webnovel

Game Offline World ( Indonesia )

(Cerita sudah dihentikan, Author pindah) Ayu Octaviani Ningsih Putri Nartono Ningratmojo Hayunda Astari, adalah pemain game offline. Dia hanya menghabiskan waktu bermain game Virtual Reality (VR) offline yang rilis di tahun 2050. Dia tidak bisa bangun dari tempat tidur rumah sakit, tubuhnya sangat kurus bahkan makan dan minum harus menggunakan alat bantu berupa selang Nasogastrik melalui hidungnya, dan infus tak pernah berhenti menopang kehidupannya, dia sudah seperti itu sejak berumur 10 tahun. Dia hanya bisa terbaring lemah saat bermain game offline, dunianya hanya dalam game sampai waktu mengikisnya hingga akhir hayatnya. Di dalam game, dia adalah seorang Apoteker sekaligus penyihir dengan Class Necromancer level 100 (level limit) dia begitu kuat dalam game offline yang dia mainkan bahkan Red Dragon, bisa tumbang melawannya. Tapi, game offline tetap game offline, semua penghuni di game hanya mengucapkan dialog yang sama berulang-ulang tapi kali ini berbeda ketika dia bereinkarnasi di game offline yang di kenal sebagai (G.O.W).

Yayang_ · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
147 Chs

5. Uwon Kingdom

Suara berbagai orang terdengar jelas di telinga, Ayu mulai membuka kelopak matanya. "Mmm, sudah pagi..." Gadis berambut abu-abu itu bangkit dari tempat tidur sambil tersenyum. Sesuatu yang membuatnya bahagia saat bangun tidur adalah dia bisa merasa bebas, tidak seperti orang yang tidak berdaya lagi. Ketika dia membuka jendela dia bisa melihat pejalan kaki yang cukup sibuk yang dia lihat dari lantai 2 kamar penginapan. "Rasanya sangat damai meskipun ada sesuatu yang tidak nyaman untuk dilihat, perbudakan." Ayu mengangkat tangannya untuk meregangkan otot-ototnya yang kaku, (tok, tok, tok.) Ketukan di pintu kamar membuatnya berbalik. "Siapa?"

"Ini aku Hiro, aku membawakanmu handuk."

"Oh, Hiro!" Ayu berlari menuju pintu gadis ini terlihat sangat bahagia.

Ayu membuka pintu dan mengejutkan pemuda berambut hitam itu. "Ba!" Hiro hanya tersenyum dan menyadari bahwa gadis yang disukainya sebenarnya adalah gadis berusia 12 tahun.

"Pakaianmu terbuka," kata Hiro sambil menunjuk dada Ayu.

"Ah ya kancingnya terbuka, belahan dadaku terlihat," kata Ayu.

"Ehem, ehem!" Hiro berdeham.

Argeta yang tiba-tiba lewat hanya berdeham pada saat itu Hiro terbangun dari pikiran dewasanya. "Pagi, Argeta!"

"Pagi, Yuu. Bolehkah aku memanggilmu Yuu?"

"Oh, tidak apa-apa sebenarnya bagus karena ibuku biasa memanggilku begitu jadi rasanya enak."

"..." Hiro menatap wajah Ayu, gadis yang kuat bisa mengatakan hal-hal sedih tapi tetap terlihat ceria mungkin itulah kekuatan seorang gadis muda.

Mereka pergi ke kamar mandi yang sudah tersedia meskipun di luar penginapan. Mereka menghabiskan antrean panjang mengobrol untuk mendiskusikan rencana perjalanan mereka ke Kerajaan Uwon.

"Mungkin ada monster di jalan," kata Argeta.

"Mmm, ada baiknya kita bisa sambil melatih Hiro."

Hiro malu karena dia yang paling lemah tetapi dia akan berusaha menjadi lebih kuat dan tidak menjadi beban di masa depan. Setelah mandi mereka kembali ke kamar dan menyiapkan peralatan mereka. Hiro, yang mengenakan pakaian dominan hitam berbalut armor kulit di bagian dada, membuat kagum gadis berambut abu-abu itu. "Kamu terlihat sangat tampan!" Hiro hanya membuang muka karena malu, itu cara memuji yang terlalu mendadak. Argeta tersenyum, wanita itu mengenakan pakaian dominan merah dengan baju besi menutupi dadanya, sementara Ayu tetap dengan pakaian lamanya dia lebih nyaman dan bisa menggunakan sihir 'Clean,' untuk membersihkan pakaiannya, gadis itu tahu ada sihir seperti itu ketika dia memberi tahu Argerta bahwa seorang penyihir dapat menggunakan sihir itu pada pakaian yang mereka kenakan.

Ayu meminta untuk terus berjalan dan menikmati perjalanan jika monster menyerang, Ayu bisa mengatasi segalanya. Gadis muda ini membual tentang dirinya sendiri, tetapi sebenarnya gadis ini adalah yang paling kuat di benua itu tanpa diketahui orang lain. Ayu hanya mengamati Hiro dan Argeta saat melawan monster yang mereka anggap kuat. Ayu akan membantu jika keduanya berada dalam situasi putus asa, gadis muda itu ingat bahwa yang penting adalah memperkuat diri dibandingkan dengan permainan, mereka harus naik level untuk menjadi yang terkuat. Seekor sapi bertanduk merah, seukuran bus, menghadang mereka. Hiro menebasnya tanpa ragu-ragu. Ayu bertepuk tangan memberi selamat padanya tapi Hiro malu karena monster yang dia hadapi cukup lemah.

Serigala bertanduk perak, tanduk emas, Goblin, Orc hingga Chimera, menghadapi mereka. Ayu mengambil tindakan ketika 5 Chimera menyerang mereka. Shadow Knight dan Skeleton Knight yang dipanggil Ayu dengan mudah memusnahkan 5 Chimera. Hiro dan Argeta hanya tercengang ketika Chimera yang dianggap cukup merepotkan jika salah langkah akan merenggut nyawa bisa terbunuh dalam satu pukulan oleh makhluk yang dipanggil.

Mereka membedah monster untuk mengambil kristal ajaib. Monster yang memiliki kristal ajaib adalah jantung dari monster itu, itulah yang diamati Ayu. Ada 3 level kristal ajaib dalam hal warna, hijau, kuning dan merah. Merah adalah level paling kuat untuk monster tetapi mereka hanya mendapatkan warna kuning pada mayat Chimera.

Setelah berjalan hingga sore hari mereka tiba di kerajaan Uwon, bisa juga disebut ibu kota Uwon. Ayu dan Hiro terlihat sangat takjub walaupun Ayu pernah melihatnya di game offline namun di dunia ini jauh lebih hidup sehingga para gatekeeper terlihat sangat memukau.

"Kamu harus menunjukkan identitasmu dulu!"

"Kami memiliki kartu Guild," kata Argeta sambil menyerahkan kartu Guild kepadanya.

"Maaf, Anda adalah Nona Agreta Simorithan!"

Ayu dan Hiro juga menyerahkan kartu Guild mereka. Segera, penjaga itu lebih terkejut bahwa nama itu begitu panjang, terutama karena memiliki peringkat S. Tak lama kemudian, Ayu, Hiro dan Argeta memasuki kota. Penjaga gerbang buru-buru melaporkan kedatangan peringkat S. Para bangsawan dan Raja, sangat gembira dengan kedatangan mereka. Kerajaan mereka tidak memiliki peringkat S, apalagi Ayu adalah Hunter peringkat S dari desa Uwon, mereka harus mendapatkan bantuan dari Ayu yang berprofesi sebagai penyihir.

Imajinasi dan kenyataan berbanding terbalik ketika Ayu melihat sekeliling yang terlihat prihatin ketika melihat seseorang mengemis dan seseorang dipukuli karena mencuri. Pengolahannya sangat buruk, kemungkinan besar ada koruptor yang lebih egois. Ayu, meski berusia 9 tahun, sering melihat berita macam apa para koruptor itu. Mungkin Ayu harus mulai dari Kerajaan ini, seorang gadis muda yang memiliki keinginan kuat untuk mengubah dunia yang kacau ini semakin yakin bahwa keputusan yang diambilnya tidak salah.

Hiro dan Argeta hanya bisa mengikuti Ayu yang ingin melihat-lihat kota. Ketika mereka memasuki sebuah gang ada kejutan karena ada Hunter gadis pirang muda tergeletak di tanah dengan pakaian robek - hampir telanjang bulat, Hiro buru-buru mendekati dan menutup mata Ayu dari belakang. "Sebaiknya kamu tidak melihat terlalu lama." Ayu bukanlah gadis yang terlalu polos atau bodoh dia tahu apa yang sedang terjadi dia kesal karena dunia game yang disukai gadis ini menjadi begitu kejam.

"Sayang sekali dia sudah mati," gumam Argeta sambil memeriksa gadis Hunter itu.

Ayu berbalik dan memeluk Hiro, wajar jika gadis ini menangis sekencang-kencangnya meski tidak mengenal gadis yang sudah meninggal tapi dari sudut pandang manusia itu adalah tindakan yang kejam, diperkosa dan dibiarkan begitu saja. Argeta segera melaporkan kejadian ini kepada penjaga dan menyuruh Hiro untuk menenangkan Ayu.

"Hikss...huu...sobssss..."

"... Kamu harus kuat, kenyataannya dunia kita seperti ini, situasinya hanya menguntungkan bagi yang kuat."

"Aku akan mengubah sistem dunia ini, aku berjanji untuk mengubahnya," kata Ayu saat melihat wajah Hiro.

"Aku akan mendukungmu, kamu tersenyum dulu sayang wajah cantikmu ketika kamu menangis seperti itu."

"..." Gadis berambut abu-abu itu hanya tersipu, dadanya terasa hangat dan pertama kali seorang pria memanggilnya cantik meskipun Hiro adalah NPC di game Ayu sebelumnya. "K-kamu juga, kamu tampan."

Hiro dalam hati berteriak bahwa dia sedang mengungkapkan perasaannya, berbicara dalam situasi yang seharusnya menyedihkan tetapi tidak apa-apa jika dia mengatakan yang sebenarnya meskipun yang dia sukai masih di bawah umur.