webnovel

Penggemar

"Ih! Gue juga mau kentang gorengnya!" ucap Venus dengan keningnya yang bertaut tipis, tentu saja sambil merebut kentang goreng ukuran sedang milik Naratama.

Mereka berdua tidak merasa malu berkelahi di KFC dengan banyaknya pengunjung yang sekarang memberikan tatapan kesal. Bukan perkara kentang goreng saja, tapi sebelum ini pun Venus tak sengaja menyenggol koka kola pesanan Naratama yang baru saja tiba. Mereka harus pindah tempat duduk, membiarkan salah satu petugas membersihkan kola yang berceceran di atas lantai dan meja.

Sementara Naratama membeli satu koka kola lagi untuknya. Beberapa orang menganggap itu masalah sepele, dan hal normal karena memang tidak di sengaja. Namun, yang sekarang tatapannya semakin terlihat menusuk. Venus tahu mereka kesal, tapi dia lebih kesal lagi dengan kakaknya yang sangat pelit ini. "Lo bisa gak sih diem sehari aja?" ucap Naratama dengan suara yang memelan, tapi di tekan.

"Aduh! Pusing gue gara-gara lo, mereka juga gak suka banget sama kita."

"Lo bikin perkara bego!"

"Aduh! Iya-iya maaf, lo juga sih bikin gue kesel. Pelit banget jadi kakak, ya mbok yang baik gitu ke adeknya yang paling cantik sama imut ini."

"Idih!" Naratama menutup mulutnya dengan tangan kiri, memberikan ekspresi seperti orang yang ingin memuntahkan isi perutnya, "Jijik gue dengernya, lo gak cantik tau!"

"Ih! Temen sekolah gue pada bilang gue cantik tau, mana mereka suka muji kulit gue yang putih bersih, bulu mata gue yang lentik sama kulit wajah gue yang mulus. Lo juga harus tau kalau adek lo ini sempurna!" jelas Venus begitu bangganya dengan tubuh yang dia punya.

"Terlalu mencintai diri sendiri itu gak bagus Ven. Lo malah jadi lebay, kan gue jadinya pengen noyor kepala lo jadinya."

"Kan pasti sukanya bikin kesel, tau kaya gini mendingan tadi di rumah aja. Di dalem kamar, biarin lo sendiri di kamar terus di usilin lagi sama hantu!"

"Ya Allah Venus jahat banget sama kakaknya sendiri, mana boleh kaya gitu! Pamali tau Ven gituin gue, gue ini lebih tua dari lo tau ih."

Venus terdiam, bukan karena ucapan Naratama yang semakin aneh, tapi karena hantu yang ada di rumahnya ini. Dia masih bingung kenapa harus Naratama yang di hantui, dan bukan dirinya? Padahal sejak awal, hanya dia yang di hantui. Hanya dia yang diganggu, dan tidak pernah ada yang percaya kalau Venus bercerita. Apalagi Naratama, selalu saja tertawa, dan mengatakan jika Venus terlalu banyak berkhayal karena banyaknya film horor yang di tonton. Itu menyebalkan.

Venus menghela setelah menelan kentang goreng yang mulai dingin itu. Ekspresinya berubah serius sekarang. "Lo penasaran gak sih sama alasan si hantu yang hantuin lo tadi siang? Ini beneran loh, gue aja bingung. Masih siang bolong, tapi juga mau sore sih, cuman kan masih ada matahari."

"Hm, gue juga bingung Ven. Kok bisa ya? Tapi gue juga mikir sih barusan kalau ternyata gue halusinasi aja."

Venus memukul lengan kanan Naratama dengan begitu keras, kedua matanya membulat karena kesal. Lagi-lagi cowok ini membuat keputusan positif yang padahal terkesan bodoh sekali. "Lo itu ya, waktu itu bilang pengen liat hantu, tapi sekarang pada di godain sama hantu malah bilang halusinasi. Mau lo apa sih?"

"Sakit bego!"

"Rasain!"

"Kasar," gumam Naratama, mengelus lengan kanannya yang sekarang terasa begitu perih dan panas. "Terus gue harus gimana? Percaya kalau itu hantu?"

"Lah! Emang hantu Kakakku sayang yang paling pinter." Venus tersenyum, senyum paksa yang tidak terlihat cantik. "Semua orang bilang lo pinter termasuk bokap sama nyokap, tapi taunya lo bloon banget. Rugi gue percaya sama mereka."

"Heh! Gak usah ngejek gue soal hantu kaya gini!"

"Bener sih, lo juga gak bakat soal hantu kaya gini. Mendingan kita makan aja deh, kesel gue lama-lama ngobrol sama manusia kaya lo gini!"

****

"Hai Kak Tama!"

Naratama menoleh ke asal suara dengan kedua alis yang terangkat. Dia kebingungan sendiri melihat tiga perempuan memberikan lambaian tangan sebelum mereka berdiri tepat di depannya. Semuanya cantik, tapi masalahnya Naratama tidak mengenal mereka semua.

"Kak Tama ke sini sama siapa?" tanya gadis berponi dengan dua lesung pipi.

"Sendirian aja ya Kak?" Imbuh gadis berambut keriting di samping kiri, sementara gadis dengan kaos berwarna hitam dan kacamata bulat itu nampak biasa saja. Tidak begitu tertarik, tapi dia memberikan senyum ketika Naratama melirik.

"Kalian kenal sama gue?" tanya Naratama akhirnya.

"Ih! Iyalah Kak, siapa sih yang gak kenal sama Kakak? Kakak itu ganteng, populer, pinter, terus... keren, ya ampun apalagi pas main basket!" sahut gadis dengan poni itu, "Namaku keysia Kak."

"Aku Juni Kak!"

"Gue Desi," ucap gadis berkacamata itu dengan begitu santai.

Naratama hanya beroh ria sambil mengangguk-anggukkan kepalanya sampai seseorang datang dengan cepat dan memeluk lengan kirinya erat. "Sayang, kamu ngapain sama mereka?" Venus mendongak, bibirnya sedikit dia majukan seperti gadis yang sedang cemburu.

"Ini... pacaran Kakak ya?" Keysia tersenyum kecut, tangan kanannya menunjuk Venus dengan ragu.

"Iya, gue pacarnya. Kenapa lo? Mau caper lo ke pacar gue?"

"Ven, jangan kaya gitu!" bisik Naratama.

"Udah lo diem aja!" Venus kembali menatap tiga gadis yang masih berdiri di depan Naratama, "Gue Venus, ceweknya Tama. Lo pada pasti fans fanatiknya Tama ya? Gue bilangin ya, selagi gue masih baik nih ya mendingan lo semua pulang supaya make up lo itu gak luntur!"

"Dih! Sok cakep banget sih lo!" ketus Juni.

"Emang gue cakep, kenapa? Iri ya?!"

"Udah-udah!" Keysia menggandeng lengan kanan Juni dengan erat. "Maaf ya Kak Venus karena udah ganggu Kak Tama, kita bertiga mau pamit."

"Hm, iya sana pulang ke rumah!"

"Ehehe! Iya, permisi!"

Kepergian tiga gadis itu membuat Naratama langsung melepas pelukan Venus dengan sangat kasar. Ekspresi kesal dia berikan, bahkan tatapannya begitu menusuk. "Gue punya salah apa sih sama lo Venus sampai lo kaya gitu ke mereka? Gue ini jomblo Venus, jomblo! Kalau mereka suka sama gue, terus kita jadian kan enak ya, ini lo malah bikin gue diem aja!"

"Lo ngapain sih pengen punya pacar?"

"Otak lo tuh emang isinya cuman setan doang ya? Sampai-sampai lo nanyain soal itu? Wah!" Naratama berkacak pinggang, dia mendongak guna mengambil napas dalam-dalam sebelum kembali menatap adiknya yang begitu menjengkelkan. "Kesel gue sama lo."

"Ih! Kok gitu sih? Kan gue cuman bantuin lo doang, lagian mereka adik kelas. Mendingan lo cari yang satu kelas aja atau gak yang sepantaran aja napa sih?"

"Adek kelas itu lebih menggoda tau!"

"Halah! Bilang aja lo pedofil kan?"

"Matamu!" ketus Naratama sambil menoyor kepala Venus kasar. "Udahlah ayo pulang! Ngeselin lo jadi manusia."