Lama dia tidak mencicipi peradaban, terlebih kasur empuk, udara AC, juga TV luas.
Setelah menjalani perawatan intensif dalam waktu lima hari tangan kirinya dapat bergerak, walau belum mampu mengangkat benda berat, dia bersyukur.
Terlentang di kasur hotel Sutris menerawang langit kamar. Suara TV yang ditonton Aris tidak mengusik pikiran dan hati yang bertanya-tanya. Apa lomba selanjutnya? Bagaimana kabar Akiko? Ke mana perginya Anna dan Sergei?
Memakai kaos longgar dan celana pendek, Aris duduk bersila kaki di atas kasur lain, memangku camilan. "Jangan langsung tidur, minum obat. Empat hari lagi kita bakal tahu lomba selanjutnya seperti apa."
"Ris, menurutmu jika kita kelak diharuskan saling membunuh, apa kamu mau membunuh Akiko, atau Anna?"
Santai Aris menjawab, "Aku hanya bocah." Suara TV mendominasi bercampur suara kriuk cemilan. Tanpa menoleh dia bertanya, "Apa kau akan membunuhku jika harus?"
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com