webnovel

Festival

"Jaga dirimu," Oska mengelus rambutnya. "Hubungi aku kapan saja. Aku akan marah jika kau sakit sendirian. Kita harus jadi tetangga yang aku, kan? Kau pernah bilang begitu."

"Aku? Bilang begitu? Benarkah? Hehe."

Mereka berdua bertatapan hangat. Setelah itu Oska memeluknya hingga membuat Maya terkejut dan malu. Oska lalu pergi dari sana. Maya melambai sembari tersenyum.

Di halte, ia duduk dan memikirkan Oska.

"Kenapa dia baik sekali, sih?" batinnya. "Bagaimana jika aku menyukainya? Ahh.." Maya memegang kepalanya.

Ia mengecek ponselnya dan melihat chat dari Viola.

"Viola?"

***

"Apa harus dengan teman sebangku?" protes Kara.

"Iya. Soalnya bakal susah menentukan," kata Anton. Dia adalah anggota OSIS. Ia mengetuai pemilihan anggota yang akan ikut festival pada hari valentine.

"Pokoknya semua bangku harus ikut lomba minimal satu bidang. Untuk tim ada sekitar berapa ya..." Anton menulis di papan tulis. "Sepak bola putra dan voli putri saja. Lainnya permainan partner dan individu."

"Permainan partner dengan teman sebangku apa saja?" tanya lainnya.

Anton menulis lagi di papan tulis, "Kaki berpasangan, bulu tangkis, tenis, spoon game, dan apa lagi ya."

"Masak kau lupa sih, Ton?"

"Rapatnya masih belum selesai, nanti sore OSIS rapat lagi. Pokoknya yang pasti-pasti, adalah game ini. Yang partner minimal 5, Hadiahnya sampai 5 juta."

"Wah benarkah?"

"Untung nih."

Kelas jadi ramai dan semua siswa antusias. Begitu juga Kara.

"Kita harus ikut," kata Kara. Namun Ian tidur dengan kepala di tangan yang diselonjorkan. Kalau tidak tidur ya bolos.

"Ian, Ian!" panggil Kara.

Ian bangun dan baru duduk dengan tegak.

"Ada apa?!" teriaknya.

"Kita harus ikut lomba."

"HA?! Kau gila! Tidak mau!"

"Aku harus dapat uangnya tahu!"

"Sana sama Onyx saja."

Tiba-tiab teman sebangku Onyx, mengangkat tangan dan mengajukan untuk ikut lomba bulu tangkis. Ian dan Kara terkejut dan bersamaan menoleh ke belakang.

"Haha, sorry teman-teman. Aku sudah ikut bulu tangkis, hehe. Iya kan, Shanti?"

Teman di sampingnya mengangguk semangat.

"HA! Kau bahkan tahu namanya!" Ian shock.

Namun Onyx hanya mengengeh.

"Pokoknya kau harus ikut lomba denganku, sialan."

"Kau yang sialan, dasar sialan!"

"Oi kalian berdua," tunjuk Anton.

"Apa!" teriak Ian dan Kara bersamaan. Satu kelas jadi heboh mengira mereka pacaran.

"Kalian ikut kaki berpasangan ya. Sepertinya kalian chemistry-nya bagus. Apa kalian pacaran?"

"What the ff... ah sial, Hampir saja aku mengumpat," Kara menahan kesal.

"Tidak mau!" Ian menolak.

"Baiklah. Kami setuju."

"Astaga..." Ian menghela napas dan kembali menelungkupkan wajahnya ke meja.

"Tulis saja. Dia setuju kok." tambah Onyx.

"Okeee. Dengan begini fix ya. Tinggal yang bertim di hari Rabu. Semua lomba partner dilaksanakan pagi hari, tanggal 14 Februari hari Selasa. Jangan terlambat besok gaes. Kita ada briefing kelas."

"Yeaay!"

"Aku tidak menyangka besok valentine."

"Pokoknya aku akan mengumpulkan uang yang banyak."

"Aku akan memenangkan lomba kali ini."

"Kita harus menang."

"Aku akan menembak si Mira besok, haha."

"Sungguh? Kau pasti sudah dibutakan cinta."

"Ini lebih menyenangkan daripada pesta prom."

"Berdansa seperti Cinderella? Hah ya ampun kuno sekali. Saatnya mencari uang di festival!"

"Semangat!"

Semua siswa antusias. Kelompok lomba berpasangan tengah sibuk mendiskusikan agenda. Kelas sangat riuh. Di koridor guru-guru wali kelas dan kemahasiswaan juga mengawasi tiap kelas yang tengah menyiapkan banyak pernak-pernik.

***

Tik tok tik tok

Cherry melihat jam di dinding dengan bosan. Ia memainkan kukunya dan melihat ponselnya di meja. Ia tiduran santai di sofa kamar.

Ting!

Ponselnya berbunyi. Itu adalah notifikasi berita yang memberitahukan bahwa hari ini adalah Hari Valentine. Ada sebuah iklan taman bermain yang memiliki banyak kupon gratis untuk pasangan dan juga keluarga.

Cherry mendadak bersemangat. Matanya melotot dan ia seketika bangun dari rebahan. Ia membuka almari dan mengganti bajunya dengan gaun yang cantik serta topi jerami khas pantai. Lalu duduk di depan meja rias dan memakai riasan. Ia memakai lipstik merah cantik dan manis. Kemudian mencoba high heels.

Ia mengendap-endap dan masuk ke kamar Dean lalu membuka lacinya.

"Di mana semua orang? Ah sudahlah aku tidak peduli."

Rumah terlalu sepi. Aneh saja biasanya Zen sudah pulang dan Sano sedang sibuk di gym.

Cherry mengambil dompet Dean yang berisi uang dan kartu kredit. Ia tersenyum puas lalu keluar dari pintu depan. Beberapa pengawal menanyainya.

"Nona mau kemana?"

"Aku diminta ke kantor Pak Dean dan Pak Elias."

"Benarkah?" pengawal itu sangsi karena beberapa kali Cherry selalu ingin kabur.

"Kau tidak lihat pakaianku?" sembari memperbaiki kacamata hitam dan topi pantainya yang menggelegar, Cherry berdiri angkuh.

Pengawal itu hanya bisa menghela napas.

"Baiklah. Ia lalu meminta supir mengantarkannya." Pengawal itu menyerah.

Cherry masuk ke mobil. Pengawal itu lalu mendekat ke supir dan memerintahkan untuk ke kantor Dean dan jangan sampai ke tempat yang lain.

Kemudian mobil itupun melaju dan meninggalkan rumah. Pengawal itu lalu menghubungi Elias dan memberitahukan kalau Nona Cherry datang ke kantor.

"Cherry? Datang kesini?" Elias lalu melirik kalender kecil di meja dan menyadari bahwa ini adalah Valentine Day. Ia merasa akan ada masalah yang dibuat Cherry.

"Kekacauan apalagi yang akan dibuat gadis itu," Elias menghela napas.

***

"Satu! Dua! Satu! Dua!"

"Tunggu, tunggu!"

Ian mengatur napasnya. Tapi Kara nampak tidak capek sama sekali.

"Apa kita harus melakukan latihan lebih dulu?"

"Tentu saja."

"Si Onyx dimana si?"

"Bulu tangkis sedang rapat TM (technical meeting) di lapangan indoor. Pertandingan kita ada di lapangan outdoor."

"Ha? Haduh."

Beberapa menit kemudian. Anton datang dan berlarian.

"Oi, kelas 11-3, sudah kubilang di apel tadi jangan berpencar kan? Cepat cek grup! Rapat briefing sekarang juga!"

"Ha!" Kara dan Ian saling menatap. Mereka lalu berlari mengambil ponsel di tempat duduk stadion.

Setelah itu, Anton yang kehabisan napas pun kembali berlari untuk mengumpulkan anak-anak kelas 11-3.

"Ian! Kara! Kalian chat yang lain cepat! Ini setengah jam lagi woi!"

"Apa?" Mereka berdua malah ikut panik. Keduanya lalu cepat-cepat mengambil barang lalu menunjuk ke kelas.

Di sana baru terkumpul setengah kelas. Baru 10 menit kemudian Anton kembali dengan membawa anak-anak yang lain.

"Kau sudah bekerja keras, Ton."

"Na...nafasku...nafasku habis...." Anton lalu duduk sebentar. Ia lalu berdiri di depan.

"Gaes aku akan menjelaskan dengan cepat. Perhatikan baik-baik untuk lomba individu dan partner ya. Kelompok 1, bulu tangkis ada 5 grup, berkumpul di lapangan indoor jam 10, kelompok 2, kaki pasangan, berkumpul di lapangan outdoor di jam yang sama, lalu kelompok...."

Setelah selesai menjelaskan, Anton mengurus pembagian tim dibantu anggota kelas yang juga sama-sama OSIS. Kelas lalu riuh dan serius, istirahat jam 1 sehingga semuanya harus segera diurus.

Onyx dan Shanti berkumpul dengan 4 tim lainnya yang bermain bulu tangkis. Sedangkan Ian dan Kara berkumpul dengan tim kaki pasangan.

"Kau akan melakukannya yang terbaik kali ini?" tanya Onyx.

"Tentu saja. Kau juga harus menang. Jangan malu-maluin," sahut Ian.

"Apaan sih kau. Aku pasti memang lah. Tidak ada cabang olahraga yang aku kuasai."

"Teman-teman! Berkumpul sekarang!" teriak Anton dari luar.

Semua kelas bersiap dan para guru juga sibuk. Koridor penuh dan sesak, semua siswa siswi bersiap-siap. Kara berjalan di belakang Ian dan hampir tertendang yang lain, hingga ia hampir jatuh.