webnovel

Bab 6

Masih diposisi yang sama, Cherry duduk diatas ranjang sambil meremas kuat selimut yang saat ini membungkus tubuh mungilnya. Setelah mendengar ungkapan Liam barusan, akhirnya gadis itu berhasil mengingat kepingan kejadiaan naas yang telah dialaminya semalam.

Cherry masih mengingat dengan jelas bagaimana saat tubuh lemahnya diseret paksa lalu kain penutup tubuhnya dikoyak begitu saja oleh mereka. Sesekali, jemarinya bergerak, ia mengusap pelan air matanya yang mulai menetes.

Andai saja pria yang sampai saat ini belum ia ketahui namanya tidak datang diwaktu yang tepat, mungkin saja nasib buruk itu akan menimpanya. Entah akan bagaimana nasibnya saat ini.

Mungkin Cherry sudah menjadi gadis yang kotor dan tidak berharga lagi. Didunia ini, Ia tidak memiliki harta berharga lainnya. Cherry hanya memiliki tubuhnya dan dia tidak sanggup membayangkan jika saja hal buruk itu terjadi padanya.

"Haahh," perlahan, Cherry menghela nafasnya.

"Terimakasih Tuhan … terimakasih karena Engkau sudah mengirim orang baik untuk menolongku" gumam Cherry setelah helaan nafas leganya. Setidaknya, Cherry sangat bersyukur karena telah dipertemukan dengan pria itu.

Kemudian setelah itu, Cherry melirik kearah samping, ia menatap kemeja yang diberikan oleh Liam barusan. Dengan perlahan, Cherry meraihnya kemudian ia lekas beranjak pelan dan melangkah masuk kedalam kamar mandi.

Ceklek!

Cherry membuka pintu kamar mandi dengan sangat hati-hati. Ia seakan sangat takut jika tindakannya dapat merusakan salah satu barang milik Liam. Disana, Cherry memandang takjub sekitar kamar mandi luas itu.

"Kamar mandinya luas dan mewah," Cherry melepas selimut yang masih membungkus tubuhnya.

Dengan pelan, Ia meletakan selimut tersebut diatas kursi khusus disana. Setelah itu, ia melangkah menuju tempat shower. Sebelumnya, Cherry melepas sisa kain yang melekat di tubuhnya dan ia pun lekas membasuh tubuhnya.

***

Dua puluh menit kemudian,.

Dua puluh menit adalah waktu yang dihabiskan oleh Cherry untuk membersihkan tubuhnya. Usai mengeringkan rambut panjangnya, Cherry kembali meneliti penampilannya di depan cermin panjang disana.

Ia mengulas senyum manis ketika melihat pantulan tubuh mungilnya pada cermin di depannya. Kemeja milik Jordhan yang ia kenakan saat ini sangatlah besar, bahkan mampu menutupi setengah paha putih mulusnya.

"Besar sekali" gumamnya sambil menatap lurus ke arah depan.

"Tapi … aku bersyukur dia masih mau pinjamkan kemejanya untukku" lanjutnya lagi.

Setelah meneliti penampilannya, Cherry mulai beranjak keluar dari sana. Sebenarnya dia sedikit risih dengan penampilannya yang hanya menggunakan kemeja saja tanpa bawahan seperti celana panjang atau semacamnya.

Dia hanya mengenakan celana dalam miliknya saja. Namun mau bagaimana lagi, yang diberikan oleh Jordhan hanyalah kemeja tersebut. Namun begitu, dia tetap sangat bersyukur.

Ceklek!

Cherry menekan pelan tuas pintu kamar tersebut, ia membukanya dan melangkah keluar. Sejenak Cherry mengedarkan pandangannya, ia mencari sosok sang pemilik apartemen tempat saat ini ia berpijak.

"Kemana dia? Kok kosong? Sepi?" gumam Cherry pelan sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru. Disana terlihat kosong.

"Gak mungkin kan dia ninggalin aku disini?" gumamnya lagi, bahkan keningnya sedikit berkerut. Bingung.

Namun, tak berselang lama, sayup, Cherry mendengar suara Liam yang sepertinya sedang berbicara lewat panggilan telepon. Cherry melangkah semakin dekat sehingga ia dapat melihat punggung lebar milik Liam disana. Saat ini pria itu sedang berdiri dengan posisi membelakanginya.

'Tinggi banget' batin Cherry saat melihat betapa jangkungnya tubuh Liam. Seketika Cherry merasa jika dirinya seperti seekor semut.

Melihat Liam yang nampak sudah selesai berbicara dengan seseorang yang entah siapa, ia pun melangkah semakin dekat hendak menyapa. Cherry mengangkat sebelah tangannya, hendak menepuk kecil punggung lebar tersebut.

"Pak..." panggil Cherry pelan namun sepertinya Liam sedikit terkejut sehingga pria itu memutar tubuh atletisnya dengan gerakan tiba-tiba sehingga dengan tidak sengaja Liam menubruk pelan tubuh mungil di depannya.

"Aaakhhhh" Cherry terpekik karena hampir saja dia terjatuh.

Ceetttarrrrrrr

Dengan gerakan cepat Liam menangkap tubuh mungilnya sehingga Cherry tidak sengaja menyenggol gelas susu yang sudah disiapkan oleh Liam untuknya. Gelas tersebut jatuh dan pecah begitu saja.

Sementara Liam, pria itu tetap pada posisinya, memeluk pinggang ramping itu, ia menatap lekat wajah alami yang terlihat begitu sangat cantik menurutnya. Namun tak berselang lama, suara Cherry sontak membuyarkan lamunan singkatnya.

"Maaf, Pak" ujar Cherry pelan. Liam sadar ia lekas membenarkan posisi Cherry lalu melepas diri dari gadis itu.

"Yeah! It's okay!" balas Liam dengan gumaman pelan.

Cherry nampak sedikit kikuk, gadis itu melihat ke arah lantai yang sedikit berantakan.

"Yah! Tumpah Pak. Maaf ya? Biar saya bereskan dulu" ujar Cherry tidak enak hati saat melihat pecahan gelas dan genangan cairan putih itu di sana.

"Tadinya itu untuk mu … tapi kau bisa ambil yang baru di kulkas" ujar Liam memberitahu. Sejenak, Cherry mendongak lalu mengangguk pelan.

"Iya, Pak" jawabnya.

Cherry melangkah masuk ke dalam dapur mini disana, ia mengambil berbagai macam peralatan untuk membersihkan lantai. Sementara Liam, ia masih berdiri mematung saat melihat penampilan Cherry yang saat menggunakan kemeja miliknya yang tampak sangat kebesaran di tubuh mungil itu.

Menit berlalu, Cherry terlihat sangat fokus memberikan lantai disana hingga semuanya benar-benar bersih. Sedangkan Liam ia tetap menatap Cherry dalam diam. Ia menatap bagaimana Cherry membersihkan cairan tersebut dengan cekatan.

"Sudah Pak" ujar Cherry yang saat ini berdiri tepat di depan Liam. Pria itu tersentak, Cherry kembali mengejutkannya.

"Ah … yeah! Kamu lapar?" tanya Liam kaku.

Sejenak, Cherry nampak ragu. Gadis itu malu mengakui akan rasa laparnya. Namun Liam sepertinya cukup peka, ia tahu jika Cherry sedikit tidak enak hati terhadapnya.

"Sebaiknya kita sarapan. Kebetulan aku buat dua sandwich. Untukmu dan untukku. Hanya susu saja yang kurang, kau boleh mengambilnya di kulkas" jelas Liam panjang lebar. Kali ini pria itu mulai lebih banyak berbicara dan itu hanya saat bersama Cherry bahkan untuk yang pertama kalinya. Biasanya dia akan berinteraksi seperlunya saja.

"Iya Pak … terima kasih. Tapi saya pake air putih saja" balas Cherry, sejenak Liam mengerutkan keningnya bingung.

"Air putih? Sandwich pake air putih?" tanya Liam memastikan, ia seakan sulit percaya. Namun Cherry pun lekas mengangguk pelan.

"Iya Pak. Saya lebih suka pake air putih saja. Lebih enak" jawab Cherry.

Ia merasa aneh namun tak ingin memperpanjang, Liam hanya mengangguk tanda mengiyakan. Terserahnya saja yang penting Liam sudah menawarkan saja pikirnya.

"Baiklah, terserah kamu saja" gumam Liam pelan.

Pria itu melangkah dekat ke arah meja makan, ia menarik satu kursi di sana kemudian lekas mendudukan dirinya. Sementara Cherry, gadis itu turut melakukan hal yang sama, ia mengambil posisi tepat didepan Liam.

Cherry menarik pelan piring yang berisi sandwich miliknya. Sesekali ia melirik ke arah Liam. Pria itu menikmati sarapan paginya dalam diam, entah kenapa, semakin lama ia menatap pria itu, Liam semakin terlihat sangat tampan menurutnya.

'Haahh … Mikir apa sih, Cherr. Jangan aneh-aneh deh! Suami orang main kamu kagumi aja' batin Cherry sambil menggigit ujung sandwichnya dan mulai mengunyah pelan.

Sementara Liam, pria itu bukannya tidak sadar jika sejak tadi Cherry terus melirik ke arahnya. Namun dia berusaha untuk tidak menghiraukan. Dia hanya tidak ingin jika gadis itu merasa tidak nyaman dengan tatapan tajamnya.

Ting! Tong! Ting! Tong!

Keduanya sontak menghetikah kunyahan dalam mulut mereka saat mendengar suara bel berbunyi dan itu menandakan jika Liam sepertinya sedang kedatangan tamu yang entah siapa.

Cherry menatap wajahnya, gadis itu khawatir jika mungkin saja yang datang itu adalah istri pria itu, lalu mendapatinya dan mengira jika dia adalah pelakor. Bayang-bayang jambakan pada rambutnya mulai terlintas begitu saja dalam benaknya.

Sementara Liam, ia menegakkan tubuhnya dan hendak beranjak dari sana. Ia ingin melihat siapa yang saat ini sedang bertamu ke apartemennya di jam pagi seperti ini.

"Pak! Apa saja sembunyi saja?" tanya Cherry khawatir. Liam menatapnya dengan kening berkerut.

"Bersembunyi? Untuk apa?" tanya Liam, dia benar-benar bingung.

"Saya takut Pak. Bagaimana kalau yang datang adalah istri Bapak dan menganggap saya ini wanita simpanan Bapak atau mungkin sugar baby Bapak. Saya tidak mau dijambak Pak. Sakit" ujar Cherry dengan wajahnya ia buat meringis seakan sangat menghayati sekali saat rambutnya dijambak. Mendengar asumsi aneh gadis itu, Liam sontak membelalak tak percaya.

'What the fuckkk! Dia berpikir jika aku sudah memiliki istri?' batin Liam tak habis pikir.

'Simpanan? Sugar Baby? Benar-benar gila!' lanjutnya dalam hati.

"Tetaplah disini! Tidak perlu bersembunyi atau melakukan hal aneh lainnya" balas Liam datar namun sepertinya Cherry tidak mau mendengarkannya. Gadis itu beranjak dari kursinya, dengan gerakan cepat, ia meraih pergelangan tangan Liam.

"Tolong Pak … saya takut. Sebelumnya saya pernah dituduh seperti itu Pak. Saya dijambak dan juga disiram. Rasanya tidak enak sekali. Biar saya bersembunyi saja ya … di mana saja pak, tidak apa-apa" mohon Cherry.

Yah... Cherry tidak berbohong, dia memang pernah dilabrak saat dirinya bekerja. Saat itu Cherry sedang mengantar pesanan pengunjuk klub dikamar VIP, namun disana ia mendapat perlakukan buruk karena istri pria penghuni kamar tersebut tiba-tiba datang dan langsung mengamuk, mengira jika dirinya adalah wanita simpanan.

Ting! Tong! Ting! Tong!

"Haahhh…"

Bel apartemen kembali bunyi, Liam menghela nafas saat mendengar pernyataan konyol Cherry. Pria itu ingin melepas cekalan tangan Cherry pada lengannya, namun genggaman gadis itu nampak sedikit kuat.

"Aku tidak memiliki istri! Jadi tidak mungkin akan ada yang datang melabrak mu. Tetaplah disini, aku ingin membuka pintu. Sebaiknya kau habiskan saja sarapan pagimu" ujar Liam. Refleks, Cherry menjauhkan tangannya dari sana. Ia sungguh malu sekali bahkan ia dapat merasakan jika seluruh wajahnya mendadak panas akibat ulah konyolnya barusan.

"I-Iya, Pak" balasnya dengan suara terbata. Gugup dan malu itulah yang ia rasakan saat ini.

Liam melangkah meninggalkan Cherry disana, pria itu juga penasaran dengan orang datang bertamu ke apartemennya di pagi hari seperti ini.

Ceklek!

"Good morning, Tuan Sanjaya!"

Deg!

***