webnovel

KEKACAUAN DI FINIAS - BAGIAN 02 (01)

Kekacauan masih tidak berhenti. Hasan, Fadhel dan Krisna sudah harus menemui musuh-musuh mereka. Namun, kekuatan mereka masih tidak ada apa-apanya. Dalam artian, kekuatan musuh masih sulit untuk mereka bendung.

Fadhel bertemu dengan anggota Lucifer. Organisasi yang menggunakan percobaan Plantazel pada ras-ras yang ada untuk tujuan mereka. Penolakan dari Fadhel membuat anggota Lucifer harus menyeretnya dengan kekerasan agar mau menuruti mereka.

Krisna melawan Plantazel yang membuatnya terluka. Hal ini membuat dirinya kesulitan untuk bisa berdiri. Dia tidaklah menyerah dengan kepala yang tunduk lesu. Krisna bangkit secara perlahan dari tumpukan puing-puing rumah yang rusak dan mencoba untuk kembali bertarung dengan keadaan terluka. Dia masih belum habis.

Saat ini, Hasan harus menghadapi Evil Gamma yang muncul secara tiba-tiba. Evil Gamma adalah Plantazel yang istimewa dan pernah ditemui Hasan di hutan saat melindungi Firtania. Keadaannya kembali menyulitkannya. Apa yang dia lihat adalah hal yang harusnya tidak terjadi.

Firtania datang entah dari mana dan melindungi Hasan dari serangan Evil Gamma. Dengan wajah dan tubuh yang tidak berhenti gemetar, Hasan menyaksikan tubuh Firtania tertusuk oleh akar berduri yang dilancarkan oleh Evil Gamma. Hal itu membuat Firtania tidak berhenti mengeluarkan darah dari tubuhnya. Ini berada diluar prediksi Hasan sebelumnya. Orang yang harusnya dia jaga malah menjadi perisai baginya.

Waktu seakan berhenti sejenak bagi Hasan.

Akar berduri yang menusuk Firtania terlepas dari tubuhnya. Evil Gamma sengaja melakukan itu. Akibatnya, pendarahan Firtania semakin parah. Dia semakin tidak mungkin untuk ditolong lagi. Kematian bagi Firtania seakan sudah dekat. Di saat bersamaan, Hasan meraih tubuh gadis elf yang tak berdaya itu dan memeluknya dengan erat.

“Firtania! Bertahanlah!”

“Hasan...”

Dengan nada yang lemah, Firtania memeluk Hasan dengan segenap tenaga yang tersisa. Air mata pun membasahi pipi Firtania secara perlahan. Hasan juga tidak mampu menahan air mata yang sama. Ini merupakan momen yang akan merajut kesedihan di antara mereka berdua.

“Firtania, kenapa kau....melakukan ini...?” Kata Hasan dengan wajah dan ekspresi sedih.

“Bukankah itu....sudah jelas? Kalian adalah....penyelamatku...” Firtania membalasnya dengan sedikit senyuman di wajahnya.

“Apa kau tahu....Fadhel sedang mencarimu? Bos juga sedang berjuang....menyelamatkan tempat bernaungmu....”

“Aku tidak....tahu itu. Jika orang-orang seperti kalian....mengkhawatirkanku.....aku sangat senang...”

Keduanya tidak mampu membendung kesedihan. Meskipun Firtania mencoba merias wajahnya dengan senyuman yang indah, tapi perasaannya tidak mampu membendung segala hal yang ingin dia utarakan. Baginya, Hasan, Fadhel dan Krisna adalah orang-orang yang berjasa dalam hidupnya.

“Kau tahu....aku adalah....seorang anak yang kesepian. Namun, saat pertama kali...bertemu dengan ayahku....aku sangat senang...aku senang sekali! Itu adalah....momen yang tidak bisa...aku utarakan kepadanya....aku sangat menyayanyinya!”

“Firtania...”

“Aku tidak pernah...merasakan kasih sayang yang baik...dari Kerajaan Finias....sebelum bertemu ayah! Aku berusaha...berusaha....dan terus berusaha untuk bisa....menjalani hidup yang damai....bersama ayah...”

Hasan sudah tidak sanggup lagi.

Dia semakin mempererat pelukannya sembari membayangkan keberadaan dan kebaikan Krisna sebagai ayah tiri dari Firtania.

“Aku tahu yang kau rasakan! Bos adalah....sosok yang luar biasa! Dia orang yang hebat dan membantu kami!”

“Ah, syukurlah....Ayahku memang hebat....Begitu pun dirimu....Hasan...”

“Apa yang kau katakan? Dibandingkan denganku, Bos itu jauh di atasku.”

“Tidak perlu...merasa malu, Hasan. Kau dan Fadhel....membantuku saat berada....di hutan....Aku sangat senang....bisa bertemu orang dari ras yang sama...dengan ayahku...Aku sangat berterimakasih pada kalian....”

“Aku tidak mengerti dengan apa yang kalian bicarakan,” Kata-kata dari Evil Gamma keluar dan memotong pembicaraan mereka.

“Kau...!!”

“Habisnya, kalian membicarakan hal tidak penting di saat genting seperti ini. Apa kalian tidak punya rasa malu? Aku tidak mengerti dengan apa yang gadis elf itu katakan. Dia hanyalah penduduk yang membicarakan hal bodoh di saat kematiannya.”

“Diam....”

“Selain itu, kau harusnya memiliki pendirian tegar, Hasan. Kau adalah [Great Hero Dyne]. Kau adalah orang terpilih yang akan menjadi pahlawan terbaik dari masa sulit. Tugasmu adalah melindungi dirimu sendiri dan bertarung demi apa yang kau anggap benar. Jika kau menangis menyedihkan dengan cara bodoh sembari memeluk gadis elf yang akan menghadapi kematiannya, maka kau sudah dianggap buruk.”

“Evil Gamma....!”

“Organisasi Lucifer seharusnya sudah pasti ada di balik kemunculan Plantazel ini. Jika mereka mulai bergerak, maka posisimu di sini akan dalam bahaya, terutama Fadhel. Kalian hanyalah orang-orang yang sempit akan aturan bertahan dan hidup. Aku tidak ingin menjadi beban bodoh seperti itu. Kau punya potensi yang luar biasa. Sebagai seorang [Great Hero], kau tidak sepantasnya menangisi seorang gadis yang akan mati. Anggap saja itu seperti—”

“Diam!!!!!”

Hasan mulai marah. Dia tidak mampu membiarkan apa yang dikatakan oleh Evil Gamma yang menjelek-jelekkan dirinya dan Firtania. Sembari memeluk dan berlinang air mata, Hasan menatap Evil Gamma dengan tatapan seperti sosok penuh amarah. Dia tidak bisa membendungnya. Dengan [Mald Arrow] yang masih dia genggam dengan erat, dia tidak akan menyerahkan apa yang dimilikinya pada Evil Gamma.

“Kenapa kau marah, Hasan?”

“Tentu saja aku marah, Plantazel sialan! Beraninya kau mengatakan hal buruk pada Firtania! Gadis ini adalah seorang pahlawan yang lebih baik dariku! Dia adalah orang yang mau mengorbankan raganya padaku! Jika kau menyentuhnya lagi, maka kau akan kuhabisi! Aku akan membunuhmu! Pasti dan akan kulakukan!” Amarah Hasan meluap-luap.

“Tidak terlalu buruk. Meskipun tatapan itu terlihat menyedihkan, potensimu bisa menjadi lebih baik dari sekarang. Aku akan melepaskanmu saat ini. Namun, kau harus terus berkembang dan temui aku saat kau siap, Dyne...”

“Aku pasti akan menemui dan membunuhmu!”

Dengan balasan seperti itu, Evil Gamma berbalik dan melompat jauh dari tempatnya semula.

Evil Gamma lenyap dari sana dengan cepat.

“Has....an....”

“F-Firtania! Maaf! Aku....”

“Sudahlah...lagipula, aku tidak....akan selamat....”

Hasan mendengar kalimat yang menusuk hatinya. Itu adalah kata-kata menyedihkan dengan bekas luka yang tidak akan pernah sembuh bagi Hasan. Dengan demikian, perjalanan Hasan harus kembali dimulai dengan pengorbanan.

“Firta...nia....Aku tidak bisa! Aku tidak bisa membiarkannya!”

“Hasan...tolong sampaikan....pada ayahku...”

“Apa yang kau kataka—”

“Maaf....Maafkan aku, ayah....Aku tidak bisa....hidup lebih...lama lagi...Kumohon, jadilah orang yang hebat....Sosok yang mencerminkan...bahwa kau adalah ayah terbaik untukku....Ayah, terimakasih atas segalanya...Aku...aku....sayang padamu...” Perkataan dari Firtania tidak mampu menahan air matanya lebih banyak hingga senyumannya menghilang.

Hasan merasakan perasaan yang sama. Kesedihan yang diberikan pada Firtania dengan alunan kata itu. Semua itu membuat Hasan ikut meneteskan kesedihan.

“Hasan.....terimakasih telah menyelamatkanku....Kau adalah...orang yang hebat....Andai aku masih bisa bernapas lebih lama....aku hanya ingin....menghabiskan waktuku bersama...kalian semua....Maaf....Maafkan aku....Aku membuat kalian....kecewa....”

“Itu tidak benar....Kau sudah berjuang, Firtania! Kau adalah orang yang memberi kami tempat menemukan Bos! Kau jugalah yang tidak meragukan kami....Kau adalah orang yang hebat...Sejujurnya, aku tidak bisa apa-apa...”

“Begitu, ya.....Terimakasih, Hasan....Se...lamat...ting...gal....”

Tubuh Firtania berhenti. Seluruh badannya berhenti. Napasnya sudah berhenti. Pelukan yang diberikannya pada Hasan mulai melonggar dan lepas. Hasan tidak sanggup menahannya lebih lama. Dengan wajah kosong dan pandangan kosong, Hasan melepas tubuh Firtania.

Tubuh Firtania yang bersimpah darah yang tidak berhenti mengalir dari tubuhnya perlahan ambruk. Tubuhnya terjatuh di samping Hasan dengan ekspresi tersenyum. Meskipun tubuhnya masih diselimuti darah dan pipinya berlinang air mata, tubuh Firtania sudah bebas dari dunia ini. Akhirnya, perjalanan Firtania sudah berakhir. Dia telah menjadi korban. Hasan tidak bisa mempercayainya. Dengan menatap tubuh Firtania yang telah mati, Hasan kembali tenggelam dalam kesedihannya dan berteriak dengan keras.

Perjalanannya harus memakan korban dari orang yang tidak ingin dia lihat kematiannya.