Bibi Fani berdiri sambil menundukan wajahnya di depan. Ares memanggilnya secara khusus untuk datang ke dalam ruangannya. Ares menatap tumpukan buku dan sesekali menatap bibi Fani.
"Ada apa tuan muda?" tanya bibi Fani. Ares menghela napas panjang.
"Katakan kepada Anne, jangan pernah menuruti keinginan Victor!" sahutnya. Bibi Fani spontan menongakan wajah dan menatap Ares dengan ekspresi tidak mengerti.
"Ya, kau sudah mendengarkan apa yang aku katakan?" tanya Ares lagi. Bibi Fani menghela napas panjang.
"T-tapi … tuan Victor akan …,"
"Katakan saja jika perintah itu dari aku!"
"Kau bisa keluar!" ucap Ares segera. Bibi Fani menganggukan kepala mengerti. Dia bergegas meninggalkan ruangan itu. Bibi Fani berjalan menuju kamar kepala pelayan. Dia tidak mengerti. Mengapa Anne harus berhadapan dengan kedua lelaki itu? Apa yang menjadi daya tarik Anne, perempuan asing di Barcelona ini?
Bibi Fani menatap Anne yang sedang sibuk menyapu halaman. Tugas perempuan itu hanya menyapu halaman yang lumayan luas dan juga membersihkan kolam renang. Merasa dilihat, Anne spontan menatap bibi Fani.
"Ada apa?" tanyanya segera.
Bibi Fani menghela napas panjang. "Kau melihat tuan Victor dan Ares bertengkar?" tanya bibi Fani. Anne menunduk ke bawah. Dia seidkit bingung harus berkata apa. Ya, dia melihat kedua lelaki itu sedang bertengkar.
"Anne, jangan biarkan dirimu berada di dalam keluarga Yuan. Kau harus tahu, jaga jarak dengan kedua putra tuan Alderic!"
"Kau harus tahu, kau adalah pelayan di sini. Jadi, jaga sikapmu itu!" ucap bibi Fani. Anne menghela napas panjang. Dia menganggukan kepala mengerti. Dia lalu melanjutkan tugasnya. Anne menongakan wajahnya ke atas dan melihat Ares sedang menatapnya. Lelaki itu sangat dingin. Bahkan terlihat acuh.
"Aku harus mencari sisi kelemahan lelaki itu," batinnya kemudian.
"Ya, aku harus mencari sisi kelemahannya lalu aku akan menghancurkannya," ucap Anne penuh rasa dendam. Dia terus menatap Ares yang juga memandanginya dari lantai dua. Tatapan mereka bertemu. Anne tidak bisa berbicara apapun.
***
Setelah membersihkan halaman utama hingga kebun anggur tuan Alderic. Anne bergegas masuk ke dalam rumah. Hari ini, hanya tuan Ares yang ada di dalam rumah karena lelaki itu harus belajar khusus sekolah bisnis. Entahlah, Anne tidak mengerti mengapa Ares tidak memiliki gelar seperti tuan Victor. Lulusan MBA dari Inggris. Bahkan tuan Victor merupakan lulusan terbaik di Universitas Cambridge.
Anne menatap tumpukan piring. Harusnya bibi Fani tidak memberikannya banyak kerjaan. Masih ada Debora, Jack dan beberapa pelayan di rumah ini.
"Anne, cepat selesaikan piring itu lalu segera istirahat!"
"Kita akan menyusun tugas para pelayan!" perintah bibi Fani. Anne menganggukan kepala mengerti. Dia harus menyelesaikan tugasnya secara cepat dan bisa segera istirahat. Jika bukan kerena dendam keluarganya. Anne berjanji, dia tidak akan melakukan kerjaan berat seperti ini.
Tap … Tap …
Bunyi langkah kaki itu mengema. Seluruh pelayan yang berada di depan dapur menundukan kepala. Di keluarga Yuan, terdapat sepuluh pelayan berpakaian hitam. Seluruh pelayan merupakan orang kepercayaan keluarga Yuan yang tidak sembarangan dipiih.
"Tuan Victor!"
"Tuan Victor, ada apa?" tanya bibi Fani yang bergegas berjalan menghampiri majikannya itu. Bibi Fani harus menaikan gaunnya ke atas dan segera mempercepat langkahnya.
"Di mana Anne?" sahutnya.
"Anne ada di dalam, mengapa tuan Victor mencarinya?" sahut bibi Fani lagi. Mendengarkan suaranya di panggil, Anne menghentikan aktifitasnya. Tubuhnya terasa menegang. Dia ketakutan jika berurusan dengan Victor. Tatapan tajam Ares tidak membuatnya seperti ini. Berbeda jika dia berdekatan dengan Victor.
Melihat Victor berdiri di depan pintu, Anne menundukan wajahnya. "Ikut denganku!" ucap Victor segera. Dia menarik tangan Anne dan membuat perempuan itu secara paksa mengekor di belakang Victor.
"Bibi Fani, biarkan pekerjaan ini di lanjutkan Debora, aku ingin berbicara dengan Anne!" ucap Victor. Mau tidak mau, bibi Fani menyetujui hal tersebut.
Wajah ketakutan Anne terlihat jelas. Sialnya, mengapa dia harus berhadapan dengan Victor. Dengan langkah cepat, Anne terus mengikuti lelaki itu.
"Tuan Victor, aku salah apa?"
"Apakah hari ini aku melakukan kecerobohan lagi?" tanya Anne sedikit cemas. Victor tidak berbicara. Dia hanya terus menarik tangan Anne untuk mengikutinya.
"Tuan Victor!" ucap Anne. Sesampai di dalam kamar, Victor memerintahnya untuk duduk. Anne benar-benar tidak mengerti.
"Malam ini, apakah bibi Fani memberikanmu tugas?" tanya Victor segera. Anne menggelengkan kepala. Deru napasnya memburu, dia sangat kelelahan mengikuti langkah cepat lelaki itu.
"Oke, jika begitu ikut denganku malam ini!" sahutnya. Anne spontan menatap manik mata Victor. Dia membulatkan mata tidak percaya.
"Mengapa harus ikut?"
"Ya, temani aku untuk pesta dansa kelulusan, jangan sampai telat dan aku akan mengirimkan gaun untukmu!" perintahnya. Anne menghela napas panjang.
"Sial, aku terjebak lagi!" batinnya.
***
"Hallo, ada apa?"
"Aku lagi siap-siap keluar nih," keluh Bellatric saat mendengarkan suara Anne.
"Hai, jangan tidur dulu. Ini gawat!" aduhnya. Bellatric menghela napas panjang. Suara Anne tampak ketakutan. Dia baru saja mengantar bibi Cho Hee dari dokter. Selama Anne ke Barcelona, Bellatric menemani perempuan paruh baya itu di rumahnya.
"Ada apa sih?"
"Kau sudah tahu tuan Victor?" tanya Anne segera. Bellatric mencoba mengingat bentuk wajah lelaki itu.
"Ya, aku tahu. Dia anak pertama dari tuan Alderic dari istri pertamanya. Namun keluarga Yuan kaya raya karena istri kedua tuan Alderic yang berdarah Korea, ada apa sih?" jelas Bellatric panjang lebar.
"Dia mengajakku ke pesta dansanya, apakah ini salah satu jebakan? Apakah dia tahu bahwa aku menyamar untuk menghancurkan keluarganya?" ucap Anne gugup. Bellatric terdiam cukup lama. Dia mencoba mencerna kata-kata sahabatnya itu.
"Kau tenang dulu, sepertinya penyamaranmu tidak diketahui siapapun. Aku akan mencoba mencari tahu lebih lanjut. Kau tetap berpura-pura di sana," ucap Bellatric. Anne menghela napas panjang.
"Kalo dia membunuhku sebelum aku menghancurkannya, bagaimana?"
"Tidak mungkin Anne, hal itu tidak mungkin!" sergap Bellataric segera.
"Tenang saja, aku sedang sibuk, hari ini bibi Cho Hee ingin dibuatkan kue. Sudah dulu yah!" sahutnya.
Tit!
Panggilan telepon terputus. Anne menghela napas panjang.
Tok … Tok …
"Anne!"
"Anne!" teriak bib Fani. Dia mengetuk pintu kamarnya dengan sangat keras membuat Anne kaget. Dengan langkah cepat, Anne segera membuka pintu itu lagi.
"Hari ini, kerjaanmu akan diambil alih oleh Debora, persiapkan diri untuk menemani tuan Victor!"
"Dan juga, jangan lupa untuk memakai gaun yang akan dibawahkan pelayan!"
"Ingat, jangan besar kepala karena ini, ini adalah jebakan!" gerutu bib Fani. Tatapan perempuan paruh baya itu sangat tajam.
"Oke!"
"Besok, kau akan melanjutkan pekerjaan Debora, jadi bersiaplah!" sambungnya lagi. Setelah mengatakan hal itu, bibi Fani bergegas pergi. Salah satu pelayan kemudian meletakkan gaun mewah di samping tempat tidur.
Anne menatap gaun itu dengan sangat lama. "Apa tuan Victor menyukaiku?" batinnya.
Bersambung …