Penampilan Shabi kembali bagus dan menawan, cewek ini pun melanjutkan kegiatannya jalan-jalan di Mall mewah dan besar milik Athur ini.
Tidak banyak orang tahu tentang hal ini karena Shabi tak mau diperlakukan spesial.
"Nona Billa, Apa anda tidak lapar? Sudah dua jam lebih kita jalan-jalan dan anda belum makan apapun." Tanya Tomo terlihat bingung.
"Sebenarnya aku belum terlalu lapar tapi lebih baik tetap diisi." Shabi mengusap-usap perutnya.
Yosuke dan Tomo mempersilakan calon istri bos mereka memilih restoran mana saja sesuai keinginan Shabi.
Dan pilihan Shabi jatuh pada satu resto yang unik, yaitu seorang pengunjung akan ditempatkan satu meja dengan nomor yang sama yang dimiliki pengunjung lainnya.
Jadi meskipun ada sepasang kekasih makan disini mereka tak mungkin satu meja kecuali jika beruntung, fakta itu membuat Shabi ingin mencoba.
"Oh iya, kalian ikut makan juga ok.'" Kata Shabi lalu mengedipkan sebelah matanya dan melangkankan kakinya menuju restoran.
Saat Shabi makan kedua bodyguardnya untuk makan juga.
Setelah berdiri menunggu giliran akhirnya giliran Shabi yang mengambil bola dalam box tanpa melihat dan mendapatakan nomor 1.
Cewek itu pun mencari meja dengan nomor 1 ,tak butuh waktu lama menemukan meja incarannya.
Ternyata dia masih belum memiliki teman sebangku, mejanya hanya diisi olehnya seorang diri.
Tak mempermasalahkan hal ini Shabi mulai memilih dan memilah hidangan di table menu dan mengirimkannya pada bagian dapur.
Saat sedang duduk menunggu tiba-tiba ada seseorang duduk disamping Shabi, cewek ini pun menoleh ke arah seseorang itu lalu terkejut menemukan fakta bahwa itu adalah Guntur.
"Hei mantan, kita ketemu lagi kayaknya Tuhan mau kita bersatu lagi deh." Guntur tersenyum sambil mengibaskan kartu bernomor 1 ditangannya.
"Lo ngikutin gue?" Sahut Shabi terlihat bt sekaligus terkejut.
Dengan cepat Guntur menggelengkan kepala. " Geer banget , siapa ngikutin lo kayak nggak ada kerjaan aja. Gue ke sini bareng Felicia, kami baru tahu sistem restoran ini ngacak duduknya sesuai angka. Nah ternyata angka kita sama."
Beruntungnya jarak mereka berdua dengan kedua bodyguard Shabi cukup jauh sehingga mereka tak menaruh curiga. Posisi mereka berdua membelakangi kedua bodyguard Shabi dan felicia. Restoran sangat ramai pengunjung.
Guntur dengan santai memilah dan memilih hidangan.menekan tombol enter setelah selesai menentukan menu.
"Gimana kalo kita sharing makanan? kayak dulu."
"Apaan si, ogah." Tolak cewek itu tegas.
"Pelit banget." Guntur menjitak kepala Shabi.
"Bomat, kalo lo ngerasa kurang mending pesen lagi sana jangan sentuh makanan gue, Mantan!" Masih dengan sikap cuek cewek ini membalas perkataan Guntur, tak peduli diledek pelit.
Dalam hatinya Guntur merasa senang bisa kembali bertemu dan makan bersama setelah sekian lama.
"Ih..sakit tahu." Protes Shabi kesal dan menjambak rambut Guntur.
Guntur senang akhirnya bisa merasakan lagi moments kebersamaan dengan Shabi.
Dia kira selamanya mereka nggak bakal memiliki moments bersama lagi.
"Gimana kalo kita makannya lambat biar kita makin lama berdua?" Tanpa malu Guntur memberikan ide konyol itu.
"Nggak , gue laper dan mau makan cepet terus pergi, Lagian ngapain harus lama-lama sama lo disini? nggak ada faidahnya."
Mendengar perkataan Shabi , cowok itu tidak merasa marah sama sekali. Guntur malah merasa senang dan bersyukur karena Tuhan telah mempertemukan meraka disini. Makan bersama kembali setelah sekian lama.
"Ternyata bertahun-tahun nggak ketemu lo belum berubah banyak masih rakus dan pelit."
Shabi memutar kedua bola matanya. "Bomat."
Tawa terbentuk pada bibir Guntur sekarang. "Udah lama banget ya kita nggak punya moments kayak gini, ngobrol bareng, bercanda dan.."
Tiba-tiba dua orang pelayan membawakan pesanan mereka dan pergi setelah menyelesaikan tugas mereka.
Shabi masih dengan sikap cuek mulai memakan makanannya.
"Enak, rasanya mantul." Puji Shabi mulai fokus menghabiskan makanannya tampak acuh pada Guntur.
Mukanya terlihat senang selama menikmati hidangan.
Shabi masih tak berubah masih tak menawarkan makanan/minuman seperti dulu. kebanyakan cewek pasti bakal nawarin pacarnya buat nyobain makanannya bahkan sekalipun pacarnya sudah mempunyai makanan sendiri.
Tapi dia nggak pernah melakukan itu.
Anehnya Guntur tak marah apalagi jengkel jika Shabi melakukan hal itu.
"Btw, kita kayak kencan aja ya kalau gini?"
"Nggak ah, itu kan menurut lo." Shabi protes.
"Terus makan berdua kayak gini disebut apa?" Sahut Guntur mulai memakan makanannya dengan lahap.
"Tunggu jadi dulu saat kita makan berdua lo nggak anggap itu kencan?" Lanjut Guntur kali ini dengan mimik bingung campur kesal.
"Ya kencanlah." Balas Shabi singkat padat, menolehkan kepalanya sekilas pada Guntur sesaat dan kembali fokus pada makanannya.
Guntur jadi bingung sendiri. "Terus kok ngomong gitu tadi?"
Cewek cantik ini menghentikan kegiatan makanannya memasang mimik kedel. "Mending nggak usah bahas ini, nggak penting."
Kedua orang ini pun kembali fokus ke makanan mereka.
Hp Shabi yang terletak diatas meja berbunyi,pada layar terdapat nama Athur.
Bukan langsung menjawab Shabi malah sibuk menghabiskan makanannya, melihat hal ini Guntur merasa bangga karena saat mereka dulu masih berpacaran cewek itu cepat mengangkat panggilan masuk darinya.
"Btw,Apa yang buat lo pilih dia dibandingkan gue?apa karena lebih kaya raya?atau ganteng."
Shabi pun menjawab. "Gue nggak pernah pilih dia."
Jawaban Shabi bikin Guntur bingung.
"Lo ninggalin gue demi dia dan sekarang ngomong nggak pernah milih dia! Ngaco." Nada bicara Guntur mulai terdengar sarkastik.
"Bisa nggak kita nggak ngomongin masalah ini?yang ada kita ribut, gue males."
"Oke." Guntur pun setuju.
Selesai makan Shabi menelepon balik Athur dan Guntur hanya menyaksikan sambil makan.
*Ada apa!*
*Kenapa telepon aku nggak kamu angkat?* Nada suara Athur terdengar emosi.
Bahkan Shabi bisa mendengar suara gebrakan meja.
*Lagi makan,males ngomong.*
*Lain kali pas aku telpon cepet diangkat! Kecuali kamu mati, Ngerti!! Jangan pernah bikin aku kesal,marah apalagi murka kamu tahukan aku tuh gimana!!" Bentak Athur.
Suaranya bahkan bisa terdengar oleh Guntur saking nyaringnya.
Shabi menarik nafas dan menghembuskannya. Melihat hal ini Guntur merasa kehidupan Shabi tidak seenak seperti yang terlihat diluar.
*Ngerti.* Ucap Shabi singkat padat dan masih dengan sikap cuek.
Athur memutuskan mengakhiri panggilan teleponnya.
"Itu pacar atau bos mafia si? Galak banget, ngeri gue dengernya, Jangan-jangan kalo nggak nurut? Lo bakal dibantai lagi."Guntur menghardik bahunya.
Shabi mengambil satu buah telur gulung milik Guntur, memakannya.
Jelas ini membuat Guntur kesal.
"Kok lo ngambil telur gulung gue? mana tinggal satu lagi." Protes Guntur, mukanya terlihat kesal tak terima akan tindakan semena-mena sang mantan pacar.
Shabi tertawa. "Ih..cuma telur doang kok, lebay deh reaksi lo."
Guntur mengambil sisa minuman Shabi lalu menghabiskannya.
Kali ini Shabi yang kesal.
Sebelum cewek cantik itu protes Guntur meng copy paste kalimat dan gaya Shabi.
"Ih...cuman minuman doang kok, lebay reaksi lo." Cowok ganteng itu mengedipkan sebelah matanya dan tertawa puas.
Shabi melotot dan mengacak-acak rambut Guntur tak perlawanan dari ganteng itu kemudian mengambil minuman Guntur dan meminumnya hingga habis.
"Ahhhh...segerr." Shabi terlihat senang.
Guntur cuman menggelengkan kepala melihat kelakuan Shabi, cewek yang sampai detik ini masih dia cintai.