webnovel

Tujuh

Berawal dari adanya kegiatan KBM (Kemah Bakti Mahasiswa) yang diadakan oleh HIMA Bahasa Indonesia. Waktu itu tepat bulan April 2012 di tahun kedua kuliahku. Sebelum ditunjuk menjadi panitia, aku malas untuk ikut serta dalam kegiatan ini. Tetapi, dengan agak terpaksa karena ajakan teman-teman sevenconku, akhirnya aku ikut serta menjadi panitia seksi kesehatan.

Sehari sebelum acara, kami semua mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan di sana. Pelaksanaan KBM kala itu di Padangpanjang Pariangan, Batusangkar. Kisah itu berawal dari sini.

Hanya memperhatikan dari jauh. Orang yang tidak kukenal. Pemuda sekaligus senior kami. Badannya tinggi, bongsor, dengan kulit agak putih. Dia ikut serta mambantu kami dalam mempersiapkan peralatan tenda untuk acara KBM nanti. Aku hanya berusaha menganalisis pribadinya dari jauh. Karena dia senior, aku pun enggan mendekatkan diri.

Ternyata banyak dari temanku yang akrab dengannya. Seolah-olah dia adalah pribadi yang asik dalam bergaul. Namun, aku belum bisa menilai kalau dia itu asik, karena pembawaannya seolah memberi jarak terhadapku. Agak sombong. Itu yang kutangkap dari pembawaannya. Dia pun memang tak mengajakku berkomunikasi.

"Huft.. Bagaimana ya caranya agar aku bisa memasuki dunianya?" Pikirku.

Aku pun tidak memaksakan diri untuk dekat dan akrab dengannya. Karena aku benar-benar menganggap dia senior yang hanya bisa aku hormati. Itu saja yang ada dalam benakku.

Saat kami sedang mencoba mendirikan tenda, ia mulai mengajakku berkomunikasi dengan jalan meminta tolong untuk membukakan jam tangan yang melekat di tangannya. Namun, setelah agak sulit membukanya, tak sengaja jamnya terjatuh. Ia pun mengatakan bahwa itu adalah jam tangan barunya. Sepertinya aku grogi.

"Yah, maaf bang." Sesalku padanya.

"Gak apa-apa kok." Senyumnya menyertai.

Setelah itu, ia mulai mencoba mendirikan tenda bersama rekan laki-laki yang lain. Sedangkan, aku membawa dan menyusun peralatan tenda ke ruang PIK KRR yang menjadi basecamp kami sebelum menuju tempat diadakannya KBM.

***

Tak ada ketertarikan. Berbeda dengan ketika aku mengenal orang baru. Walaupun usianya lebih tua dariku, aku bisa ikut serta dalam percakapan. Memoles diri agar mampu mengenal seseorang secara perlahan dengan percakapan ringan. Tapi, dengan dia? Seperti dua kutub magnet yang sama. Tidak ingin saling mendekat. Mungkin karena kita baru bertemu. Jadi ia pun tak menginginkan aku untuk lebih dekat dengannya.

"Ok. Lagi-lagi dia adalah senior." Gumamku.

***

Ternyata di sini. Acara KBM pun dimulai. Semua panitia sibuk mempersiapkan peralatan. Mulai dari tenda, perlengkapan, makanan, dan minuman. Semua terlihat sibuk dengan tuganya masing-masing. Hingga aku pun yang menjadi seksi kesehatan juga harus turun tangan membantu di dapur untuk persiapan makan anggota dan peserta KBM. Karena saat itu, hanya aku yang bisa menggunakan motor untuk bolak-balik ke salah satu rumah senior kami dalam rangka meminjam dapurnya untuk memasak. Sedangkan, aku harus membawa hasil masakan dari rumah tersebut ke lapangan hijau, tempat anggota dan peserta KBM berkumpul.

***

Ketika malam hampir tiba. Aku membawa mie yang sudah dimasak untuk para tamu undangan yang akan mementaskan drama malam ini. Dan dia, seniorku, sedang duduk di tenda. Berbincang-bincang dengan teman-temanku yang lain, yang tidak menyaksikan pertunjukkan drama di tengah lapangan.

Aku yang telah seharian berada di dapur dalam membantu seksi konsumsi menyiapkan makanan, akhirnya kuputuskan untuk bersantai sejenak di tenda sekaligus melihat kegiatan yang tengah berlangsung dari kejauhan. Hanya tak kurang dari 20 menit aku berada di tenda. Dengan tanpa menghilangkan rasa hormatku pada senior. Aku yang tak sengaja menikmati percakapan senior itu dengan teman-temanku, merasa perlu untuk mengeluarkan beberapa kata agar bisa mengenal lebih dekat dengan orang yang baru kukenal itu. Karena aku berpikir, tak baik dan canggung rasanya jika berada dalam satu lingkungan, tetapi tak saling mengenal. Hal seperti ini jelas sekali bukanlah diriku.

***

Tak kusangka semuanya lebih dari indah. Aku yang masih dengan style yang cuek, gokil, dan asik, (narsis deh!). Akhirnya, membuka jalan dengan percakapan ringan yang bisa dibilang hanya gila-gilaan anak muda saja. Setelah itu, aku pun meninggalkan mereka dan lebih tertarik dengan keramaian berbentuk setengah lingkaran di lapangan dengan lampu sorot warna kuning, yang menyinari para pemain drama di malam hari kala itu.

Baru saja sejenak menikmati pementasan drama. Tiba-tiba saja seniorku itu telah berada di sampingku! Agak kaget memang, tapi aku cukup senang.

"Akhirnya aku punya kenalan lagi dengan senior." Gumamku dalam hati.

Aku dan dia hanya berdiri melihat pementasan yang akan segera berakhir. Kurang lebih 20 menit, tamatlah cerita itu. Mahasiswa, para dosen, dan aku pun memberikan applous untuk para aktor dan aktris "Ayahku Pulang". Yang notabene mereka itu juga para senior di kampus kami.

***

Hari pun sudah larut malam, waktunya istirahat. Tapi, aku bersama teman-teman dan dua seniorku masih asik bersenda gurau di tepi lapangan bola yang luas itu. Kami duduk tepat dekat gawang bola. Entah mengapa aku duduk berdampingan dengan seniorku yang satu itu. Masih dalam tahap pengenalan dengan percakapan ringan yang diselingi dengan celotehan teman-temanku. Tak terasa, aku asik ngobrol berdua dengan sang senior. Hingga aku pun menjadi begitu dekat duduk dengannya. Karena saat itu, hanya nyaman yang kurasakan.

Lambat laun, semua yang kupikir tak akan terjadi, malah terjadi. Kita berlanjut dengan bertukar nomor handphone. Memang, itu bukanlah hal yang istimewa. Tetapi, tak dipungkiri dalam waktu yang belum sehari mengenal orang baru, tiba-tiba dengan yakinnya dia memberikan nomor Hpnya padaku. Aku yang meminta. And I get it! Aku pun tak menduga akan secepat dan semudah ini. Oh my God!

Malam itu, ia mengantarku ke tenda untuk beristirahat karena waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Senang rasanya diantar tanpa diminta. Seperti puteri raja saja. Rasanya malam itu menjadi pengantar mimpi indahku yang tak tergantikan.

***