webnovel

Chapter III: Awal Dari Kebangkitan

Dirasa semua sudah terlaksana ia lalu menghancurkan koin tebal itu lalu membuangnya asal dan berjalan menuju Radebnat, tempat yang gelap dan mendung dimana Iverno berkuasa disana. Prajurit Iverno bersiap untuk melawan namun tak disangka ada prajurit lain yang dimana itu adalah kelompok dari prajurit dari empat wilayah yang masih mempercayai Ashkahan, berkat berita dari Fredzet mereka tersadar akan hal tersebut dan memihak pada Ashkahan.

Hal pertama yang ia lakukan ketika sampai di depan istana adalah menarik kerah Mithre untuk berdiri, ia menatap wanita di depannya dengan tatapan yang penuh kekesalan dan masih sanggup untuk menahan amarahnya, mengingat Mithre masih merupakan teman baiknya beberapa minggu lalu.

"Ash?! Bagaimana kamu bisa sampai di sini? Tapi di radar kamu… apa radarmu rusak?"

"Jangan mengelak, apa maksud dari semua ini Mithre? Mengapa kamu menjadi wakilnya? Tergiur harta benda?"

"Omong kosong! Aku bisa jelaskan, ini salah paham. Percaya padaku Ash!"

 

Namun perdebatan itu segera teralihkan oleh tepuk tangan dari Iverno yang berjalan didampingi oleh kedua ksatria dari dalam istana, memberikan tatapan yang benar-benar merendahkan Ashkahan.

"Benar-benar diluar dugaan, iudex yang sedang kita cari datang menyerahkan dirinya sendiri"

Tepat ketika Ashkahan hendak bergerak untuk mengayunkan pedangnya, ia terlebih dulu terhunus oleh pedang milik Mithre dari belakang, membuat amarahnya kian memuncak, tidak ada lagi rasa percaya yang ia berikan kepada Mithre. Dengan cepat ia menarik lengan Mithre dan mendorongnya menjauh, Ashkahan meletakkan segel pada lengan Mithre dimana untuk seterusnya wanita itu tidak akan dapat menggunakan kekuatan secara sepenuhnya, bahkan jika Ashkahan mati segel itu akan selalu aktif selamanya. Ia menamainya "Immortality of Dead Leaves".

"Maaf, Ash. Semua demi kebaikan kita semua-"

"Apakah itu harus mengorbankan para pelindung negeri ini, Yang Mulia Mithre?"

Suara itu tentu familiar di telinga wanita yang tengah mengenggam pedangnya, seketika ia menoleh dan menemukan Krelz sedang mengarahkan tombak ke wajahnya, sehingga pipi itu tersayat mengalirkan cairan merah darah. Krelz sendiri cukup sakit hati mendengar bahwa Mithre yang dulunya selalu bertindak dengan kepala dingin dan lembut menjadi tangan kanan dari Iverno yang sedemikian haus akan seluruh dunia.

"Tuan Ashkahan, saya akan mengatasi masalah yang disini. Tolong selamatkan Azruya, kembalikan tempat ini."

Krelz berseru diiringi dengan sorakan prajurit lainnya dan peperangan yang sebenarnya dimulai, dimana Ashkahan dan Iverno saling berperang di depan istana, mengabaikan efek tiap sayatan pedang yang meruntuhkan bangunan ataupun tanah, Ashkahan meluapkan segala amarahnya di tiap ayunan pedang dan Iverno yang meningkatkan semangatnya di tiap ayunan pedang beratnya. Hingga semakin lama yang berada di tanah lapang itu hanya mereka menyisakan dua iudex. Sementara diatas sebuah tebing terdapat kotak besar dengan berisi Lanock dan Orl disana, Orl yang berusaha untuk berteriak memanggil Ashkahan dan Lanock yang masih mencoba membuka segel sihir milik Iverno yang mengurung mereka.

"Ash itu apa dia sudah setua itu? Aku memanggilnya sampai suaraku serak begini dia masih tidak dengar"

"Daripada kamu terus berteriak seperti kera, sebaiknya bantu aku membuka segel ini!"

"Oi! Apa maksudmu kera?! Huft segel itu hanya Iverno yang bisa buka, dasar bodoh. Karena itu aku berteriak memanggil Ash, ASHKAHAN WOI LIHAT SINI, PUTAR MATA KERENMU ITU!"

Mendengar namanya dipanggil, Ashkahan segera menoleh dan melihat Orl yang sedang melambaikan tangan. Namun hal itu justru membantu Iverno untuk menebas Ashkahan, lengannya terkena sayatan membuatnya meringis dan dengan cepat menusuk dada Iverno. Lanock yang melihat efek Orl memanggil Ashkahan segera memukul kepala wanita itu dan mengomelinya karena membuat Ashkahan terpojok dan menerima luka. Kerutan di dahinya muncul ketika sebuah asap muncul dari belakang tubuh Iverno dan perlahan menyembuhkan luka hasil dari pedang Ashkahan. Organisasi tidak dikenal itu tentu membantu melalui sihir dan membantu dalam menyembuhkan luka Iverno, namun hal itu memperburuk keadaan karena Iverno yang mulai lepas kendali saat bertarung hingga memojokkannya sampai ujung jurang.

"Ini kekalahanmu, Ash. Ada pesan terakhir?" Iverno bertanya sembari sembari berjalan mendekat memberikan tatapan yang merendahkan, ujung pedangnya diarahkan perlahan hingga sejejar dengan dagu Ashkahan. Yang ditanya hanya diam ketika melihat ujung pedang itu mengusap dagunya dengan dingin, matanya perlahan melihat ke arah Lanock dan Orl yang menatap penuh harap jika ia bisa melawan balik Iverno dan orang bertopeng yang ada di depannya.

"Cepatlah mati dan membusuk bersama hartamu."

Kalimat yang dikeluarkan Ashkahan membuat Iverno naik darah dan menendang Ashkahan dari tanah Azruya, jatuh ke jurang yang dalam dan rasanya tidak ada ujungnya. Ia hanya menutup mata ketika angin yang berderu semakin berisik hingga sebuah cahaya menyambut dan melemparnya ke tanah yang dingin.

***

 

Dari dunia yang berbeda namun dipertemukan dalam sebuah ruang, cahaya yang perlahan merubah dirinya menjadi matahari, menyihir segala yang ada di sekitar menjadi taman dan padang rumput yang membawa kedamaian. Disana iudex yang terbuang dalam lautan kekalahan menemukan seorang manusia yang ia rasa dapat melemparkan tombak ke langit, menyapu awan mendung yang mendiami Azruya dan membawa kembali kedamaian di negerinya.

 

Ashkahan terbangun ketika sebuah cahaya terasa hangat di kulitnya, ia merasa kembali ke Algater, namun ternyata bukan. Di depannya terdapat aliran sungai serta padang rumput yang ia duduki, dirasa ia berada di tempat yang aman dengan perlahan ia merobek sedikit kain dari pakaiannya dan menutupi luka di lengannya. Langkah kaki terdengar dari kejauhan yang perlahan mulai mendekat kearahanya, mengundangnya untuk menoleh. Seorang anak laki-laki membawa kotak medis dan berhenti ketika melihat Ashkahan, lalu ia duduk di sampingnya dan meletakkan segelas air. Dari pakaiannya yang hanya terdiri dari kaus dan celana serta sandal jepit yang digunakan untuk alas, tentu orang ini bukan dari Azruya, pikirnya.

 

"Kamu, sedang apa disini?"

 

"Bukankah sekarusnya aku yang bertanya padamu? Aku mendengar suara benda jatuh sekitar sini," balas laki-laki itu, sepertinya Ashkahan bukanlah orang yang pertama datang ke tempat itu.

 

"Namaku Raphael, Sevastyan Raphael. Jika kamu bingung sekarang ada dimana… ini dinamakan alam mimpi milikku,"

 

Laki-laki bernama Raphael itu menjelaskan tentang alam indah yang hanya terdiri dari mereka berdua. Raphael sendiri tidak terlalu memahami kondisi tersebut namun perlahan ia mulai beradaptasi, detak jantungnya akan berdetak sedikit cepat lalu terbangun jika waktu kembali ke dunia nyata tersisa lima menit lagi. Namun, kehadiran seseorang yang sangat tiba-tiba ini tentu membuatnya bingung sehingga setelah ia menjelaskan ia meminta penjelasan kepada orang di depannya. Ashkahan yang mengamati dan mendengarkan lalu dengan kalimat yang jelas ia menjelaskan dari awal tentang kelima iudex, konflik bagaimana semua terjadi, hingga bagaimana ia bisa menembus dunia mimpi, wilayah Raphael.

 

"Dan ketika aku melihatmu, aku bisa merasakan jika kamu punya potensi untuk menghentikan Iverno," tutup Ashkahan setelah selesai dengan penjelasannya. Namun jauh disana ada perasaan yang campur aduk bagi Raphael, jika ia menjadi Ashkahan maka ia yakin betul jika mungkin akan membiarkan dirinya tertangkap, pikirnya.

 

"Ashkahan, aku manusia paling payah di dunia nyataku, bahkan saat ini menggunakan dunia mimpi sebagai pelarian dan selalu begitu. Bagaimana aku bisa membantumu?"

 

Ucapan Ashkahan adalah mutlak dan hampir seratus persen merupakan kebenaran dan keyakinan, sehingga tak heran bahkan penduduk diluar wilayahnya datang hanya untuk menemuinya dan meminta solusi dari permasalahan yang rumit. Ia hanya menghela napas sejenak ketika dirasa lawan bicaranya adalah orang yang keras kepala, tanpa membuang waktu lagi ia meraih tangannya dan menyalurkan hampir semua kekuatannya, cahaya terang itu menimbulkan angin yang berhembus kencang dalam beberapa saat lalu keadaan sekitar kembali tenang. Keduanya terdiam agak lama hingga Ashkahan menjelaskan tentang kekuatan yang ia salurkan dan memintanya untuk terus berlatih, Raphael sendiri tidak terlalu mengerti namun melihat Ashkahan yang mulai memburam membuatnya menyadari jika dalam lima menit lagi ia akan kembali ke dunia nyata, dimana ia harus kembali ke rutinitas hidupnya.

 

"Bagaimana cara kita bertemu lagi? Ada banyak yang ingin aku tanyakan," ia bertanya, namun sebelum hal itu terjawab Ashkahan hanya diam dan bangkit dari duduknya hingga pandangan Raphael memburam dan ia kembali ke dunia nyata, terbangun oleh suara alarm di sampingnya.

 

"Mimpi yang aneh."