Anne menatap dirinya melalui pantulan cermin. Seragam hitam dengan pita kupu-kupu di sekitar leher membuatnya terlihat lucu. Anne juga terlihat berbeda dari pelayan keluarga Yuan. Jika seluruh pelayan memiliki rambut pirang dan mata berwarna biru terang, Anne berbeda. Rambutnya berwarna hitam pekat. Matanya sangat sipit dengan senyuman yang selalu terbingkai di bibirnya.
"Anne," ucap bibi Fani. Perempuan paruh baya itu berjalan mendekatinya. Anne spontan berdiri dan bersiap.
"Hari ini, akan ada acara perjamuan. Kamu bersiaplah!" ucapnya. Anne menundukan kepala saat bibi Fani bergegas pergi meninggalkannya. Wajah perempuan paruh baya itu sangat cantik meskipun dipenuhi oleh keriput di sekitar pipinya.
Anne berjalan menuju dapur. Dia melihat ada lima pelayan sedang bersiap menyediakan sarapan di meja makan. Anne bingung harus berbuat apa.
"Tolong bawahkan makanan itu!" sahut salah satu pelayan. Anne mempercepat langkahnya. Dia mengambil nampan lalu bergegas membawahnya ke meja makan. Rumah keluarga Yuan sangat luas. Bahkan meja makannya berada di sekitar taman yang dirawat dengan sempurna.
Bagaikan istana yang memiliki desain outdor. Anne merasa bahwa tuan Alderic sangat suka dengan desain yang terbuka di setiap sisi rumahnya.
"Anne!" ucap bibi Fani. Anne terlalu sering menghayal. Dia mengangumi setiap ornament rumah keluarga Yuan dan melupakan tugasnya.
"Kamu dari Korea yah?" tanyanya. Anne mengangguk.
"Wajahmu hampir mirip dengan istri tuan Alderic. Tapi, beliau sudah lama meninggal."
"Dia mantan model terkenal di Korea," ucap bibi Fani menjelaskan. Dia menyentuh pundak Anne lalu tersenyum dan melanjutkan tugasnya mengawasi seluruh pelayan di rumah keluarga Yuan.
Anne bergegas berjalan ke dapur. Dia mengambil beberapa minuman untuk diletakkan di meja makan.
Saat berada di lorong yang menghubungkan antara dapur dan ruangan makan, Anne merasa ada seseorang yang sedang berlari. Dia tidak tahu, apakah itu langkah kaki tuan muda.
"Segera siapkan makanan!"
Anne spontan menatap ke sumber suara. Ternyata, lelaki yang sedang berjalan itu bukan tuan muda. Melainkan sosok lelaki berbadan besar dengan rahang tegas sedang duduk di meja makan. Dia terlihat tergesa-gesa pagi ini.
"Tuan Victor!" ucap salah satu pelayan. Anne mengerutkan kening.
"Tuan Victor?"
"Apakah dia anak tuan Alderic? Aku rasa, keluarga Yuan hanya memilik satu putra mahkota," batin Anne dalam hati.
***
Tuan Alderic menatap Victor dan Ares secara bergantian. Tuan Alderic lalu memandangi Victor yang terlihat tidak bersahabat.
"Dia adalah Ares," ucap Tuan Alderic memperkenalkan.
"Jadi, statusku sekarang berubah?" sahut Victor kemudian. Tuan Alderic menghela napas panjang.
"Tidak juga, kau tetap keluarga Yuan. Hanya saja, Ares akan memimpin perusahaan," ucap tuan Alderic. Victor menghela napas panjang. Ares menatap lelaki yang sejak pagi datang di rumahnya. Ares tidak tahu, siapa lelaki itu? Mengapa tiba-tiba terlihat tidak bersahabat memandanginya.
"Oke, aku akan memulai hariku dengan baik, ayah. Aku juga tidak akan menganggu rencanamu," ucap Victor lalu bergegas beranjak dari tempat duduknya. Victor berjalan meninggalkan ruangan itu. Sebelum menyentuh knop pintu, tuan Alderic memanggilnya.
"Victor, apakah kau tidak mau ikut perjamuan makan malam?" tanya tuan Alderic segera. Victor menggeleng.
"Tidak ayah, aku sama sekali tidak tertarik!" ucapnya kemudian. Ares menatap wajah ayahnya. Dia menunggu penjelasan mengenai lelaki yang tiba-tiba saja datang pagi ini. Victor, siapa lelaki itu? Pikirnya.
Tuan Alderic yang menangkap raut wajah bingung dari Ares segera duduk di samping putranya. Tuan Alderic mengengam tangan Ares.
"Victor adalah anak angkat kami. Sejak kamu menghilang, ibumu mengangkatnya sebagai anak," jelas tuan Alderic.
"Lalu, di mana dia selama ini?" tanya Ares tidak mengerti. Tuan Alderic menghela napas panjang. Dia lalu mengambil album foto yang terletak di ruangan keluarga. Tuan Alderic secara perlahan membuka album foto tersebut.
"Selama ini, Victor berada di Jerman. Dia menghabiskan waktunya di sana," jelas tuan Alderic.
"Lalu, kamu hadir dan mungkin saja dia mendengarkan hal ini. Victor yang menemani ayah saat mencarimu," jelas tuan Alderic. Ares menganggukan kepala mengerti.
"Bersiaplah untuk makan malam nanti."
"Apakah kau tidak ingin menjelaskan identitasmu ke khalayak ramai?" tanya tuan Alderic. Ares menggelengkan kepala.
"Keluarga Smith akan tahu jika kau tampil di depannya, bagaimana kamu bisa menghadapi itu nanti?" sahut tuan Alderic lagi. Ares menghela napas panjang.
"Aku tidak akan berbicara, mungkin hanya menyimak apa yang ayah akan katakan," ucap Ares. Tuan Alderic sungguh tidak mengerti apa yang direncanakan putranya itu.
"Masih sakit hati?" tanyanya. Ares menggeleng.
"Kau bisa menemukan perempuan terbaik di kota ini."
"Ayah bisa mengenalkanmu dengan banyak wanita, jika kau mau," sambung tuan Alderic. Ares menghela napas panjang.
"Tidak usah ayah, aku hanya ingin melihat, bagaimana reaksi keluarga Smith dengan kenyataan ini," ucap Ares sambil tersenyum kecut. Dia menunggu saat keluarga Smith menyesal sudah membuangnya.
Tok … Tok …
Ketukan pintu itu membuat Ares spontan ke sumber suara. Ada Anne yang sedang membawah minuman. Tubuh Anne serasa menegang saat dipandang Ares begitu lama.
"Ini minumannya," ucap Anne sambil meletakkan dua cangkir kopi di meja. Anne bergegas berjalan keluar. Namun Ares terus menatapnya.
"Dia berbeda dari pelayan yang lain," ucap Ares. Tuan Alderic tertawa.
"Tentu saja putraku, dia perempuan asing yang aneh. Tapi, karena dia memiliki kebangsaan yang sama dengan ibumu, ayah setuju jika dia bekerja di sini."
"Keluarga Yuan berasal dari Korea, tentu saja kau akan menjadi pemimpin dari keluarga ini," ucap tuan Alderic.
"Ayah ingin kau segera menemukan wanita pilihanmu, Ares. Lalu, fokus kepada keluarga Yuan untuk membangun bisnis di negara ini," ucap Tuan Alderic. Setelah mengatakan hal itu, tuan Alderic meninggalkan Ares.
"Baik, ayah!" jawabnya.
***
Setelah seharian menyediakan makanan dan juga membersihkan di rumah yang super mewah ini. Anne akhirnya memiliki waktu untuk istirahat. Sejujurnya, dia menyesal dengan rencananya. Menjadi pelayan di rumah yang penuh dengan tugas adalah pilihan salah. Seharusnya Anne menyamar saja menjadi rekan kerja atau sejenisnya.
Anne menatap tangannya yang keriput karena seharian berada di air. Dia membersihkan kolam renang keluarga Yuan. Setelah itu, dia harus menyapu halaman yang super luas.
Brak!
"Kau~"
Anne membulatkan matanya saat tanpa sengaja dia menjatuhkan kopi yang berada di tangan tuan Victor. Lelaki itu tampak menyeramkan. Dia memiliki sorot mata yang sangat tajam. Seakan ingin memangsa bagi siapa pun yang berada di dekatnya.
Anne menundukan kepala. "Maafkan aku Tuan Victor, biar aku ganti gelasnya," ucap Anne. Victor malah membuang gelas ditangannya.
"Kau~"
Tangan kekar itu menangkup pipi Anne dengan kasar dan membuatnya merintih. "Jangan lakukan lagi atau kau akan ku pecat!" ucapnya dengan suara penuh penekanan. Tubuh Anne bergetar karena ketakutan. Setelah melakukan itu, Victor bergegas berjalan menjauh.
"Sekali lagi kau lakukan seperti itu, aku akan menyuruhmu keluar dari rumah ini!" ancamnya. Anne yang berdiri di bibir kolam renang merasa kakinya seperti jelly. Bukan karena hawa dingin namun karena ketakutan yang amat luar biasa.
Tatapan lelaki berahang tajam itu seakan menusuk. Baru kali ini Anne melihat manusia yang sangat mirip dengan gigolo. Perlahan, bola mata Anne memanas. Ini pertama kalinya dia mengalami kejadian mengerikan seperti itu.
Anne menyentuh pipinya yang terasa sakit. "Anne!" teriak bibi Fani. Perempuan paruh baya itu berjalan dengan cepat menghampirinya. Anne sudah membersihkan kolam dan tugasnya sekarang yaitu, mempersipkan diri untuk makan malam istimewa.
"Apa yang kau lakukan?"
"Mengapa tuan Victor marah?" sahut bibi Fani. Perempuan itu mendesah kasar ke udara.
"M-aaf, tadi aku tidak …,"
"Jangan lakukan lagi atau kau akan di pecat!" potongnya segera. Anne menganggukan kepala mengerti.
Bersambung …