webnovel

Part 20

  Dunia bawah ini sesuai seperti yang kubayangkan jika dikuasai oleh pada kriminal. Gelap dan berantakan. Hanya sedikit pencahayaan pada dunia bawah tanah ini yang besarnya hanya seperempat dari kota. Tak lupa terdapat begitu banyak lorong-lorong gelap yang kalau diriku tak salah lihat, seseorang baru saja terbunuh di sana dan tak seorangpun datang menolong.

  Rio yang tak kami sangka memiliki reputasi di dunia bawah, sementara fokus terhadap pembicaraan bersama laki-laki tersebut. Mereka membicarakan sesuatu mengenai rencana besar Red Lily yang menurut si laki-laki akan menggemparkan tak hanya kota tetapi juga kerajaan. Rencana apakah itu? Kami tak tahu, mereka berbicara tanpa memberikan sedikitpun informasi, menggunakan berbagai kata samaran, seperti roti, selai dan burung gagak.

  Karena tak terlalu mengerti, akupun lebih fokus terhadap pemandangan sekitar yang berhasil membuat bulu kuduk merinding. Sepasang mata terus menatap kami tiap kali kami lewat di depan mereka, memandang dengan penuh rasa ingin tahu, apakah kami memiliki sesuatu yang pantas untuk dijual dengan nilai tinggi. Tetapi, begitu menyadari Rio bersama kami, mereka seketika memalingkan muka, kembali sibuk terhadap aktivitas masing-masing.

 

  Aku rasa Rio yang memiliki reputasi di dunia bawah tak buruk-buruk amat. Berkatnya, kami dapat bernapas sedikit lebih lega meskipun Celine masih tampak tak nyaman dengan tangan kiri terkepal kuat dan tangan kanan selalu siap pada gagang pedang seandainya sesuatu datang menerjang.

 

  Jalanan yang kotor penuh akan genangan air, lampu-lampu jalan redup dengan beberapa berkelip layaknya akan rusak, udara yang terasa lembab dan sedikit sesak, kemudian bau asap dari beberapa bangunan besar yang sepertinya adalah sebuah pabrik. Aku tak tahu bagaimana cara mereka masih bisa hidup tanpa penyakit paru-paru di area seperti ini, mungkin ada kaitannya dengan tubuh yang dapat menggunakan mana. Namun jika aku yang berada di sini hanya tiga hari saja, sudah dipastikan aku akan memiliki kanker.

 

  Kami terus melangkah mengikuti dua orang di depan yang masih tak hentinya berbicara seakan memiliki bahan obrolan yang tiada habisnya sampai laki-laki tersebut mengatakan "Baiklah, kita telah sampai di tempat yang kalian cari. Seseorang telah menunggu di dalam sana"

 

  "Tunggu, kau tahu apa yang sedang kami cari?" Tanya Rayven waspada.

  Laki-laki itu mengangkat kedua tangan, tak ingin mencari masalah tetapi tetap memasang wajah yang tampak sedikit angkuh dan bangga "Tenanglah kriminal muda, satu hal yang harus dirimu pelajari adalah informasi bergerak sangat cepat di dunia seperti ini. Jangan sampai tertinggal atau kau akan menghilang. Entah itu dari kerajaan atau dunia, aku tak tahu" Senyumnya melebar sesaat sebelum kembali seperti semula, membungkukkan tubuh layaknya seorang pelayan "Selamat menikmati waktu kalian di Endside" Ucapnya, kemudian berjalan menjauh sebelum menghilang di balik sebuah bangunan.

  Di depan kami adalah sebuah bangunan yang cukup besar, dua lantai dengan tiap jendela ditutup oleh jeruji besi tebal seakan tempat ini adalah sebuah penjara. Namun, begitu kami masuk ke dalam, barulah aku sadar, tempat ini memanglah sebuah penjara. Sebuah penjara tua yang tak lagi digunakan dan kini dirombak menjadi sebuah laboratorium besar yang penuh akan barang-barang aneh, tersimpan dalam sebuah kubus kaca, melayang diam di tempat di atas sebuah altar berwarna hitam metalik.

  Rasa penasaran yang tinggi, membuat tangan kananku bergerak sendiri mendekati salah satu kubus kaca tersebut hanya untuk disetrum sedetik kemudian oleh sebuah jarum besi yang menancap pada bagian tengah lengan, membuatku jatuh terpuruk ke atas lantai, menjerit kesakitan sembari memegangi tangan tersebut dengan erat.

 

  Dasar bodoh! Apa kau tak bisa menahan dirimu sedikit saja!

  Bentak Z yang juga ikut mengerang sakit, aku benar-benar lupa dia juga ikut merasakan apa yang kurasakan.

  Sial sial sial! Ini sangat menyakitkan! Apa ini yang dirasakan seseorang ketika di taser? Ahhhh! Rasanya seperti tanganku dicabik-cabik menjadi kecil dan dipisahkan secara paksa!

  Tak jauh di depan, seorang laki-laki memerhatikanku dengan wajah datar, menggenggam sebuah crossbow besi berwarna putih yang disandarkan pada pundak kanannya "Maaf, aku terpaksa. Aku paling membenci seseorang yang tak dapat menjaga tangan mereka, tapi karena kau adalah teman dari Red Lily.. " Ia menekan sebuah tombol yang terdapat pada sisi kiri crossbow, membuat jarum tersebut terlepas dari lenganku, jatuh menggelinding "Berterimakasihlah pada Red Lily, kalau tidak aku mungkin membuatmu menjadi salah satu kelinci percobaan"

  Bahkan setelah jarum tersebut lepas, perasaan yang ditinggalkan masih terasa begitu nyata hingga membuat kedua kaki gemetar hebat saat aku berusaha bangkit berdiri, menatap laki-laki yang kini berjalan mendekati kami dan menoleh pada Rayven yang baru kusadari, tampak terkejut "Apa yang dirimu lakukan di Endside Rayven? Tak perlu merasa kaget, meskipun kau menggunakan make up, aku akan tetap mengenalimu. Kau pikir kita telah berteman berapa lama?" Lanjutnya begitu Rayven akan membuka mulut "Karena kau di sini, berarti mereka berdua adalah Celine dan Rio. Rio sebagai Red Lily.. Aku tak pernah menyangka kau memilikinya di dalammu Rio" Puji dia sembari menyeringai tajam.

  "Akulah yang seharusnya bertanya padamu! Apa yang kau lakukan di sini Henry? Kau seharusnya berada di rumah sakit!" Serunya tak mengerti.

  "Jadi kau lebih menginginkan sahabatmu di dalam rumah sakit?" Tanya dia balik.

  "Bukan begitu, maksudku, kau yang adalah jenius kerajaan, bekerja pada Endside.. "

  "Ah ah, bukan 'pada' tetapi 'bersama'. Terkadang agar dapat bertahan dalam hidup, kau harus mengambil sebuah langkah drastis seperti apa yang kulakukan sejak lama. Ya, sejak lama. Salah satu alasan aku bisa memiliki laboratorium sendiri padahal aku bukanlah siapa-siapa adalah berkat bantuan Endside, tentunya dengan bayaran yang tak murah. Aku harus bekerja bersama mereka selama 3 tahun, merancang senjata untuk mereka gunakan" Jelas Henry tanpa perasaan bersalah, berjalan mendekati salah satu meja aluminium kosong dan meletakkan crossbow di sana "Kalau kau bertanya, bagaimana dengan nasib kota, nasib kerajaan, aku sudah sering mengatakannya padamu, apapun yang kulakukan, kulakukan demi mengejar ilmu pengetahuan, tak peduli apa yang harus kulalui demu mencapai hal tersebut. Kau tak dapat terus menyimpan idealismemu terutama di dunia yang telah kacau seperti ini. Andaikan saja kau ingin bekerja bersama Endside, mungkin kau telah mencapai Tier 7 sekarang, tapi aku takkan ikut campur dalam pilihanmu jadi aku berharap kau tak ikut campur dengan ini"

  Rayven yang tak dapat mengeluarkan kata-kata, cuma dapat menghela napas berat, mengangguk mengerti lalu berjalan mendekati Sang sahabat "Baiklah, kalau begitu, kami juga akan langsung ke intinya. Kami butuh alatmu yang baru itu"

  "Oh, maksudmu ini?" Henry berjalan mendekati salah satu rak dari tiga rak besar yang tersusun rapi di sebelah kiri ruangan, penuh akan berbagai macam alat serta senjata dan mengambil sepasang sarung tangan hitam dengan balok metalik hitam pada bagian punggung tangan "Faker, untuk sementara aku menyebutnya seperti itu. Sesuai kemampuan yang dapat mereka berikan, menduplikasi kekuatan seseorang dan menggunakannya sebagai kekuatan sendiri. Kekurangannya adalah hanya dapat menghasilkan 50% dari kekuatan yang dipinjam dalam jangka waktu dua menit, sesuatu yang tak buruk tapi juga tak bagus, sesuai namanya, Faker. Cuma mereka yang tak memiliki kekuatan mengincar barang ini sebagai ganti dari Glory. Oh dan jangan lupa, kau hanya dapat menduplikat satu kekuatan saja, jika menginginkan kekuatan lain, kau butuh menunggu selama 3 hari sampai balok metalik di atasnya itu mendingin. Kau tentu tak ingin kehilangan satu-satunya tanganmu" Jelasnya lalu melempar Faker pada Rayven.

  "Apa yang dapat kami berikan padamu sebagai bayarannya?" Tanya Celine.

  "Tak ada, ambil saja. Aku sendiri tak tahu nilai dari barang tersebut dan tak dapat mencobanya sendiri karena harus menyelesaikan sebuah projek penting" Jawab Henry dengan nada bosan, lalu menoleh padaku "Kau yang akan menggunakannya bukan? Tak mungkin tiga orang ini memakai sesuatu seperti itu" Ia berpikir sejenak, lalu melanjutkan "Bagaimana kalau kau melapor padaku apa saja yang harus ditingkatkan dan apa saja yang kau rasakan selama menggunakan Faker, secara mendetail karena aku akan sangat membutuhkan tiap informasi tersebut demi menciptakan replika dari prototype yang dicuri, meskipun takkan sebaik itu, setidaknya dapat membuat kita bertahan lebih lama seandainya para pengikut sesat menyerang kita. Hanya ini yang dapat kulakukan demi membantu kerajaan"

  Aku memandang ke arah mereka bertiga yang juga memandangku, lalu mengangguk mengiyakan. Karena mereka setuju, aku kembali menghadap Henry "Akan kulakukan" Yang diterima Henry dengan sebuah anggukan kepala.