webnovel

sakana

aku dan penpen mengikuti klub memancing, klubnya hanya beranggota 4 orang. aku, penpen, dan 2 kakak kelas. kita biasanya memancing lalu memasak sendiri hasil tangkapan kita. ikan yang dikonsumsi beda dengan ikan yang dikendarai, ikan yang dikendarai dimodifikasi agar bisa dikendarai oleh manusia dengan nyaman dan karena faktor genetik, mereka bisa bergerak dengan sangat cepat. aku tidak pernah mengetahui asal-usulnya, mungkin ketua tau.

bing-bong

pesan dari ketua, 'hari ini kita akan memancing di selat sandal'

penpen entah muncul darimana tiba-tiba datang, sekarang tanpa mengendarai ikan barunya itu. dia mengenakan topi ember yang biasanya dipakai oleh para pemancing, di tasnya terlihat ada joran pancing yang mencuat keluar. dia mengenakan celana khaki pendek dan kaos putih bergambar ikan tuna besar yang memenuhi bagian depan bajunya dan memakai sandal japit berwarna hijau yang terbuat dari karet.

dia terlihat seperti seorang pemancing klise.

"nachumi!!!" panggilnya dengan melambaikan tangannya kepadaku.

"penpen, kemana ikanmu?"

"ah, dia sedang menjalani pemeriksaan bulanan."

"mereka perlu diperiksa?"

"tentu saja, karena mereka dikendarai, harus diberi perhatian lebih agar tidak membahayakan pengendaranya."

"kamu tahu apa yang biasanya mereka lakukan saat pemeriksaan?"

"hmm sebentar." katanya sembari menopang dagunya. "kata senior ku di tempat kerja sih mereka akan memeriksa semuanya dari sirip atasnya apakah mereka mulai tumbuh menjadi tajam, dan apakah mereka menunjukkan tanda-tanda sakit atau membantah."

"kamu tau apa yang mereka lakukan agar ikannya menurut?"

"ga tau."

bus datang.

aku dan penpen naik ke bus.

bus ini tidak ada supirnya, aku pernah mendengar dulu bahwa kendaraan pertama yang dihilangkan pengemudinya adalah kereta, lalu tidak lama kemudian bus. alasannya adalah karena mereka melewati jalan yang sama setiap hari dan mereka memiliki jalur khusus di jalur bawah tanah. tetapi walaupun ada jalur khusus mereka masih bisa terlambat di hari senin karena banyaknya yang naik bus hari itu karena mereka diprogram untuk langsung berangkat ke tujuan tanpa keluar tanah kecuali menurunkan penumpang jika sudah penuh.

di bawah pulau ini ada jaringan jalan dan rel kereta yang mencapai hingga hampir ke segala penjuru pulau. setidaknya ada satu bus atau kereta yang melewati sebagian besar pulau. dan semuanya bergerak tanpa supir atau masinis.

pemberhentian bus berada di atas tanah sedangkan kereta di bawah tanah. di setiap pemberhentian ada jalur pendek khusus yang digunakan bus untuk masuk dan keluar dari bawah tanah.

***

selat sandal jaraknya sekitar 300km mengarah ke barat dari rumahku, bus kita sampai kesana dalam waktu 15 menit.

disana ada ketua klub rin, tetapi tidak pernah ada yang memanggilnya dengan namanya, semuanya memanggil dia ketua bahkan yang tidak ikut klub ini, lalu di sebelahnya ada lisa. klub ini hanya beranggotakan 4 orang.

penpen mengangkat tangannya, "ketua, hari ini kegiatannya apa?"

"memang ada hal lain disini selai memancing ikan sandal?

"tapi aku ingin menangkap ikan yang bisa dimakan." ucap penpen cemberut.

"tenang saja, aku punya kontak yang mau membelinya, kita bisa menggunakan uangnya untuk pesta makan."

"ketua, memangnya ikan sandal mahal?" tanyaku kepada ketua.

"mereka cukup mahal untuk ikan yang mudah ditangkap, karena tidak ada yang mau menangkapnya."

"kenapa?"

"karena tempat tinggal mereka, nanti kalian lihat sendiri."

aku pernah melihat beberapa foto ikan sandal, mereka terlihat seperti sandal yang bersirip, dan bentuknya berbeda-beda, ada yang seperti sandal jepit, bahkan ada yang seperti crocs.

kita berjalan sekitar 15 menit dari halte bus ke tempat memancing kita, dan aku sekarang mengerti kenapa tidak ada yang mau menangkap mereka.

disini penuh sampah terutama sandal dan sepatu. baunya sangat busuk dan lautnya diisi sampah sejauh mata memandang. aku heran kenapa aku bisa baru tahu sekarang, walaupun kondisinya seperti ini, apalagi di zaman modern yang segalanya serba ada di internet.

"dulu tempat ini adalah spot memancing ikan idaman di pulau ini, tetapi sejak tenggelamnya kapal yang membawa sandal dan sepatu itu, pesonanya sudah hilang." kata mbak lisa. "sejak kejadian itu, ikan-ikan disini juga bermutasi menjadi sandal dan sepatu karena mereka tidak ada pilihan lain selain memakannya." lanjutnya.

"pemerintah hanya membiarkannya saja dan bahkan mencoba menutupinya karena tekanan para korporat, karena mereka bisa diolah lagi menjadi sandal yang mungkin kalian pakai sekarang." tambah ketua klub. "karena hutan karet mereka sudah menjadi bangunan, dan tidak perlu banyak tenaga kerja untuk mengolah ikan ini menjadi sandal."

"apa tidak ada usaha untuk membersihkannya?" tanya penpen.

"ada komunitas environmentalist yang sedikit demi sedikit mengurangi polusi disini, kondisi sekarang lebih bagus daripada dulu karena mereka." jawab mbak lisa.

"karena itu, sebagian dari hasil kita nanti akan kita donasikan ke komunitas yang membersihkan tempat ini." tambah ketua.

"ketua, apakah kita sudah bisa mulai memancing?" tanya penpen yang sudah menyiapkan semuanya saat kita berbicara.

"baiklah, kita mulai mancing!" sorak ketua, yang lalu diikuti oleh kita semua.

kita memancing hingga senja, ternyata walaupun mereka cukup tangguh saat menarik, tetapi kita bisa mendapatkan jumlah yang banyak.

lalu ketua memanggil pembeli ikannya, dan kita mendapatkan uang lebih banyak dari yang kukira. kita mungkin mendapatkan uang yang melebihi gaji penpen dalam sebulan, hanya dalam sehari, walaupun kita harus berjuang melewati sampah dan baunya yang pasti tidak bagus untuk kesehatan kita.

setelah itu kita naik bus bersama ke kota air asin yang tidak jauh dari sini untuk makan malam, kita sepakat untuk makan gyudon disana, dan mendonasikan sisa uangnya ke komunitas pembersih sandal yang berada di kota itu.