webnovel

GENSHIN IMPACT: SENJA DI JEMBATAN KOTA MALAM

Panji purnama saputra tersesat di dunia fantasi dengan lemari ajaib. ketia sampai di tempat-tempat yang indah dan penuh misterius membuatnya gemetar, tak hanya itu dirinya menemui sesosok perempuan yang cantik bertanduk bernama Ganyu namun, saat memegang tanduknya merasakan elemen cryo di tubuhnya sampai memilikinya. dengan penuh latihan bersama Ganyu, kekuatan Panji semakin meningkat sampai dirinya menghadapi dua musuh yang misterius Ren Jianying dan Yin Sihanou yang ingin menguasai daerah Liyue. Senja di Jembatan kota malam merupakan kota kecil diLiyue dan indah penuh keindahan serta langit-langit terang benderang sampai penuh misteri untuk dipecahkan. Di kemudian hari dirinya harus pergi meninggalkan Ganyu dan Keqing, kemanakah Panji pergi Setelah meninggalkan rumah dan Liyue?

Gugi_Ihsan · Videospiele
Zu wenig Bewertungen
49 Chs

45. MEMBANTU TUGAS BERAT EULA

Di depan benteng Mondstadt, pergelangan tangan Panji yang erat dengan tangan Eula yang membuatnya kecewa karena salah satu temannya, Amber yang selalu menghilang dan meninggalkan dirinya di tempat pekerjaannya. Panji melihat Eula tampak kecewa karenanya dan Panji berkata,"eeh kak Eula! Kenapa tangan Kakak sangat erat padaku?",ucapnya hingga Eula tidak menjawab apa-apa dan tak lama kemudian, ketika sampai di kantor kerjanya Eula dan Amber, dirinya berkata,"aku tidak tau, dia pergi kemana Panji",ujarnya dengan rauk muka disembunyikan kecewaannya kepada Panji agar Panji tidak takut hingga berpaling ke arahnya dan tersenyum.

"baiklah, yuk tolong bantu Kakak ya?",ujarnya hingga menyuruh Panji memindahkan sebuah barang berukuran besar ke arah samping kemudian, Eula pun menulis hingga berfikir sambil melihat Panji sedang duduk dan menatap dirinya dengan senyumannya dan berkata,"Hmmm, Ganyu benar, dia butuh memperkenalkan lingkungan ini, mungkin dia butuh memperkenalkannya",ujarnya dimana dirinya ingin mengajak Panji membantu Eula dalam mengerjakkan tugas karena Amber tidak ada, bahkan dia mengatakkan sesuatu kepada Ganyu sebelum membawa Panji ke daerahnya, Mondstadt.

"Ganyu, boleh aku bertanya?",ujar Eula yang sedang menatap Ganyu yang sedang menulis tugas sambil memberikannya kepada Panji untuk mengecapnya hingga menyimpannya di samping membuat Eula terkejut melihat Panji sedang membantu Ganyu dalam tugas tersebut. Lalu, Ganyu menjawab,"iya ada apa?"

"bolehkah... membawa Panji ke tempatku?",ucap Eula kepada Ganyu yang ingin mengajak Panji ke tempat Mondstadt dan dia menjawab sambil melihat Panji melanjutkan untuk,"membantunya,"boleh, tapi.... setelah tugas ini",jawabnya kepada Eula,"tolong jaga ya?",tambahnya

"baiklah Ganyu, aku akan menjaga Adikmu",jawab Eula sambil melihat Panji melirik ke arah dirinya dan berkata,"hei! Mau ikut sama Kakak Eula? Disana, ada perubahan loh, Panji",ujarnya hingga Ganyu berkata,"tidak apa-apa Panji, supaya nggak bosan disini terus

"tapi..... Kakak.....",ucap Panji yang sangat khawatir dengan Ganyu sendirian karena tugas belum selesai,"bagaimana..... tugas Kakak.....?",ucapnya kepada Ganyu hingga langsung menjawab dan mendekatinya,"tidak apa-apa Panji",jawabnya sambil memberi pengertian dengan mendekati kepala agar ingat dengannya,"Kakak tidak akan kemana-mana"

"hubungan Panji dengan Ganyu seperti Kakak beradik, tapi.... aku sangat menganggapnya sangat curiga, lebih dari Kakak dan beradik",ujarnya yang melihat Panji tampak terdiam sambil melihat buku-buku yang ada di sekitar lemari hingga Eula berfikir dan berdiri untuk pergi menghadap Panji dan berkata,"Panji, mau ikut sama Kakak cantik?",ucapnya

"oh, Kakak..... Eula? mengajak aku",ujar Panji yang kebingungan hingga Eula menjawab,"iya, Panji, Kakakmu membolehkanku mengajakmu pergi sekitar kota Mondstadt agar kau tidak bosan disini terus, karena..... yaaah, supaya cemburu, Panji",jawab Eula ke arah Panji dengan mata emas dengan mulutnya yang tajam bercampur senyumannya yang serius kearahnya membuat Panji menganggapnya misterius. Lalu, Eula akan membawa Panji pergi dengan memegang tangannya dan melihat kondisi kota Mondstadt, dengan banyak orang-orang dimana-mana bahkan, sedang membeli barang-barang berharga dengan harga murah, Panji tidak suka dengan melihat menjual barang-barang antik tersebut bahkan, dirinya pun berkata,"Eh, Kakak aku tidak suka melihat jual barang-barang antik ditempat ini, apakah ada makanan?",ucap Panji ke arah Eula yang membuatnya lapar secara tiba-tiba

"aaah, Kakak juga sama Panji",ucap Eula yang mendengar Panji lapar dan dirinya pun ikut lapar sambil membawa dia pergi kesuatu tempat, hingga tak lama kemudian, mereka sampai di depan mata Panji sebuah restoran Mondstadt yang terkenal dan Panji berkata,"mudah-mudahan tidak ada daging celengan di restoran ini, kalau ada aku tidak mau makan ditempat restoran itu",ucapnya didalam hati

"oh iya, kau kan tidak suka daging celengan ya? Hmmm, tenang saja Panji, ada sate daging sapi atau beef sapi sampai ayam juga ada disini juga",ucap Eula yang tau dimana, Panji tidak suka daging celengan yang tersedia di Mondstadt

"oh, Syukurlah, Kak Eula sudah tau bahwa aku tidak suka daging celengan maupun minyak yang mengandung celengan maupun campuran lainnya",ucap Panji yang merasa aman dari daging yang tidak disukainya

"ayo Panji, kita masuk saja ke restoran mewah ini",ucap Eula sambil membuka pintu restorannya hingga melihat pelayan sedang melayaninya, kemudian melihat orang-orang sedang menikmati hidangan masakkan yang enak di Mondstadt sambil mencari tempat duduk bersamanya. Eula melihat tempat kursi berdua, hingga membawanya ketempat tersebut dengan cara mendorongnya ke tempat duduk bahkan, begitu pelayan datang dan siap menulis pesanan yang akan dihidangkan oleh mereka.

"aku mau sate Ayam Kakak",jawab Panji hingga pelayan pun menuliskannya hingga Eula tersenyum mendengarnya sambil memesan makanan yang enak sebuah daging sapi yang lezat hingga sang pelayan berpaling setelah menulis beberapa pesanan makanan dari Panji dan Eula. Pesanan pun telah datang, Panji merasa senang melihatnya kemudian, dia berkata,"Nona Eula dan Panji? Silahkan",ucapnya sambil meletakkan pesanannya di atas meja makan hingga Panji melihat daging ayam yang tusuk dua dan terdapat ukuran ayam jumbo yang merupakan paha bawah tiga tusuk, lalu, dia akan melepaskan daging yang ditusuk ke atas piring hingga menghidangkannya dengan sendok dan garpuh yang telah disediakan.

"sepertinya enak deh",ucapnya didalam hati sambil melahapnya dan membuat Panji merasa senang mencicipi sate ayam jumbo tersebut hingga Eula senang melihatnya,"kau baru tau tempat ini Panji?",ujarnya

"iya",jawab dengan satu kata,"aku baru ini makan ditempat ini, Kakak",tambahnya sambil melanjutkan untuk makan daging sate ayam bagian paha bawah bahkan, melahapnya lagi, hingga kenyang sementara itu, Eula telah menghabiskan makanannya hingga melihat Panji telah kenyang dan berkata,"Kakak, aku sudah kenyang, ternyata tempat ini enak sekali. Kapan-kapan aku bisa mengajak Kakak kesini",ujarnya

"Hmmm, iya boleh tapi, Ganyu tidak suka makan daging Panji, dia lebih suka makan sayuran dibandingkan dengan buah-buahan",ujar Eula yang sudah tau makanan kesukaan Ganyu hingga Panji menjawab,"oh iya, Kakak benar, Kakakku tidak suka makanan daging sepertiku",ucapnya

"yuk, Kakak sudah kenyang, mari kita selesaikan tugas",ucap Eula sambil mengajak Panji pergi ke kantor kerja setelah jalan-jalan keliling kota Mondstadt, saat menjelang siang, dengan cuaca yang kurang cerah hanya berawan yang tampak terlihat olehnya, Panji bersama Eula masuk kedalam kantor dan dia menyuruh Panji untuk membereskan berkas kertas pekerjaan milik Amber yang berantakkan di atas meja dan menyimpannya didalam laci maupun kotak kosong lainnya. Kemudian, membereskan kertas-kertas di atas meja kosong dan menyimpannya di laci bagian bawah, Eula melihatnya sambil mencatat dan tanda tangan hingga dirinya berkata kepada Panji,"sudah Panji, biarkan pekerjaan ini oleh Amber. Dia seharusnya malu kalau sudah melaksanakan tugasnya harus dibereskan bukan diberantakkan",ujarnya

"Aaah, iya Kak, seharusnya begitu nanti orang-orang mengambil kertas di atas meja yang penuh banyak kertas sampah",ujar Panji yang sudah membereskan seluruh kertas yang ada di atas meja kerja Amber kemudian, Eula berdiri setelah menyelesaikan tugasnya kemudian, mencoba melihat isi catatan yang belum diselesaikan olehnya namun, kedatangan seorang laki-laki dengan pakaian zila datang dengan membawakan selembar kertas hingga Eula memberikan obrolannya kepada mereka dan mengerti sambil pergi meninggalkan ruang kerja kantornya. Bahkan, Eula melihat Panji yang terdiam melihat dirinya cantik dan Eula berkata,"kenapa? kok diam?",ujarnya

"aaah, apa isi kertas itu Kakak?",ucapnya hingga Eula langsung menjawab,"kertas ini berisikan sebuah perampok dimalam hari, haaaah, perampok dari mana ya?",ujarnya,"padahal, dusuruh diperketat dari kemarin, tidak dilaksanakan dalam aksi perampok di tempat Kakak, Panji. Oh iya, nanti malam kau bersama Diona berjaga malam",tambah kepada Panji yang kebingungan dan berkata,"siapa..... Diona Kak?"

"iya? Apakah ada yang memanggilku?",ucapnya saat pintu kerja Eula dibuka dan masuk kedalam melirik ke arah Eula dan Panji hingga Panji kaget melihat Diona adalah setengah kucing dan setengah manusia dengan mata tajam dengan ciri khasnya, bahkan dia bisa berjalan dengan dua kaki hingga Panji berkata,"jadi..... ini Diona?",ucapnya bahkan Diona meliriknya saat mendengar ucapan Panji yang bertanya tentang dirinya,"iya, anak muda, kau siapa? Tunggu.....",ucapnya sambil mencium wangi di sekujur tubuh Panji dan Diona berkata,"kau berasal dari Liyue kan? Aku belum pernah melihat laki-laki tampan sepertimu di tempat itu, anak muda",tambahnya

"namaku Panji, Panji purnama Syahputra",ucapnya hingga dilanjutkan oleh Eula dan berkata,"dia adiknya Ganyu",tambahnya dan Diona pun menjawab,"oh, begitu? Salam kenal ya, Aku Diona, dari asli ini",jawabnya hingga Panji berkata,"iya salam..... tapi, aku bukan lahir di tempat Liyue, aku lahir dari Bandung, Diona",ujarnya

"Eeeeh! Bandung?! Tempat apa itu?",ucapnya hingga Panji menjawab,"iya nanti penjelasannya panjang Diona sekarang, kita ada tugas penting dari Kak Eula, iya kan Kak?",ucapnya dan berkata,"iya, Panji benar, kalian berdua harus patroli malam hari, karena, ada perampok di dsekitar Mondstadt"

"ooh, baiklah, aku sama Panji akan ikut ptroli malam nanti?",ujarnya

"iya, aku ada dibelakang kalian karena, tugas Kakak menumpuk tanpa Amber dia menghilang tanpa kasih tau",ujar Eula yang kesal dengan kelakuan Amber yang tidak memberi tau bahwa Amber pergi kesuatu tempat

"baiklah, jadi... aku keliling sekitar Mondstadt Kak",ucapnya hingga Eula berkata yang sedang menulis,"boleh asalkan jangan terlalu jauh nanti tidak fokus untuk menyerang perampok",ujarnya hingga Panji berkata,"baik Kak",akhirnya, Panji pergi bersama Diona sebelum melaksanakan tugas dari Eula mencari sang perampok tersebut.

"oh ya Diona, apakah kau tau wajah asli sang perampok yang dikatakan Kakak?",ucap Panji yang kebingungan ciri fisik tentang musuh yang ada, hingga akhirnya Diona akan menggambarkan sesuatu tentang ciri fisik tersebut lewat selembar kertas walaupun gambar tersebut sangat jelek dan kurang jelas baginya,"ooh, jadi itu ciri fisiknya, menggunakan penutup mulut dan juga... tunggu..... inikan musuh yang...",ujar Panji hingga Diona langsung menjawab,"iya, dari Inazuma kemungkinan besar, dia datang dari Inazuma tapi, tidak diketahui oleh pemerintah sana untuk menangkap dia, yaaah yang aku dengar, penjahat ini datang lewat perahu kecil ke daerah Liyue untuk singgah ke tempat ini, Panji",jawab Diona yang menceritakkan kronologi kehadirat sang perampok yang akan dicari olehnya

"Hmmm, mudah-mudahan cepat ketangkap musuh seperti ini, sekarang siang seperti ini sangat sulit untuk mencarinya kan, Diona?",ujar Panji sambil melanjutkan untuk jalan-jalan bersamanya, namun dibelakang mereka muncul bayangan wanita dengan pakaian penyihir ungu sambil mengikuti pergerakkan Panji dan Diona walaupun mereka tidak mengetahuinya. Matahari yang cerah disiang hari, membuat Panji cepat kewelahan untuk jalan-jalan hingga mencari tempat berteduh di bawah pohon namun, mereka hanya berteduh didalam ruko. Kemudian, melihat penjual buah-buahan hingga Panji membelinya dari tempat tersebut, Diona heran dengannya yang ternyata Panji membeli sebuah apel permata merah hingga Diona ingin makan buah tersebut dan berkata,"Panji, bolehkah minta apel itu? setengah saja, karena, buah itu sangat langkah",ucapnya yang membuat Panji baru mengetahuinya dan memberikannya setengah kepadanya lalu, Diona melahap apel tersebut dan mengatakkan,"hmmm, enak sekali, aku baru nyoba apel permata ini sangat enak",ucapnya

Panji melihat Diona tidak pernah bosan untuk melahap apel permata merah tersebut bahkan, Panji akan mencobanya dan merasakkan apel tersebut sangatlah manis yang alami hingga dirinya merasakkan lebih ringan dibandingkan tadi, bahkan selain itu tidak mengenal rasa lelah dengan memakan buah tersebut hingga dirinya berkata kepada Diona,"sepertinya, aku tidak lelah jika aku makan apel permata merah itu",ujarnya

"waaah, berarti apel permata merah itu sangat langkah dan mahal Panji, lebih baik ayo kita beli yang banyak untuk melawan perampok nanti malam",ujarnya namun, Panji berkata lagi,"tunggu dulu, selain mempunyai kelebihan apel permata merah itu, pasti ada efek sampingnya Diona, sebaiknya kita harus menanyakan efek samping apel permata merah ini",ujar Panji

"uuuh, baiklah Panji",ucapnya sambil jalan kedepan dan menanyakan efek samping apel permata merah dan membelinya tiga buah apel dalam satu orang, lalu mereka akan melanjutkan untuk jalan-jalan walaupun mereka masih kuat untuk hal tersebut. Namun, efek tersebut tidak ada hingga sang penjual menjawab tersebut, dimana kekuatannya makan apel permata merah, hanya bisa aktif di siang sampai sore hari, jika memakan apel tersebut di siang hari dan efek sampingnya sampai sepuluh jam. membuat Diona senang mendengarnya dan berkata,"iya sangat bagus untuk memakan apel permata merah seperti ini. enak sekali rupanya",ujarnya

"iya tapi harus minimal tiga apel selain itu juga, jika memakan berlebihan nanti tidak ada kekuatan hanya gemuk saja yang dapat diterima",jawab Panji yang sudah tau efek samping tersebut

"iya, benar juga Panji. Sekarang, kita kemana, hari ini?",ucap Diona yang kebingungan untuk jalan-jalan kesuatu tempat, bahkan Panji berkata lagi,"bagaimana... kalau kita ke barat saja deh, aku belum pernah ketempat itu",jawab Panji hingga Diona menjawab,"boleh Panji, tapi tidak ada apa-apanya hanya tempat kincir angin ditempat itu Panji",jawab Diona

"ooh, tidak apa-apa aku belum pernah melihat keindahan kincir angin itu ditempat sana",ujar Panji sambil pergi ke sana bahkan, dia melihat tiga buah kincir angin yang ada ditempat tersebut dan berkata,"Hmmmm, seperti..... ada ditempat apa ya? Kincir angin ini sangat besar bagiku",ucapnya

"iya, terbuat dari bambu-bambu atau kayu..... apa ya?",Diona kebingungan melihat kincir angin tersebut bergerak lambat

"mungkin kayu Diona bukan bambu",ujar Panji yang telah melihat kincir angin yang berputar lambat lalu, dia melihat Diona sedang menikmati satu buah apel permata merah dan berkata lagi,"hmmm, enak sekali Panji ayo nikmati apel permata merah yang tadi, Panji"

"tidak usah, itu untuk melawan musuh bukan untuk lapar. Oh, iya kalau begitu, Diona makan ini saja",ucap Panji sambil mengeluarkan permen cokelat untuk Diona yang membuat Diona kebingungan dan mencium aroma cokelat,"waaah, kelihatannya enak dimakan cokelat seperti itu, Panji",ucapnya

"daripada makan apel permata merah, mendingan permen cokelat kau pasti langsung kenyang, nih",ujarnya sambil memberikkan satu buah permen cokelat hingga Diona melahapnya dan berkata,"Hmmmm, enak!!!!! Ini enak sekali, tapi kok tba-tiba langsung kenyang nggak nafsu apel permata merah?",ucap Diona yang sudah merasakkan enaknya permen cokelat dari Panji dan langsung kenyang,"aaah lebih baik makan permen daripada makan apel permata merah, Panji",tambahnya

"iyalah Diona, sekarang..... kita jalan-jalan saja keliling kincir angin ini, aku belum puas untuk jalan-jalan kesini bersamamu",ucap Panji yang senang dengan kehadirat Diona, tersebut namun ketika mereka berjalan meninggalkan salah satu kincir angin yang lambat, tiba-tiba seseorang sedang mengikuti pergerakkan mereka berdua dengan senyum menawan dengan menyembunyikan wajahnya lewat topi besarnya. Lalu, muncul cahaya electro di telapak tangan kirinya sambil tersenyum kearah mereka yang sedang menikmati jalan-jalan.

Panji dan Diona melihat dua kincir angin tersebut sambil melihat sungai yang mengalir kecil dan deras, dimana mereka menemukannya serta para awam sedang membereskan barang-barang tua yang sudah tidak digunakan hingga mereka kecapean kemudian, Panji berkata kepadanya,"aaah, permisi Paman, apakah Paman ada perampok di sekitar daerah sini",ujarnya

sang paman laki-laki tersebut melirik kebelakang kiri sambil berkata,"jangan ngomong itu lagi, anak kecil! Itu urusan pemerintah!",jawab dengan tegas yang membuat Panji dan Diona kaget mendengarnya sambil berkata,"oooh, iya terimakasih Pak",ujarnya namun sang Paman tidak mengatakkan apa-apa dan hanya pergi sambil membawa barang-barang tersebut kedalam ruang kincir angin hingga Panji berkata lagi,"haaaah, mungkin paman itu sudah mengetahuinya duluan melihat perampok di sekitar sini karena, kapok atau apalah Diona"

"iya, kasihan paman itu, mungkin kecapean sebaiknya kita lanjutkan jalan-jalannya Panji agar tidak cepat bosan",ujar Diona sambil pergi bersama Panji ke arah samping, kemudian mereka melihat rumah-rumah kecil di setiap sampingnya hingga Panji berkata,"jadi..... ini rumah penghuni warga gitu?",ujarnya

"iya, tempat ini merupakan tempat rumah mereka Panji, selain ada di kota seperti hotel begitu Panji",jawab Diona yang membuat Panji baru mengetahuinya dengan atap rumahnya seperti adat Jerman yang melihatnya hingga, tak lama kemudian semakin sedikit orang-orang yang ada ditempat tersebut, mereka sampai di kota lagi yang membuat Panji kaget bahwa di kota tersebut merupakan kota yang paling awal baginya sambil berkata,"Haaah, kita sudah sampai di kota lagi Diona, cepat sekali"

"iya, penghubung antara kota dengan rumah, sangatlah dekat, baru tau ya Panji?",ujar Diona tersenyum kepadanya lalu, rauk muka Panji datar dan bernada kebingungan hingga jalan-jalan bersamanya kemudian menelusuri kota lagi hingga pergi ke arah kiri, dimana Panji belum pernah ke tempat tersebut walaupun diintai oleh seorang perempuan dengan pakaian penyihir khas mondstadt. Lalu, begitu mereka ke arah tersebut, jembatan yang terbuat batu tersebut mengarah ke istana hingga bertemu seseorang dengan kulit cokelat tua dengan pakaian khas seperti elemen cryo yang sedang menatap tajam

"hey nak, mau ngapain ke tempat sana?",ujarnya dengan rauk muka senyum kepada Panji walaupun Panji tidak percaya dengan rauk muka tersebut hingga dia berkata kepada Panji dan Diona,"mau ngapan nak?",tambahnya

"duh, Diona dia itu siapa?",ujar Panji yang kebingungan hingga sang laki-laki hitam tersebut menjawab,"aaaah, jangan wajahmu begitu..... kau terlihat tidak mengenaliku ya? Baiklah, namaku Kaeya Cryo di tempat ini, salam kenal",ujarnya

"ooh, namaku Panji",ujarnya namun Kaeya berkata lagi,"tunggu dulu, kau kan pernah kesini beberapa bulan yang lalu"ujarnya yang terkejut dan heran melihat Panji dihadapannya

"iya,Kakak tapi, aku lupa lagi",ujar Panji namun, Kaeya berkata lagi,"ngomong-ngomong mau ngapain ke istana sana Panji dan Diona? Ada perlu apa bersama Jean, Hah?",ujarnya

"aaah, aku bersama Panji pergi kesana saja, jalan-jalan saja Kaeya, emangnya kenapa?",ucap Diona yang kebingungan hingga Kaeya menjawab,"hati-hati, Jean sedang sensitive sama Klee",ujarnya hingga Diona berkata,"Haah, Klee lagi! Klee lagi! Kenapa dia? Nakal?",ujarnya

"iya, nanti kalian pasti kena juga jadi, jangan pergi kesana ya?",ucapnya sambil melirik ke samping tidak melihat Panji dan Dioan di tempat tersebut,"Haaah? kemana mereka pergi?",ujarnya sambil melihat mereka berdua untuk pergi ke istana namun, Kaeya khawatir dengan hal tersebut dan tiba-tiba saja, muncul bayangan yang sangat cepat mengikuti mereka berdua dari belakang.

Dioan dan Panji sampai di depan pintu istana dan berkata,"akhirnya sudah sampai juga Panji",ucap Diona yang merasa senang melihat istana tersebut namun, mereka mendengar suara Jean marah didalam gedung tersebut dan berate kepada Panji,"Panji sebaiknya kita harus menyelamatkannya",ucapnya

"emangnya kenapa? Aku tidak berani melawan dia",jawab Panji hingga melihat Diona pergi sendirian dengan cara membuka pintu dan langsung pergi menyelamatkan Klee dari amarahnya Jean di lantai atas kemudian, Panji ikut dari belakang hingga di belakang Panji muncul seseorang yang sedang mengikuti mereka berdua. Lalu, saat Klee sedang kesal di dalam ruangan, tiba-tiba terdengar suara gesekkan pintu leher sambil melirik kebelakang ternyata, Panji dan Diona yang menyelamatkan Klee dari Jean yang selalu marah yang kurang jelas.

"Klee, kau tidak apa-apa?",ucapnya sambil melihat kebelakang,"iya, tapi ada Jean di belakang kamu?",ujarnya hingga Diona melihat Panji yang masuk ketempat sama dan berkata,"semuanya aman, ayo kita pergi"

"tapi, ditempat ini, tidak ada jalan keluar dari tempat ini Diona",ucapnya sambil memperlihatkan sebuah kaca yang masih utuh dan berkata,"aaah, begini saja kita buka aja kaca ini, bisa tidak?",ucapnya lagi

"bisa mungkin",ujar Panji yang berusaha mengangkat jendelanya ke atas hingga bisa terangkat dan melarikan diri dari kejaran Jean jika bertemu yang membuat Klee dan Diona merasa senang dan berkata,"baguslah, kita bisa pergi dari tempat ini",ujar Diona hingga berdiri di atas mimbar jendela yang terbuka dan langsung terbang dengan kedua layangan kain agar tidak jatuh kebawah. Panji melihat Klee dan Diona sedang melayang di udara hingga dirinya bersiap untuk melompat ke udara dan tak lama kemudian, dirinya melepaskan layangannya berwarna biru putih dengan garisan emas kuning yang melingkar di kedua sampingnya hingga mampu untuk turun dengan lambat dibandingkan dengan Diona dan Klee namun ketika mereka berhasil melarikan diri dan mendarat di suatu tempat, perempuan misteri melihat mereka diluar istana, bahkan tersenyum dan mengikutinya dari belakang,"Hmmmm, dia jagoan kecil, mau kemana ya?",ujarnya sambil mengikuti mereka ketempat yang jauh

Perempuan tersebut mengikutinya dari belakang dan penuh kehati-hatian bahwa mereka mampu mendengar suara dan merasakkan pergerakkan yang selalu mengikutinya, kemudian mereka pergi ke kota untuk berbicara satu sama lain, dimana Klee sangat kecewa dengan ucapan Jean yang tidak percaya dengannya. Panji dan Diona pun khawatir hingga Panji berkata,"ngomong-ngomong, kenapa Kak Jean itu mengunci kamu di sana?",ucapnya

"aku.... aku hanya berkeliling kota saja..... tidak melakukan pencuri setiap ruko, Diona",jawab Klee yang hampir menangis

"berarti, ada perampok di sekitar sini, dan kau.... mungkin jadi kau korban kebohongan tentang soal itu, Diona",jawab Panji yang sudah mengetahuinya bahkan, Klee cemas dan berkata,"kalau aku datang kembali kesana, Jean pasti marah kepadaku",ucapnya

"tenanglah, kami berdua siap membantumu tapi, kau bisa ikut untuk melawan musuh itu",ujar Panji kepada Klee

"musuh? Emangnya ada musuh begitu",Klee tersinggung mendengar ucapan tersebut, Diona berkata,"bukan, maksud kami..... pencuri, pelaku pencuri yang selalu menipumua bahwa kau pencuri, Klee",ujarnya

"yaaah, sebaiknya kita jalan-jalan saja, agar kau tidak takut lagi, Klee",ucap Panji yang akan mengajak Klee jalan-jalan keliling kota Mondstadt namun, Klee menjawab,"tidak mau! Aku tidak mau!"

"oh, aku tau, mereka telah mengenalimu bahkan, semua orang sangat marah kepadamu kan Klee?",ucap Diona yang melihat Klee sedih karena kesalahan yang telah diperbuatnya

"Hmmm, aku khawatir dengannya, tapi tenang. Bagaimana kalau kita memanjat aja di atas ruko-ruko agar tidak ketahuan oleh orang lain yang mencoba meresahkan orang",ujar Panji hingga Diona menjawab,"itu..... boleh Panji, sambil menangkap atau berburu pencuri itu",tambahnya

"iya, aku setuju",Klee merasa senang dengan ide Panji dan membuatnya ingin membalas kejahatan tersebut,"sekarang, dimana pencuri itu! AKu tidak bisa dimaafkan",tambahnya dengan nada kesal kepada pelaku

"eeeh tenanglah, kita tidak tau keberadaan pencuri sekarang, Klee",ujar Diona sambil melirik ke arah Panji,"iya kan Panji?",tambahnya melihat Panji sedang serius melihat salah satu seorang laki-laki yang mencurigakkan yang hanya melirik-lirik penjual barang-barang berharga bahkan, ingin melakukan sesuatu disuatu saat."hei Diona! Klee! coba lihat laki-laki itu",ujarnya

Klee dan Diona melihat salah satu laki-laki tersebut yang sangat curiga bahkan Klee berkata,"oh iya, mungkin itu pelakunya Panji, ayo kita ngikuti dia",ujarnya sambil mengikuti laki-laki misteri yang hanya mondar-mandir untuk mencuri sesuatu bahkan, tak lama kemudian dia bebelok ke samping kanan dan mereka pun naik ke atas atap rumah orang lain sampai ruko-ruko sebelah.

"baiklah Diona, kau harus ikuti dari atas sementara kami berada dibawah, paham?",ujar Panji yang memberi tau taktik untuk menangkap pencuri tersebut

"baik",jawab Diona lalu, Panji melihat Klee dan berkata,"ayo, kita ikut dari belakang musuh",tambahnya sambil jalan mengikuti jejak laki-laki aneh tersebut. Lalu, begitu mengikutinya dari belakang, tiba-tiba saja orang tersebut menghilang membuat Panji dan Klee kebingungan,"Hah? menghilang?"

"kemana dia perginya Panji?",ujar Klee yang kebingungan untuk menangkapnya hingga Panji melihat Diona sedang mengikuti pergerakkan sang musuh dengan cepat dengan penglihatannya tajam ke arah bawah. Lalu, Panji dan Klee akan mengikuti Diona dibandingkan pencuri yang sedang bergerak cepat maupun lambat, tak lama kemudian Diona kaget bahwa didepannya, banyak kerumunan orang-orang dengan pakaian yang sama dengan pencuri yang dikenakannya. Panji bingung melihatnya hingga Diona,"dia menghilang, bahkan aku bingung pakaian mereka sama orang lain sama, bahkan sulit untuk mencarinya termasuk mencium wangi yang membuatku sama dengan orang lain",ujarnya

"Haaah, ya sudah sebaiknya kita ke kota lagi, senja akan datang nanti, kita melihatnya dari atas, bagaimana?",ujarnya,"tapi, kalian tau ciri-ciri wajahnya?",ujarnya hingga melihat kepala Klee dan Diona geleng kedua samping membuat Panji terkejut dan berusaha gambar wajah dari samping hingga Diona dan Klee berfikir melihat wajah yang kurang jelas tersebut namun, Diona menjelaskan sketsanya lagi dari depan dengan jelas walaupun gambarnya hanya garis-garis yang tidak benar.

Saat menjelang malam tiba, Panji bersama Diona dan Klee mencoba untuk melihat kembali sketsa wajah tersebut dan melihat orang-orang di sekitarnya dibawah,"baiklah, kita tidak boleh kehilangan dia, kemungkinan besar, dia akan kembali ke tempat asalnya, Inazuma",ucapnya

"ooh, dia berasal dari Inazuma, aku baru tau itu Panji",ucap Diona yang melihat sketsa wajah yang digambar oleh Panji

"iya tapi, kita harus cepat-cepat untuk menangkap pelaku ini, sebelum mengulanginya lagi",ujar Panji yang serius kepada mereka bahkan Klee menjawab,"oke deh, Panji"

"tapi, bagaimana caranya untuk bisa mencari perampok ini Panji?",ujar Diona hingga Panji menjawab,"begini, Klee sama Diona kalian mencarinya di atas genteng sementara aku dibawah ya? Karena, Klee bisa ditangkap lagi oleh perempuan itu",jawab Panji dan Diona mengatakan,"Jean..... Panji",ucapnya

"nah itu, mengerti?",ujarnya hingga Klee dan Diona menjawab,"mengerti" sambil pergi ke suatu tempat untuk mencari perampok dan pencuri di sekitar kota Mondstadt. Kemudian, Panji akan berjalan kaki kedepan sambil melihat-lihat kerumunan orang disampingnya, hingga melihat Diona sedang berlari di atas atap rumah ruko sampai rumah, walaupun tidak melihat Klee yang berada di suatu tempat. Kemudian, begitu Panji berdiam berdiri di samping pancuran air kota Mondstadt, melihat orang-orang sedang mencari sensasi sampai membeli apapun di kota yang begitu terbuka seperti pasar Senen namun, tidak kerumunan semut. Bahkan, Panji melihat kesamping kanan dimana ditempat tersebut yang merupakan jalan keluar dari Kota Mondstadt bahkan keluar dari benteng Mondstadt hingga dirinya pergi ke arah kanan untuk menghalangi pergerakkan musuh yang tidak terlihat oleh orang lain.

"sebaiknya, aku akan pergi ke tempat itu sebelum dia akan keluar dari kastil ini",ujar Panji didalam hati hingga didepannya terdapat dua penjaga yang tegak dan lurus menghadap kedepan tanpa melihat Panji untuk mencurigainya. Namun, tiba-tiba dibelakang Panji muncul gerobak yang sedang berjalan untuk keluar dari benteng mondstadt yang membuat Panji ingin menghalanginya namun, tidak menggunakan hal tersebut hanya melewati gerobaknya sambil melihat sang penjaga membuka pintu keluar dari kastil tersebut dan dia melanjutkannya untuk keluar dari benteng Mondstadt. Tiba-tiba, muncul cahaya merah di kedua sampingnya yang merupakan mata sang musuh yang bersembunyi didalam kantong karung cokelat tua. Hingga dia akan pergi sebelum kehilangan jejak kaki maupun jejak roda pendorong untuk pergi ke Liyue.

Begitu Panji pergi berjalan kaki cepat, dibelakangnya muncul bayangan perempuan dan wajahnya ditutup oleh topi sihirnya kemudian, dia akan mengikuti gerak-gerik Panji ke suatu tempat untuk menangkap seseorang yang mencurigakkan didalam kantong karung. Panji keluar dari benteng Mondstadt dan tak lama kemudian, dia menemukan salah satu gerobak yang berusaha menjauh dari benteng Mondstadt kemudian, Panji akan mengeluarkan satu anak panah ke arah gerobak tersebut hingga berhasil dicegah. Lalu, beberapa menit kemudian, es cryo yang dikeluarkan Panji mulai mencair atau pecah seketika, pendorong gerobak dan musuh yang bersembunyi didalam karung beraksi untuk melawan Panji sendirian yang telah bersiap bertarung dengannya.

"oh, jadi kalian berdua untuk bertarung denganku",ucap Panji yang sudah menyiapkan anak panahnya ke arah mereka, kemudian, mereka pun mengeluarkan senjata jarak jauh bahkan, satunya lagi mengeluarkan pedang biasa dan bersiap untuk maju kedepan yang membuat Panji terkejut hingga bersiap untuk melepaskan anak panahnya ke arah salah satu perampok sedang berlari ke arah dirinya namun, sang musuh mengeluarkan satu buah peluru ke arah Panji namun, berhasil menghindarinya bahkan, sang musuh terjebak didalam bekukan es. Dia melihatnya sambil melihat kembali, dimana musuh berusaha mengeluarkan satu tembakkan peluru ke arahnya yang membuat Panji merasa aman dari serangan peluru dan berkata,"baiklah, aku akan..... hah?",ucapan Panji berhenti saat dia melihat perampok tersebut mengeluarkan tiga bayangan yang membuat Panji terkejut hingga heran melihatnya.

"gawat..... mana asli musuh diantara mereka itu, ah sebaiknya aku akan tetap melawan mereka berempat walaupun aku sendirian di tempat yang luas ini",ujar Panji didalam hati hingga melihat musuh bersiap melepaskan satu peluru masing-masing hingga dirinya menghindar sambil membalas serangan tersebut, dengan mengeluarkan tiga jarum ke arah mereka namun, lebih parahnya lagi, salah satu musuh yang terjebak didalam bekukkan es, es milik Panji sudah pecah dan musuh bisa maju lagi dengan pedangnya untuk menyambitnya kearah Panji. Panji mulai menghadapi mereka dengan serius, kemudian dia akan mengeluarkan tiga anak panah ke arah mereka bahkan, berhasil membekukan musuh,"Hmmm, aku akan lanjut untuk menangkap mereka",ucap Panji sambil maju kedepan dan mengeluarkan serangan lagi agar musuh lebih sulit keluar dari jebakkan es cryo milik Panji.

Panji kaget dan berusaha untuk melawan dengan mengeluarkan anak panahnya sekali lagi hingga mereka siap melepaskan pelurunya ke arah Panji hingga membeku lagi, Namun dirinya tidak puas untuk membunuh mereka berempat dan berkata,"Hmmm, bagaimana bisa mereka bisa keluar dari bekukkan milikku?",ujarnya hingga tak lama kemudian, mereka berhasil keluar dari serangan tersebut dan melanjutkan untuk melawan kembali. tiga peluru ke arah Panji kemudian Panji akan mengeluarkan serangan terakhirnya yaitu, serangan es bunga teratai hingga berhasil membekukkan sang musuh,"Baiklah! langsung saja untuk membunuh dia!",ujar Panji sambil berlari kedepan hingga mengeluarkan beberapa anak panah ke arah mereka berempat yang terjebak didalam bekukkan es, agar tidak mencair hingga Panji puas walaupun musuh sulit untuk keluar dari jebakkan es buatan Panji namun, beberapa menit kemudian, es mulai pecah yang membuat Panji kaget dan berkata,"gawat! Aku diserang oleh mereka tapi, dimana Klee dan Diona? Seharusnya mereka ada disetiap sampingku untuk melawan",ujar Panji yang kewelahan untuk menghadapi mereka dan mereka akan mengeluarkan tiga peluru dan serangan sabitan pedang ke arah Panji namun, tiba-tiba saja terdengar suara petir ungu muncul dihadapannya sambil menyerang mereka dan akhirnya terjatuh serta tiga peluru yang dikeluarkannya sudah hancur ole petir electro yang membuat Panji kaget dan berkata,"petir? Dari mana.....",ucap Panji yang melirik ke arah samping, muncul seorang wanita dengan pakaian penyihir dengan elemen electro, Lisa.

"kau tidak apa-apa nak?",ujarnya kepada Panji hingga kepala Panji mangkuk keatas kebawah sedikit hingga melihat dia berjalan kaki setengah langkah dan mengeluarkan buku sihirnya untuk melawan mereka berempat

"itukan..... Tante Lisa? Bagaimana dia bisa tau kalau aku ada disini?",ucap Panji didalam hati yang heran dengan Lisa yang telah mengetahui dirinya sedang bahaya hingga melihat Lisa yang sudah berada didepan untuk bertarung dengan empat musuh. Kemudian, mereka akan membalas lagi dengan tiga peluru yang siap untuk dilepaskan namun, anak panah milik Panji pun sudah duluan untuk dilepaskan hingga berhasil mencegah mereka dan terjebak didalam bekukkan es lagi. Satu perampok yang berhasil selamat dari serangan Panji, lalu siap memanah lagi hingga Lisa berkata kepadanya,"tenang Panji, biar aku yang akan menangkap dia!",ujarnya sambil mengejarnya dengan elemen electro yang dikeluarkannya, Lisa mengeluarkan serangan sengatan listrik dan membuatnya terjatuh dan bangkit lagi sambil menghadap dia.

Lisa pun mulai mengeluarkan serangan terakhirnya, Lightning Rose mengeluarkan cahaya listrik didalam lampunya yang membuat perampok merasakkan kengeriannya bahkan, tidak bertahan untuk melawannya namun, dibelakang Lisa dimana Panji telah berhasil membekukkan tiga perampok dan muncul serangan electro dikeluarkan olehnya bahkan, mereka terkena sengatan listrik karena, elemen cryo mencair saat elemen electro muncul tiba-tiba. Hingga Panji terkejut melihatnya dan berkata,"waaah Tante Lisa menyerang mereka bertiga juga ya",ujarnya sambil melihat Lisa telah menghantam satu perampok yang sudah tumbang,"Tante Lisa juga telah berhasil membunuh dia, bagus!",ujarnya yang merasakan dirinya senang yang telah menangkap perampok di sekitar Mondstadt.

Akhirnya, tengah malamnya, Panji melihat dua bayangan tersebut menghilang setelah menghantam listrik oleh Lisa yang ternyata yang aslinya hanya satu orang saja untuk menangkap perampok tersebut. Kemudian, Lisa melihat Eula bersama penjaga Mondstadt yang datang untuk menghampiri mereka dan berkata,"perampok itu.....",ujarnya hingga Lisa menjawab,"iya, berkat anak itu, yang telah melacak mereka berdua",jawab Lisa dan memperlihatkan kepada Eula yaitu, Panji yang telah berhasil menangkap perampok hingga melihat Eula pergi untuk menemuinya.

"Panji kau menangkap mereka",ucap Eula yang heran dengan Panji dan dia menjawab,"iya Kak, aku telah menangkap dia dan Tante Lisa berhasil menangkap perampok dengan memegang senjata jarak dekat sementara aku, dia menggunakan senapan jarak jauh",jawab Panji kepada Eula hingga berkata,"Hah, baguslah Panji",ucapnya

"iya, berkat Tante Lisa dan Juga Diona dan Klee yang sudah ditipu karena, dianggap mencuri dan menghancurkan barang-barang berharga di ruko-ruko sana Kak Eula",ujarnya

"baiklah, kalau begitu tangkap mereka",ujar Eula ke arah para penjaga dan keamanan untuk segera menangkap dua perampok tersebut untuk dimasukkan kedalam penjara

Pada tengah malam, dimana para toko kembali tutup, karena sudah larut malam bahkan, Panji pun melihat kesunyian kota sampai rumah-rumah yang sudah gelap gulita, selain itu Panji melihat Diona dan Klee yang sedang kecewa didalam kantor kerja Eula dan Diona berkata,"padahal..... aku membantu Panji untuk menangkap mereka berdua",ujarnya,"iya",jawab Klee hingga Panji tersenyum berkata,"sudah! sudah Klee dan Diona, kalian bekerja keras dan aku akan membagikkan hadiah untuk kalian",ujar Panji melihat rauk muka Diona dan Klee berubah menjadi senang hingga Diona berkata,"sungguh Panji?",ujarnya yang tidak sabar hingga melihat dua kantong koin emas mora untuk mereka berdua bahkan, Panji mendapakan primogim didalam kantong tersebut dan berkata,"Hah, mutiara apa ini Kak?",ujarnya kepada Eula hingga dia menjawab,"itu Primogim Panji, kau mendapatkannya Panji"

"oh, terimakasih Kakak, sekarang sudah tidak ada perampok lagi di tempat Kakak ya?",ujar Panji yang melihat Eula senang mendengarnya dan menjawab,"tidak",namun Klee dan Diona berkata kepada Panji,"Panji kami berdua..... pamit dulu ya sudah malam"

"oh iya, hati-hati ya Diona dan Klee?",ujar Panji yang melihat mereka pulang ke rumah untuk istirahat namun, ketika Panji ingin masuk kedalam kantor kerja Eula tiba-tiba saja, dia melihat Amber sedang berauk muka kecewa yang membuat Panji kebingungan hingga melewatinya dan masuk kedalam kantor kerjanya,"Ah? Kakak..... Amber? Kenapa dia sedih?",ucap Panji yang melihat rauk muka memperlihatkan kesedihannya dan dia berkata sambil menonjok ke foto Aether,"Aaaah! Dasar bocil ini!!!!!",ujarnya yang ingin memukul wajah Aether

"aaah sudah! sudah! Ada apa Kak?",ucap Panji yang heran dengan sikap tingkah laku Amber yang marah dengan cara memukul foto Aether dengan keras sambil menghadap Panji dengan marah bercampur sedih dan berkata dengan keras,"diam! Aku sudah muak denganmu, Aetheeeeerr!!!!!",ujar Amber yang sudah tidak tahan lagi dengannya yang membuat Panji kaget melihat. Kemudian, dia meninggalkan Panji dan Eula di dalam kantor kerjanya hingga Panji berkata kepada Eula,"Kakak, kenapa dia marah?",ucapnya

"Hah, dasar laki-laki aneh seperti itu, membuang-buang pacarnya Panji",jawab Eula kepada Panji hingga menatap mata Panji sambil berkata,"dengar ya Panji, jangan ditiru sikap Aether ya?",ujar Eula,"dia hanya maunya saja pada perempuan lain, maka dari itu Amber jadi marah kepadanya",tambahnya hingga kepala Panji mangkuk ke atas dan kebawah dan menjawab,"iya Kak"

"baik, sebaiknya kau pulang ya, nanti Ganyu mencarimu",ujar Eula yang melihat Panji pergi dan keluar dari benteng Mondstadt sendirian namun, dia mengeluarkan teleportasi agar sampai di kamarnya dan melihat Ganyu yang muncul seketika dan tersenyum kepadanya,"tumben jam segini baru pulang",ucapnya

"hah, ceritanya panjang Kak sebaiknya.... aku tidur sama Kakak",ujar Panji kepada Ganyu hingga menjawab,"iya, yuk kita tidur bersamaku",Ganyu merangkul dan tidur dihadapan Panji setelah berada di atas kasur dan kedua matanya tertutup pelan dan tidur ditengah malam hari.

***