webnovel

Lima Belas

Pengalaman pertamaku bekerja di perusahaan bonafit seperti Mayora akan aku kenang selalu. Perusahaan yang terbagi delapan line. Dimana ada beberapa line yang ber-AC dan yang tidak. Line ber-AC digunakan untuk memproduksi biskuit yang berselai seperti, Better, Sari Gandum coklat, dll. Sedangkan line yang langsung terhubung dengan oven itu, ruangannya bersuhu sekitar 28-35°C. Dimana ruangan itu memproduksi biskuit tanpa selai seperti, Coffe Joy, Roma Kelapa, Roma Malkist, dll.

Jika kita melewati PT. Mayora dari luar. Maka, yang tercium adalah wangi kue yang khas. Namun, karena aku sudah terlalu sering bahkan setiap hari mencium aroma kue dari dalam pabrik, lama-kelamaan aku pun menjadi mual dengan bau adonannya.

Seringkali saat teman-teman kelaparan namun belum jam istirahat, mereka menyantap kue tersebut sambil bekerja. Tak jarang ada beberapa karyawan yang tertangkap CCTV karena ketahuan memakan produk di saat jam bekerja. SP 1 pun melayang untuk si pelaku. Kue-kue yang reject atau yang tak layak dipasarkan, namun masih layak dimakan seperti pecah misalnya, sebenarnya disediakan oleh pihak pabrik yang dimasukkan ke dalam toples untuk di makan secara gratis oleh karyawannya. Yang biasanya diletakkan di aula, tempat istirahat para karyawan. Tetapi, tetap saja. Kue yang baru keluar dari oven itu rasanya lebih fresh dan nikmat. Rasanya sangat berbeda dengan yang ada di pasaran.

Karena pekerjaan kami di perusahaan makanan. Seragam pun harus bersih dan rapi. Memakai topi, sarung tangan, bahkan masker mulut. Sebelum masuk pun, kami harus membersihkan kembali tangan dan pakaian kami dengan alat yang sudah tersedia. Sebelum akhirnya masuk ke ruang produksi.

***

Kelalaian kerja pernah dialami oleh rekan karyawan yang aku pun tak mengenalnya. Karena kami berbeda line. Dia seorang laki-laki, berusia sekitar 20 tahun. Mesin pemotong ujung bungkus biskuit yang berbentuk gerigi itu telah memakan salah satu jarinya. Jarinya putus saking panasnya mesin tersebut.

Kejadiannya saat dia sedang memperbaiki gulungan bungkus biskuit yang tersangkut. Mesin itu memang selalu bermasalah, jika ada posisi biskuit yang tak sesuai atau yang dalam satu bungkus tidak menurut porsinya. Maka mau tidak mau mesin distop untuk membongkar bungkus yang tersangkut itu. Entah bagaimana ceritanya, mesin yang stop itu tiba-tiba hidup saat ia sedang memperbaiki, tepat di tengah-tengah gerigi tersebut. Maka terjadilah kejadian yang menyedihkan itu.

Padahal menurut gosipnya, ia akan habis kontrak beberapa hari lagi. Kami kasihan mendengarnya. Teman satu linenya pun ada yang menangis. Perusahaan mana yang mau menerima orang cacat seperti itu? Itu celotehan para karyawan terutama ibu-ibu yang menanggapi kejadian sore hari itu. Aku pun sedih dengan nasibnya. Yah, itulah dunia kerja. Semua pasti ada risikonya.

***

Sudah hampir enam bulan lamanya aku bekerja di PT. Mayora. Saatnya aku habis kontrak. Setiap pertemuan selalu ada perpisahan. Kontrakku pun memang tak diperpanjang oleh pihak perusahaan. Aku memang tak menginginkan itu. Bagiku sudah cukup merasakan bekerja di perusahaan. Setelah ini aku berpikir untuk mengajar saja.

Suatu ketika aku bermain ke rumah Aini. Dia mengatakan kalau di perusahaannya sedang ada lowongan kerja. Dia yang sudah lama bekerja di PT. Patco itu mengatakan bisa membantuku untuk masuk ke sana. Karena zaman sekarang, sudah sangat jarang ada perusahaan yang masuk dengan hasil murni jika tanpa adanya orang dalam. Mungkin ada beberapa perusahaan bonafit seperti salah satunya Mayora, yang menggunakan sistem tes untuk menyeleksi calon karyawannya. Namun, untuk perusahaan yang berupa vendor atau perusahaan yang kurang dikenal seperti Patco, yang merupakan vendor dari PT. Epson itu contohnya, kemungkinan bisa bekerja di sana dikarenakan ada kenalan orang dalam.

***

Aku hanya menganggur selama satu bulan setelah keluar dari Mayora. Akhirnya kembali bekerja menjadi operator bagian Finishing Test di PT. Patco, pabrik printer Epson, setelah melewati serangkaian tes juga pastinya. Sama seperti Mayora, Patco pun menentukan masa kerja selama enam bulan, selebihnya tergantung bagaimana kinerja kita. Jika kinerja kita baik, maka kontrak akan diperpanjang. Sebaliknya, jika kinerja kita kurang baik, maka akan diberhentikan. Aku berpikir memang setiap perusahaan manapun sudah melakukan sistem kontrak yang sama. Padahal, dulu sistem kontrak awal bekerja adalah selama satu tahun. Entah mengapa sekarang kontrak awal hanya selama enam bulan. Apalagi, sekarang sudah tidak ada lagi perusahaan yang mengangkat karyawannya untuk menjadi karyawan tetap. Zaman kini, semuanya sudah menggunakan sistem kontrak. Kecuali, perusahaan-perusahaan yang masih baru. Masih ada kemungkinan untuk menjadi karyawan tetap di sana.

***

Bekerja di perusahaan manapun, aku tetap saja tidak kerasan. Karena lagi-lagi lingkungan yang kurang baik menurutku. Setiap orang-orang di sana yang aku temui tak jauh berbeda dengan yang ada di Mayora. Sikut-sikutan, cari muka, dan sok senior menjadi hal yang lumrah saja. Sudah pasti, aku tak menginginkan situasi seperti ini lagi sebenarnya. Namun, aku tetap harus bersabar lagi selama enam bulan ke depan untuk menjalani hari-hariku yang bakal tak beraturan.

***

Pola hidup pekerja yang menggunakan sistem shift sebenarnya tak menyehatkan untuk tubuh. Apalagi saat begadang tengah malam. Ketika semua orang sedang terlelap di kasur ternyamannya. Para buruh pabrik justru sedang membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Namun, tidak semua yang aku dapatkan di dunia perusahaan itu hanya suatu ketidaknyamanan. Karena sebenarnya, kenyamanan itu kita yang ciptakan sendiri. Maka, sedikit demi sedikit aku berusaha sekuat tenaga membuat situasi bekerja menjadi senyaman mungkin menurut versiku. Karena, aku sangat terkesima dengan teman-temanku yang datang jauh-jauh dari tanah Jawa sana, hanya untuk mengadu nasib. Tak jarang yang setelah menerima gaji, sebagian uangnya mereka berikan untuk kehidupan orang tuanya di kampung. Bahkan, ada teman satu lineku yang saat weekend, ia masih tetap masuk untuk kuliah. Mereka adalah inspirasi tersendiri bagiku. Hingga aku pun seketika tersadar dan menuliskan kata-kata magicku kembali.

BUKAN. MEREKA BUKAN..

Bukan

Mereka bukan sang robot pencari uang

Mereka hanya berjuang demi nafas kehidupannya

Bukan

Mereka bukan si serakah yang setiap satu Mei per tahun mendemonstrasikan kenaikan gajinya

Bukan

Mereka bukan si badut penguasa yang mengatasnamakan strata di setiap departemennya

Bukan

Mereka hanyalah seorang yang berjuang untuk bertahan hidup demi kebutuhan diri dan keluarganya

Bukan

Mereka hanyalah sekumpulan orang yang berusaha memuliakan dirinya daripada mengemis, meminta-minta di jalanan sana

Bukan

Mereka hanyalah pematuh aturan yang berkorban waktu setiap harinya demi cita dan cinta

Bukan

Bukan mereka yang salah berpijak

Bukan mereka yang rela bersusah

Bukan mereka yang penat tertempa

Bukan mereka yang hina terangkasa

Tapi kita,

Kita yang hanya berkomentar tentang kulit

Kita yang hanya tersilau tentang milik

Kita yang hanya mengintip lewat bilik-bilik

Jejak hanya berbekas di tanah

Jejak hanya berbekas di langit

Jejak tidak berbekas di udara!

Dan jejak hanya akan nampak terbaca oleh mata hati!

Maka,

sempatkanlah membuat jejak, sebelum engkau bayang menginjak!

***