Douglas pun sudah mulai merasakan keram di pipi dan rahangnya karena menahan mulutnya agar tidak tertawa ketika Earl telah datang di waktu yang tepat. Sebenarnya bukan siapa dan kenapa Earl datang lebih awal dari biasanya, tetapi sorotan matanya, jelas sekali ia sudah tahu hal seperti ini terjadi.
Sampai pada saatnya Douglas yakin jika Earl memang bukan orang yang bisa diajak bertarung. Lihatlah wajahnya, matanya jelas menghina, sedangkan ekspresinya menghalau itu.
"Kau! Apa yang kau lakukan? Kau seenaknya merekam dan menyebarkan gosip tentangku!"
Jade membentak sudah hampir seperti kakek tua yang memarahi anak tetangga. Wajahnya merah hingga matanya melotot tajam memberi peringatan. Earl tentunya dengan akting yang menakjubkan menggeleng tidak paham. Demi tuhan, Jade ingin sekali menghajar ekspresi itu.
"Maaf, apa yang Pak Presiden bicarakan?" Karena terlalu kesal, Jade pun langsung menarik kerah baju Earl.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com