webnovel

Surat wasiat 1

Sebuah mobil mewah memasuki pekarangan rumah yang terbilang sangat luas. Dengan pohon yang berjejer disepanjang jalan, memberikan kesan sejuk bagi orang-orang yang melewatinya. Disamping kanan kirinya terdapat taman yang luas, dimana salah satunya terdapat patung air mancur besar yang kokoh juga megah menggambarkan Keluarga Grissham yang memang terkenal dengan kemegahannya dan kekayaannya tak akan habis hingga 7 turunan bahkan 10 turunan. Wajar jika pekarangannya saja setara satu kavling rumah. Dari kejauhan terlihat seseorang dengan setelan rapi berjas telah menanti kedatangan seluruh cucu alm kakek John Grissham.

Mobil berhenti tepat didepannya dan pintu dibuka oleh salah satu pelayan, dua orang yang merupakan salah satunya cucu sang kakek dengan istrinya keluar perlahan. Segera saja pria berjas yang adalah sekretaris pribadi keluarga Grissham telah sejak lama beserta para pelayan yang berdiri di belakang sang sekretaris membungkukan badannya memberi sambutan hangat.

"Selamat datang tuan Aldrian dan Nona Jihan."

"Oh ya terimakasih sambutannya paman Bill. Apa Kabar paman, kau terlihat sangat muda. Oh Apakah kami orang pertama?" Tanya Jihan lantaran ia merasa rumah masih sangat sepi, tidak ada suara kehebohan apapun dari sepupu Aldrian, rasanya agak aneh mengingat kalau mereka sangat berisik jika sudah bersama.

Paman Bill terkekeh mendengar pertanyaan beruntun dari Jihan "Saya baik nona, dan Ya Nona, baru anda dan tuan Aldrian yang datang" jawabnya, kemudian Paman Bill mengantar keduanya ke ruang tamu yang tidak perlu di deskripsikan dengan panjang. Hanya tiga kata kunci untuk menggambarkan suasana disana, putih, mewah dan luas. Menanggapi jawaban sekretaris, Aldrian mengangguk mengerti, namun karena ruang tamu yang terlihat lenggang juga, ia jadi bertanya-tanya dimana neneknya, karena ia pikir, saat ia dan Jihan datang neneknya sedang duduk menunggu kedatangan para cucu. Aldrian ingin bertanya namun Jihan lebih dulu melakukannya

"Lalu dimana nenek?" Tanyanya lagi, Aldrian menghela nafas, semenjak menikah dengan Jihan, ia jadi semakin irit bicara karena istrinya yang cerewet selalu mendahuluinya.

"Sedang didalam kamarnya nona. Nenek baru akan turun jika semuanya sudah datang"

"Oh jadi paman akan memberi tahu nenek jika semua datang? Baiklah aku mengerti" pria itu lagi-lagi menghela nafasnya gusar, Aldrian benar-benar tidak diberi kesempatan untuk bicara.

"Apa? Kenapa? Kok menghela nafas seperti itu? Kok menatapku seperti itu?"

"Tidak ada!"

"Bohong!!! Wajah datarmu mengatakan semuanya Al"

"Wajahku memang seperti ini sayang." Kata Aldrian berniat mengakhiri konversasi yang membuat kepalanya pening seketika, namun lain dari ekspetasinya, Jihan dan juga Paman Bill menganga besar karena merasa asing dengan kalimat yang dilontarkan Aldrian dan justru semakin membuat istrinya heboh, Jihan menepuk-nepuk wajah suaminya beberapa kali, guna menyadarkan Al barangkali pria itu kerasukan sesuatu.

"Huhuhu Aldrian, kembalikan aldrian. Siapapun yang didalamnya keluar!"

"Aduh bodoh!! Kau pikir aku kerasukan" ucap Aldrian seraya melepaskan dirinya dari Jihan, telunjuknya mendorong kening Jihan ke belakang. Meski mendapat toyoran dari Al, Jihan malah menghembuskan nafas lega.

"Nah itu baru suamiku!"

Paman Bill terkekeh melihat pertengkaran kecil mereka yang terbilang sangat sering terjadi. Ia jadi teringat saat keduanya memutuskan menikah, sebagai orang asing yang telah tinggal lama, dan mengetahui semua sifat keluarga Grissham ada perasaan khawatir dengan hubungan mereka, mengingat sifat keduanya yang bertolak belakang, Jihan yang cerewet dan ceroboh sedangkan Al yang sangat tenang dan pemarah ternyata bisa menjalin pernikahan hingga bertahun-tahun. Ah tapi jika dipikirkan bukankah mereka pasangan serasi? Mereka bisa mengisi kekurangan masing-masing. Aldrian yang hidupnya terlalu biasa dan monoton membutuhkan sosok Jihan yang mampu menghidupkan suasana rumah dengan keceriaannya.

"Tuan dan Nona ingin minum apa?" Paman Bill mencoba melerai keduanya.

"Tidak usah paman, Aldrian bisa ambil sendiri"

"Kalau begitu ambilkan minum untuku" pinta Aldrian kepada Jihan.

"Loh kok? Tidak mau aku lelah...."

"Paman bukankah? Seorang istri harus melayani suaminya? Gimana nih? Nasibku buruk sekali punya istri durhaka!!" Meski bertanya kepada Paman Bill, Pandangan Aldrian tertuju kepada Jihan.

"Hehe Al emang suka bercanda gitu.. jus jeruk dingin saja ya paman, itukan kesukaan Al suamiku yang baik hati dan juga tidak sombong." Kata Jihan tangannya mengusap mata Aldrian yang sengaja ditutupnya karena tak tahan mendapat pelototan dari Al.

"DANIEL DATANGGGGGGGG, mana sambutannya? Orang ganteng dateng nih"

Teriak Daniel menggema di seluruh ruangan, dan tak perlu menunggu lama ia segera mendapat sambutan dari Darren yang berada dibelakangnya dengan pukulan keras di kepalanya. Daniel mengaduh kesakitan, Ingin protes namun tatapan Darren lebih menyeramkan.

"Sudah kubilang jangan berisik bodoh!!" Bisiknya, tangannya mengusap punggung si bungsu yang terlelap di pundaknya. Daniel hanya menyeringai tanpa dosa, Jihan menghampiri Helena, lalu memeluknya.

"Kak Lena lama tak bertemu..."

"Hallo sayang.. iya sudah lama ya tidak bertemu, Jihan makin cantik saja.." puji Helena membuat Jihan tersipu malu.

"Tentu saja, kerjaannya hanya menghabiskan uang suaminya!" Jihan mendelik kesal kepada Al. Kenapa sih sekalinya buka mulut selalu menyebalkan?

"Tidak usah didengarkan Kak, suami pelit memang begitu. Kalau istrinya jelek, kerjaannya selingkuh, terus menyalahkan karena istrinya tak cantik lagi, padahal cantik butuh modal."

"Eh iya bener tuh, sekarang memang musim yang seperti itu, kalau sampai Darren seperti itu, kupotong juniornya!! Biar tidak bisa menggagahi wanita manapun" ucapnya tajam, pandangannya tertuju pada Darren yang tengah menelan salivanya susah payah sembari menggelengkan kepalanya, batinnya berontak kenapa Darren junior yang disalahkan? ia yakin kok Darren junior hanya masuk ke rumah yang sama, lagipula tidak mau masuk kerumah yang lain dan tidak berani juga, ia tahu bisa hilang dari muka bumi kalau macam-macam.

"Dengar Al kamu juga tidak akan lolos dariku!"

"Apa? Aku tidak melakukan apapun."

"Sekarang belum kak, tapi nanti bisa saja tuh." Kata Daniel memanasi. Aldrian yang mengirim kode kepada Darren langsung diterima dengan baik, pria itu menganggukan kepalanya, dan untuk kedua kalinya ia menepuk kepala Daniel.

"Diam kau bocah!! Jangan mencampuri urusan orang dewasa."

"Aduhhhhh kenapa sih anarkis sekali.."

"Karena kau bodoh!!!!" Teriak Darren dan Aldrin bersamaan, mereka kalap sampai tak sadar bahwa ada putri Darren yang sedang terlelap, pekikan mereka membuat Alea menangis dengan kencang karena terkejut. Darren yang gelagapan kembali menepuk punggung Lea dengan pelan.

"It's okay sayang. Daddy is here... cup cup" bujuknya seraya menjauhi keramaian, ia harus kembali menidurkan anaknya atau kalau tidak Helena pasti memarahinya.

"Tuan Darren sudah pandai mengasuh rupanya."

"Oh Paman!!! Astaga, aku tak menyadarinya, maafkan aku. Apa kabar paman?" Tanya Helena, ia menghampiri pria tua itu yang sudah dianggapnya keluarga sendiri karena kelembutan Paman Bill, tidak ada satupun cucu Grissham yang tidak menyukai paman Bill dan semuanya menganggap Paman Bill sebagai pamannya sendiri. Sebab, mereka tahu seberapa besar jasa Paman Bill kepada kakeknya, bahkan cucu mantu seperti Helenapun menyukainya.

"Tidak apa-apa, rasanya senang melihat kalian nampak sangat bahagia. Dan ya seperti yang nona lihat, saya sudah sangat tua"

"Eiiii.... Enggak kok paman... Aku bahkan pangling paman terlihat 10 tahun lebih muda" Daniel menimpali.

"Hehehe kau bisa saja tapi terimakasih tuan, dan ya sembari menunggu yang lainnya, silahkan dinikmati minumannya, kalian pasti lelah."

"Ah aku memang sangat lelah" Daniel mendudukan dirinya disamping Aldrian, sepertinya memang ia benar kelelahan karena pria itu mulai menutup matanya mengikuti Aldrian yang berada di sampingnya. Kemudian Helena kembali berbincang dengan paman, sama seperti Jihan sebelumnya ia menanyakan keberadaan nenek, sedangkan Jihan sudah sibuk bermain dengan Arya dan Arkha.