau berada di rumah Dayra akhirnya memaksa dirinya untuk masuk ke sekolah.
"Dayra nggak apa-apa?" Tanya Lukas yang langsung datang membantu gadis itu ketika melihat wajah pucat Dayra.
"Gue nggak apa-apa." Dayra menepis lembut tangan Lukas yang memegang bahunya, dia tidak nyaman.
"Dayra!" Gea keluar kelas dan langsung terkejut melihat Dayra yang berdiri di depan kelas mereka dengan wajah pucat.
"Yaampun, lo kayak orang mati tau nggak." Ujar Gea langsung membopong tubuh Dayra yang sudah lemas, "Kenapa sih, udah tau sakit malah masuk." Omel Gea lalu mendudukan Dayra di tempat nya.
"Gue nggak apa-apa Ge, ini pucet gara-gara gue pake bedak ketebelan." Ujar Dayra lalu tertawa, Gea hanya bisa menggeleng melihat temanya yang sepertinya tidak ada rasa sakit sama sekali.
"Sempet ya lo bercanda sekarang, udah pokoknya nanti ke UKS, gue nggak mau deh ada drama lo sakit atau apa di kelas." Ujar Gea dan Dayra langsung tersenyum, "Siap bos." Ujar Dayra lalu segera mengeluarkan ponselnya dan berselancar disana.
Sedangkan, di ruang guru Kai masih sibuk memindahkan data-data murid dan pusing dengan ponselnya yang terus bergetar. Kai mengambil ponselnya lalu melihat ibunya terus menelepon dirinya bahkan sampai seratus kali.
Kai menghela nafas lelah, ada apa lagi?
Kai mengangkat telepon dari ibunya dan suara sapaan indah dari Ibunya terdengar, Kai hanya tersenyum pahit.
"Pagiii, gimana hari-hari kamu sayang?" Tanya ibunya dan Kai langsung mengehela nafas lagi, "Baik." Jawabnya singkat.
"Kapan kamu akan pulang ke Korea nak? Disini Krystal sudah menunggu kamu, dia akan menunggu kamu sampai kamu pulang." Ujar ibunya lagi membuat Kai terdiam.
"Aku nggak akan pulang kalau ada dia." Ujar Kai tegas.
"Kalian akan menikah, jangan begitu."
Kai langsung merasakan kepalanya akan meledak, harus berapa kali dia bilang kalau dia tidak mau dijodohkan seperti ini?
"Aku tutup, kalau tidak terlalu penting jangan hubungi aku, aku sibuk." Ujar Kai lalu langsung menutup telepon itu, dia meletakkan ponselnya diatas meja dan langsung menatap sendu ponsel itu.
Sebenarnya dia sangat ingin pulang ke Korea, tapi karena Krystal membuat dirinya menjadi malas, entah Krystal seperti virus yang harus dia jauhi. Andai saja perjodohan ini tidak terjadi, pasti Kai tidak akan memandang Krystal seburuk itu.
"Pak Kai, sudah bel masuk, nggak mau ngajar?" Tanya Bu Bella dan Kai langsung tersadar, dia melamun sampai tidak tau kalau sudah bel masuk.
"Iya bu, terimakasih." Ujar Kai lalu langsung membereskan kertas-kertas nya dan pergi meninggalkan ruang guru.
Hari ini Kai ada kelas di kelas Dayra, dia dengan kepala yang serasa mau pecah itu masuk ke dalam kelas dengan kondisi yang sangat berisik.
"Pagi." Ujar Kai masuk dan semua anak tetap berisik, seakan tidak tau kalau Kai sudah masuk ke dalam kelas, Kai menaruh semua barangnya diatas meja. Semua anak murid ribut seperti di pasar.
Kai yang sudah pusing ditambah dengan anak-anak yang seperti ini membuat dirinya menjadi marah.
BRAK!
Kai memukul papan tulis dengan keras sampai semua anak langsung terkejut dan Dayra yang sedang tertidur langsung terbangun.
"Buta ya kalian ada guru di depan tapi kalian malah asik main-main nggak jelas dan ribut! Apa yang kalian ributin disana hah?!" Tanya Kai marah, semua anak-anak langsung terdiam dan kembali ke tempatnya masing-masing.
"Mau buat saya marah-marah? Sengaja iya?! Kalian semua ini siap belajar nggak sih?" Tany Kai dan semua anak-anak kembali diam.
Kai terdiam sebentar, menarik nafasnya panjang dan duduk di kursi. Dirinya tidak mau marah-marah dan seharusnya dia tidak marah seperti itu kepada murid. "Oke, sekarang kalian buka buku paket kalian." Ujar Kai setelah amarahnya mereda.
Semua anak murid sudah membuka buku paket mereka masing-masing, tapi Dayra hanya diam karena ternyata dia lupa membawa buku paketnya dan tidak tau harus meminjam kepada siapa.
Mungkin karena pusing dan tidak fokus dia jadi meninggalkan buku paketnya di rumah.
"Siapa yang tidak bawa buku paket?" Tanya Kai dan Dayra hanya bisa pasrah dan mengangkat tanganya.
Kai melihat Dayra yang tidak membawa buku paket, wajahnya tampak pucat, dia berdecak. "Kamu lagi?" Tanya Kai dan Dayra langsung menurunkan tanganya.
"Saya nggak mau marah-marah sekarang kamu keluar dan berdiri di lapangan, saya sudah capek nasehatin kamu terus." Ujar Kai yang entah kenapa langsung membuat hati Dayra terasa sangat sakit, dia langsung berdiri dan hendak keluar.
"Pak," Gea memandang Dayra berat hati, gadis itu sedang sakit dan Pak Kai tidak boleh memberi hukuman yang berat kepadanya.
"Kenapa?" Tanya Kai.
Dayra melihat Gea dan menggeleng pelan, meminta agar gadis itu ikut campur, Dayra tidak mau kalau Gea jadi kena omelan juga. "Saya izin ke toilet." Ujar Gea pada akhirnya dan langsung pergi keluar kelas.
Dayra menghela nafas dan melihat Kai, "Tunggu apa lagi? Silahkan keluar." Ujar Kai dan Dayra langsung pergi keluar kelas.
Gadis itu jalan menuju lapangan dan langsung ditarik oleh Gea, "Lo gila ya? Lagi sakit mau aja dihukum? Tinggal bilang aja lagi sakit." Ujar Gea dan Dayra hanya tersenyum kecil.
"Masalah pribadi jangan dibawa ke sekolah Ge, salah gue sendiri juga yang nggak bawa buku paket, ya harus kena lah gue hukuman nya." Ujar Dayra dan Gea hanya bisa menghela nafas.
"Sana masuk, nanti Pak Kai nyariin kemana anak muridnya di kamar mandi lama amat." Ujar Dayra dan Gea hanya menatapnya sedih, sebenarnya dia tidak mau meninggalkan Dayra dan lebih memilih menemani gadis itu, tapi karena Pak Kai jauh lebih menakutkan Gea memilih kembali ke kelas.
"Gue ke kelas ya." Ujar Gea dan Dayra mengangguk. Gea tersenyum lalu berlari kecil menuju kelas.
Dayra menghela nafas panjang dan berdiri di lapangan, sangat panas. Entah kenapa rasanya cuaca berubah sangat cepat.
Dayra terdiam sambil menahan kepalanya yang sakit, tapi dengan sekuat tenaga dia menahan dan berusaha berdiri tegap, dia tidak mau dianggap lemah oleh Pak Kai. Dia harus kuat.
Dayra bisa merasakan kepalanya semakin pusing dan juga dia sudah tidak kuat menahan tubuhnya sendiri. Berkali-kali dia ingin jatuh karena sudah tidak kuat menahan badan nya ditambah kepalanya sangat pusing.
Dayra sudah tidak kuat lagi menahan rasa sakit dan akhirnya dia jatuh ambruk diatas aspal.
Anak kelas lain yang sedang olahraga langsung berteriak karena Dayra pingsan, "Ehh ada yang pingsan." Ujar mereka.
Gea mendengar suara gaduh dari lapangan dan langsung berdiri, melihat ke jendela. "Pak itu rame-rame di luar ada apa?" Ujar Gea dan Kai keluar kelas mengecek apa yang terjadi disana.
"Dayra pingsan!" Teriak orang luar dan Gea langsung lari keluar kelas, dia berlari kencang menuju kapangan.
Kai yang melihat itu diam sebentar, lalu kemudian dia langsung berlari sekencang mungkin untuk sampai ke lapangan, bahkan laju larinya melebihi Gea.
"Angkut ke UKS." Ujar anak-anak yang memakai seragam olahraga itu.
"Biar saya saja yang bawa dia." Ujar Kai kemudian muncul di kerumunan semua siswa.