Arthur menatap mata Earl yang terpejam. Seperti tak berdaya ketika Arthur mendominasi ketika kekuatannya yang tidak sekuat Arthur untuk melepaskan kunciannya. Dalam ciuman penuh nafsunya, Arthur tersenyum.
Tidak ada zat adiktif lain yang sekuat Earl. Arthur tidak pernah merasakan begitu inginnya untuk memiliki Earl. Semakin kuat perasaan ini. Semakin kuat dorongan untuk menggapai Earl. Ia begitu tinggi dan sulit diraih. Mengisahkan dirinya yang hanya berharap pada langit untuk menundukkan kepalanya sedikit. Ketika seluruh pikirannya untuk Earl dan Earl disisinya. Duduk disana, dengan nafas terengah, dan tatapan tajamnya.
"Aku datang hanya untuk menyapamu," ucap Arthur melepaskan ciuman dan masih menatap bibir Earl yang membengkak. Ia mengusap beberapa polesan lipstik merah muda Earl di sudut bibir bengkak itu. Arthur menggeram pelan karena bibir itu terlalu menggoda hingga Arthur kembali melumat bibir itu lagi dan lagi.
Earl disana hanya duduk dengan kepala yang seperti akan meledak. Tubuhnya tidak bisa menolak gejolak yang hadir diantara mereka. Ketika kedua tangannya telah lepas dari genggaman Arthur pun, seharusnya ia bisa memberontak dan menghajarnya saat itu juga. Tetapi tangannya malah bertumpu pada pundak tegap Arthur dan membalas lumatan Arthur sesekali.
Dan ketika ciuman itu terlepas, bunyi kecupan basah itu berakhir dengan tatapan Arthur yang begitu menggoda. Arthur melihat bibir Earl yang tidak lagi berpoleskan lipstik merah muda. Arthur tersenyum puas. Yang kemudian membingkai wajah Earl di pipinya.
"Angels Trumpet [1] milikku," bisik Arthur di telinga Earl, sebelum ia menggendong Earl turun dari pagar.
"Aku bukan milikmu," ucap Earl begitu tegas. Setelah kekuatannya kembali ke tubuhnya, Earl sadar jika jika ia membiarkan Arthur terus menerus melakukan hal seperti ini akan membuatnya semakin tak terkendali. Arthur tersenyum lembut.
"Maafkan aku. Tetapi aku tidak menerima penolakan," ucap Arthur yang kemudian berjalan mundur dan berbalik. Secepat kilat ia melompat dari balkon dan menghilang seperti hantu. Earl pun menggertakkan giginya.
"Brengsek!"
Earl berjalan cepat menuju pintu masuk. Mulutnya berkomat kamit menyumpah serapahi Arthur. Keringat dingin membasahi dahinya. Apa yang Arthur lakukan di pesta ini? Pikir Earl langsung berlalu saja di depan para tamu. Mengacuhkan saja ia sopan atau tidak sopan. Yang terpenting adalah ketika ia harus segera mengambil senjatanya dan menuju ruang kontrol.
Tetapi memang sedikit situasi berpihak padanya. Ketika Jimy yang entah datang darimana dan mengapa ia bisa mengikutinya. Lihatlah betapa cerobohnya Steve terhadap Jimy.
"Kak Earl? Apakah kakak Earl akan pulang sekarang?"
Earl menggigit bibirnya gemas. Lihatlah mata sendu Jimy. Earl hampir meremas Jimy dalam pelukannya karena wajah lucunya. Earl tersenyum dan kemudian berlutut di depan Jimy. Merapihkan rambutnya dan memperbaiki sedikit dasi kupu-kupu menggemaskan di kerah bajunya.
"Jimy. Situasi sekarang sedang tidak baik. Kakakmu yang hebat ini harus bertugas. Jadi sekarang Jimy harus pergi ke sisi ayah, dan katakan padanya untuk waspada di dalam gedung ini. Jimy bisa melakukannya?"Jimy terlihat enggan ketika mengetahui Earl akan meninggalkannya untuk bekerja. Earl menjadi tidak tega.
"Aku memberikan satu pangkatku padamu. Ini,"Earl dengan isyarat mencopot lencana di pundaknya dan menaruhnya kasat mata di telapak tangan Jimy yang mungil.
"Jimy sekarang adalah prajurit dengan tittle si cerdas yang hebat dan tangguh. Setelah ini, ketika kita bertemu lagi, kita akan melakukan upacara secara resmi,"Jimy berbinar mendengarnya. Walaupun sangat konyol bagi orang dewasa sekalipun, tetapi ini mempunyai efek yang besar bagi Jimy.
Dengan semangat dan tersenyum lebar, Jimy segera hormat. Sangat lucu sekali Earl hampir melompat dan membawa Jimy kabur. Earl pun hormat juga pada Jimy. Dengan gerakan militer yang berlebihan khas anak-anak, Jimy berjalan menjauh dan mencari ayahnya. Earl tersenyum kecil.
Ia pun kembali berdiri dan dengan tergesa ia berjalan menuju meja tamu. Beberapa bodyguard dan perwira elit senior nampak berjaga. Earl dengan wajah seriusnya segera menyerahkan kunci loker dan langsung menatap beberapa petugas disana.
"Apakah kau bisa menghubungi pusat kontrol sekarang?"tanya Earl pada salah satu perwira disana, seperti belum mengenali Earl. Tetapi Earl sangat tidak sabar ketika yang ditanya seperti orang bodoh tidak merespon. Earl hampir berteriak jengkel.
"Ada apa Earl? Sesuatu terjadi di dalam?"tanya petugas yang memeriksanya tadi. Earl langsung mengambil pisau lipat dan pistolnya di atas meja. Tatapan matanya yang serius membuat semua orang disana menjadi tegang seketika.
"Segera hubungkan aku dengan ruang kontrol,"petugas itu langsung mengeluarkan ponselnya dan menelfond sesegera mungkin.
"Yaa? Ada a-"
"Segera berikan telfondnya pada Tom,"kata Earl langsung tanpa basa basi. Earl melirik bodyguard yang menatapnya dengan ekspresi bingung.
"Kau! Segera beritahu rekan-rekanmu untuk perketat pengawasan diluar gedung ini. Dan jangan lewatkan celah walaupun itu semak-semak taman,"kata Earl. Namun karena mereka tidak tahu apa yang tengah mereka hadapi sekarang membuat mereka harus menunggu dengan tenang hingga kabar dari ketua regu turun. Earl memutar matanya malas.
"Earl? Ada apa?"suara Tom di seberang sana.
"Tom! Cepat periksa CCTV gedung selatan di area luar lima menit yang lalu. Aku hampir mati gila bertemu A1 di balkon selatan,"
"HAH? APA? DUKE!"Earl segera memberikan ponselnya pada petugas tadi.
"Sebenarnya ada apa? Apakah sesuatu terjadi di dalam?" Tanyanya semakin panik.
"Tidak ada kerusuhan di dalam. Aku minta salah satu dari kalian, temui perwira W-1 di dalam. Dan katakan untuk mengkondisikan keributan di luar gedung. Jangan sampai wartawan mengendus kejadian ini. Dan sampaikan berita ini harus sampai ke telinga Presiden. Setelah itu, pak Presiden akan tahu apa yang harus dilakukan,"jelas Earl singkat. Petugas itu dengan segera masuk dan bodyguard langsung menutup rapat pintu ballroom itu.
Earl berlari menyusuri jalan menuju keluar area gedung tengah istana. Ia melihat beberapa petugas keamanan masih berjaga di area itu. Hanya saja, bagaimana Arthur bisa lolos begitu saja dari pengawasan seketat ini? Earl dengan gemas mencopot sepatu hels nya dan berlari sekuat yang ia bisa menuju mobilnya.
Manik hijaunya menatap dengan tajam area sekeliling mobilnya kemudian melempar sepatu haknya ke kursi belakang. Tidak memberi waktu barang sedetik untuk tenang mengambil nafas, Earl meraih Earphone dan ponselnya di kotak kecil mobilnya.
"Earl! Aku tidak bisa menemukannya. Ruang kontrol diserang habis-habisan sekarang. Hanya area depan yang masih belum tersentuh," Tom sangat panik disana. Earl pun langsung memutarkan mobilnya.
"Periksa CCTV area barat!"
"Earl! Area barat hanya lautan lepas! Tidak ada jalan disana,"
"Cepat periksa saja!" bentak Earl gemas. Ia dengan segera memacu mobilnya dengan cepat ke area barat.
.
.
.
To be continued
Note : Angels Trumpet adalah jenis tanaman seperti terompet berwarna kuning namun beracun. Racunnya yang apabila termakan, bisa menyebabkan seseorang berhalusinasi. Mirip seperti narkotika. Di Indonesia namanya Kecubung