webnovel

motokawa

"ketua, hari ini kita kemana?" tanya penpen.

"hari ini kita akan ke motokawa, kalian pasti sudah tau kan itu dimana?"

aku, penpen, dan mbak lisa menggelengkan kepala.

"hadeh, kalian di sekolah ngapain aja?" kata ketua dengan mengelus jidatnya. "kalau begitu anggap saja hari ini adalah study tour, jadi jangan berkeliaran sendirian saat disana nanti."

sekarang kita berada di bandara menunggu pesawat kita ke motokawa yang seharusnya akan berangkat beberapa menit lagi, sekarang tidak terlalu banyak yang naik pesawat karena adanya kendaraan pribadi lain yang bisa digunakan untuk menyeberang lautan luas dengan mudah, walaupun lebih lambat daripada naik pesawat.

penumpang dengan nomor penerbangan 212932 dengan destinasi motokawa dimohon untuk berkumpul di gerbang D

kita berjalan ke gerbang D yang tidak terlalu jauh dari ruang tunggu, disana mereka akan memeriksa kita dan barang bawaan kita, jika tidak ditemukan barang yang janggal kita bisa langsung naik ke pesawat, yang untungnya tidak ada masalah apapun, karena siapa tahu penpen membawa barang aneh atau apa.

setelah itu kita hanya tinggal masuk ke dalam dan duduk di kursi yang sudah tertulis, lalu memakai sabuk pengaman, dan menunggu sampai di tempat tujuan kita.

***

"oi bangun, kita sudah sampai." kata ketua yang berusaha membangunkan aku dan penpen yang ketiduran.

aku dan penpen yang masih belum sadar sepenuhnya hampir jatuh saat turun dari tangga pesawat, untung saja ada ketua dan mbak lisa yang menangkap kita berdua.

kita keluar dari bandara lalu berjalan ke halte bus terdekat. pemandangan disini terlihat sangat berbeda daripada di sakanateikoku, nama pulau kita. ada banyak sekali pohon kelapa sawit disini, dan sepertinya tidak ada pohon lain selain kelapa sawit.

"ketua, kenapa banyak sekali kelapa sawit?" tanyaku.

"karena motokawa adalah produsen sawit terbesar di dunia." jawabnya.

"terus kenapa kita kesini?"

"tenggiri."

"apa?"

"tentu saja kalian tidak tahu, tenggiri adalah ikan yang hanya bisa dipancing disini, dan rasanya-" ia menjilat bibirnya hingga liur mulai keluar dari mulutnya "-seperti makanan surga, membayangkannya saja sudah membuatku berliur." setelah itu dia menunjuk dirinya sendiri dengan jempolnya dan tersenyum smug "kalian terserah melakukan apa hari ini, aku akan memancing dan memasaknya sendirian, dan besok kalian tinggal makan makanan terenak yang pernah masuk ke mulut kalian." lalu dia berjalan mendului kami ke halte yang sudah dekat, dan berkata "oh, dan jangan lupa memberitahu orang tua kalian, hari ini kita akan menginap di rumah kakakku."

"kenapa ga bilang dari tadi?"

"lupa."

kita menunggu hingga 30 menit untuk busnya datang, dan bus disini berbeda dengan yang di tempat ku. bus disini tidak lewat jalur bawah tanah, yang mungkin tidak perlu karena disini tidak terlalu ramai. lalu kecepatannya jauh lebih lambat, untuk ke pantai kita membutuhkan waktu hampir 1 jam padahal jika naik bus di tempat kami hanya perlu beberapa menit.

saat di perjalanan aku bisa melihat mobil dan motor yang masih menggunakan bahan bakar fosil, dan suaranya sangat mengganggu. dan disini juga sepertinya tidak ada kereta yang lewat, setidaknya di jalan yang kulewati. dan tidak ada ikan atau drone yang lewat, semuanya masih menggunakan motor dan mobil.

kita sudah sampai di pantai, dan karena hanya ketua yang tahu cara memancing tenggiri dan yang membawa rig untuk ikan itu, kita tidak ikut memancing. ya salah ketua juga tidak memberitahu apa yang akan kita lakukan hari ini.

karena tidak tahu ingin melakukan apa, aku dan penpen bermain air di pantai, sedangkan mbak lisa hanya duduk memainkan ponselnya di gubuk.

air disini sangat menyegarkan entah kenapa, sangat berbeda dengan air laut di sakanateikoku yang tidak terasa bedanya dengan air keran selain rasanya yang asin. warna ikan disini terlihat lebih cerah, dan enak dipandang juga.

mungkin ketua tahu alasannya.

"penpen, istirahat bentar." kataku kepada penpen yang masih keasikan bermain air.

aku keluar dari air dan berjalan ke dermaga tempat ketua memancing, dia disana duduk di kursi portabelnya menunggu ikan incarannya memakan umpan dia. aku tiba disana dan melihat kotak esnya ada beberapa ikan yang aku tak tahu. ikan itu panjang menyerupai torpedo, panjangnya mungkin sekitar 70 centimeter, dan ikannya berwarna biru kehijauan dengan garis abu-abu di perutnya dan pola lingkaran yang berwarna gelap melintang di badannya. lalu ada dua sirip di punggungnya, dan ada juga sirip di bawahnya.

"ketua, ini ikan apa?" tanyaku.

"tenggiri." jawabnya, "aku akan memasaknya menjadi tempura untuk makan malam nanti. jadi, ada yang mau kamu tanyakan?"

dia seperti membaca pikiranku, "kenapa air disini terasa lebih segar, dan ikannya terlihat lebih bagus?"

"bukankah itu sudah jelas? coba lihat sekelilingmu."

di belakangku tidak ada apapun selain perkebunan kelapa sawit walaupun di kiri dan kananku ada hutan mangrove, lalu di laut aku tidak bisa melihat apapun, tidak ada bangunan apapun dan aku juga tidak melihat adanya sampah setidaknya yang mengambang. sangat berbeda dengan di tempatku yang ada bangunan dan manusia di setiap sudut, dan di laut juga banyak tambang minyak lepas pantai dan tambak, lalu ditambah dengan sampah yang sampai dianggap normal.

"gimana? udah tahu?" tanya ketua.

"sepertinya iya."

"baguslah kalau begitu. oh iya, kalau kalian udah puas mainnya, kita pulang, aku udah selesai mancing."

lalu ketua kelas memasukkan barang-barangnya ke tasnya, yang bisa muat barang apapun selama masih dibawah batas beratnya.

sepertinya penpen dan mbak lisa melihat ketua kelas yang bersiap-siap untuk pulang, karena mereka mulai datang ke dermaga juga. lalu kita bersama berjalan ke halte terdekat dan naik bus, yang untungnya kita tidak harus menunggu setengah jam lagi.

ketua bilang kita akan menginap di rumah kakaknya, tetapi aku tidak menyangka rumahnya 3 jam dari pantai, saat kita sampai hari sudah gelap.

"kak, kamu dirumah?" kata ketua setelah membuka pintu rumahnya.

tidak ada jawaban.

"oh, mungkin dia ada shift malam." tambah ketua.

"apa tidak apa-apa kita langsung masuk seperti ini?" tanya mbak lisa.

"tenang aja, aku sudah bilang kalau kita akan menginap. oh iya lisa, bantu aku masak dong."

"katanya mau masak sendiri."

"setelah kupikir-pikir saat memancing tadi, aku masih harus membutuhkan bantuan koki sepuh." kata ketua dengan sedikit nyengir.

walaupun ketua berbicara dengan nada yang sarkastik tetapi mbak lisa terlihat senang mendengarnya.

"kalau kalian mau mandi duluan di belakang ada kolam air panas loh." kata ketua.

"mau mandi sekarang?" tanya penpen.

aku mengacungkan jempolku, dan bergegas kebelakang bersama penpen, melepas pakaian kita secepat mungkin ,dan masuk ke kolam. saat sampai disini aku baru sadar bahwa kita semua bau laut, yang penpen sepertinya juga sadar.

"ah, segarnya." kataku saat berendam.

"lebih segar daripada di rumah." kata penpen.

aku berendam disana hingga ketiduran, yang untung saja penpen membangunkanku, jika tidak aku sudah tenggelam. lalu aku dan penpen memakai pakaian kami lagi dan kembali ke ruang keluarga, disana kami menonton tv sembari menunggu ketua dan mbak lisa selesai memasak.

yang untungnya tidak lama, karena hanya beberapa menit setelah kita mulai duduk mereka sudah membawa masakannya ke meja. setelah itu kita duduk mengelilingi meja, dan berkata "bon appetit!"

di meja ada tempura dengan mayonnaise dan sambal di sampingnya, lalu ada juga sup ikan. aku mencoba tempura yang kucelupkan ke sambal. sekarang aku mengerti apa yang ketua katakan tadi, rasanya luar biasa. kulit tempura yang renyah, lalu dagingnya yang lembut dan empuk, lalu dicampur dengan pedasnya sambal benar-benar sangat enak, dan mereka juga sepertinya merasakannya. setelah itu aku mencoba supnya, kuahnya yang ada sedikit rasa pedas, asin, gurih bercampur jadi satu, yang sangat enak ketika dicampur dengan ikan tenggiri.

"enaaaaak!" teriak penpen.

"kan bener apa yang kubilang tadi." kata ketua.

"lain kali kita memancing kesini lagi, ketua!"

"ya, nanti kita akan memancing ikan yang lain juga."

"aku tidak sabar menunggunya!"

"padahal aku ga bilang kapan."

lalu tiba-tiba seseorang masuk, seorang wanita yang mungkin umur 20-an mengenakan jas lab dan entah kenapa kaos polos berwarna hijau serta celana jeans biru. rambutnya diikat kebelakang dan tingginya sepertinya sama dengan ketua yang dia pernah bilang sekitar 170cm.

"curang, makan duluan!" kata wanita itu.

"salah kamu sendiri pulang telat." kata ketua.

"ketua, itu siapa?" tanyaku.

"oh, aku lupa kenalin kalian, dia yang punya rumah ini."

"aku kakaknya ketua, panggil aja aku koma."

setelah itu kita mengenalkan diri sendiri ke mbak koma.

"oh, jadi kalian anggota klubnya ketua ya, dia ga ngerepotin kalian kan?" kata mbak koma.

"ah engga kok mbak, malah kita yang ngerepotin dia." jawab penpen.

"dengerin tuh, aku udah ga kaya dulu lagi, ini aja aku yang mancing dan masak, walau lisa juga bantu masaknya sih." kata ketua.

"beneran?"

kita semua mengangguk.

"eeeh, soalnya ketua dulu waktu kecil ceroboh banget, dia pernah jat-" ketua kelas memasukkan tempura ke mulut mbak koma sebelum dia menyelesaikan kalimatnya.

"jangan dengerin dia." kata ketua.

sepertinya dia malu dengan kejadian itu sampai segitunya ingin menyembunyikannya.

setelah itu kita melanjutkan ngobrol saat makan hingga berjam-jam, ternyata mbak koma adalah seorang guru SMA disini, dia mengajar bahasa inggris dan kata ketua dia adalah seorang pemabuk. mbak koma tidak berani menyinggung soal masa kecil ketua karena ketua selalu menatap matanya seperti dia akan melakukan sesuatu yang tidak baik kepada mbak koma kalau dia mengatakannya.

setelah itu kita beres-beres dan tidur karena hari sudah mulai larut.

pesawat kami akan berangkat pada jam 9 pagi, jadi setelah sarapan dengan sisa ikan kemarin kita bergegas ke bandara, saat kita naik bus mbak koma berteriak "ketua dulu nyemplung got saat mengejar seekor kucing!." mendengar itu ketua bergumam "mbak sialan."