"Ada kata-kata terakhir yang ingin kau ucapkan?" tanya Troy dengan moncong pistol terarah ke kepala ayahnya.
"Apa rencanamu setelah ini?" Pria itu malah bertanya dengan santai.
"Bukan urusanmu."
"Setelah kau membunuhku, pergilah dan jangan pernah menoleh ke belakang lagi."
"Memang itu yang akan kulakukan."
Pria itu tersenyum miring. "Ibumu benar. Kelemahan adalah kekalahan," ucap pria itu dengan nada tenang.
Troy menggeram marah mendengar pria itu menyebutkan ibunya. "Kenapa kau melakukan itu pada Ibu?! Kenapa kau melakukan itu padaku?!" raung Troy.
Pria itu tersenyum sinis. "Jika kubilang, alasannya karena cinta, apa kau percaya?"
Troy mendengus tak percaya. Omong kosong apa lagi itu? Mana mungkin pria tak berhati itu mengerti apa itu cinta?
Maka, Troy membalas omong kosong itu dengan satu tembakan yang menembus kepala ayahnya, merenggut nyawa pria itu.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com