Shirou membantu di dapur sepanjang sore, menyiapkan berbagai hidangan untuk pelanggan yang datang silih berganti. Ketika malam tiba dan restoran mulai sepi, Syr akhirnya tiba di Hostess of Fertility dengan langkah ringan. Senyuman kecil menghiasi wajahnya saat dia melangkah masuk ke restoran, memohon maaf kepada semua orang karena datang terlambat. Matanya tertuju pada Shirou yang sedang mengenakan seragam hijau pelayannya. Tanpa bisa menahan tawa, Syr mengeluarkan tawa kecil, "Maafkan aku, Shirou, tapi seragam itu... terlihat mencolok sekali."
Shirou, yang sudah cukup terbiasa dengan candaan tentang seragam hijaunya, hanya tersenyum tipis. Namun, saat Syr semakin mendekat, Shirou bisa mengendus wangi khas Syr—bunga musim dingin yang memekar dengan sentuhan keilahian. Aroma itu langsung mengisi pikirannya, menandakan suasana hati Syr yang sedang sangat baik.
Di dalam hati, Shirou berpikir mungkin ada kabar baik yang dibawa Syr dari Denatus—rapat para dewa yang mungkin saja Syr hadiri, mengingat identitas tersembunyinya sebagai seorang dewi yang menyamar. Mungkin perihal War Game antara Hestia Familia dan Apollo Familia.
Melihat Shirou tampak ragu-ragu sejenak, Syr bertanya dengan nada lembut, "Jadi, kenapa tiba-tiba kamu datang membantu lagi hari ini? Ada yang ingin kamu bicarakan?"
Shirou menatap Syr dan menjawab jujur, "Sebenarnya, aku menunggumu, Syr. Ada sesuatu yang ingin kutanyakan." Ia berhenti sejenak, memastikan tidak ada orang lain yang mendengarkan, lalu melanjutkan, "Aku ingin tahu lebih banyak tentang kronologi pengepungan Apollo Familia terhadap Hestia Familia. Kamu mungkin tahu lebih banyak tentang apa yang terjadi."
Syr tampak sedikit terkejut, namun senyumnya tetap menghiasi wajahnya. Mata birunya berbinar, seolah mempertimbangkan apa yang akan dia katakan.
Syr tersenyum lembut sambil mencandai Shirou, "Kenapa kamu begitu ingin membantu Bell, padahal kalian tidak boleh ikut campur sebagai bagian dari Loki Familia?"
Shirou sedikit tersipu, tapi tetap serius dalam jawabannya, "Aku hanya ingin tahu bagaimana kabarnya. Bell sepertinya sedang berada dalam masalah besar."
Melihat kesungguhan di wajah Shirou, Syr berhenti menggoda dan mulai bercerita, "Bell berhasil melarikan diri dari kepungan Apollo Familia sambil membawa Hestia. Mereka berdua cukup beruntung, tapi tak sendirian. Selama pelarian mereka, Welf, Lily, Mikoto, dan teman-teman lainnya ikut membantu."
Mendengar hal itu, Shirou tampak lebih tenang. Dia mengangguk pelan, matanya menunjukkan sedikit kelegaan. "Jadi mereka berhasil keluar dengan selamat," gumamnya.
Sambil menyeka meja, Syr menatap Shirou sejenak dan melanjutkan, "Ya, meskipun mereka semua melindungi Bell dengan sekuat tenaga, tak satu pun dari mereka terluka parah."
"Lalu, apakah mereka baik-baik saja sekarang?" tanya Shirou dengan sedikit khawatir, merasa ada yang belum diungkapkan.
Syr berhenti sejenak, mengingat sesuatu. Senyumnya memudar sedikit, membuat Shirou semakin khawatir. "Ada satu hal yang agak menggangguku," katanya pelan.
Shirou langsung memasang wajah serius, "Ada apa? Apa yang terjadi?"
Syr menghela napas, "Aku mendengar kabar bahwa Lily dipanggil kembali ke Soma Familia. Sejak itu, tidak ada yang mendengar kabarnya. Mereka bilang Lily menolak untuk kembali, tapi entah bagaimana, sekarang dia berada di bawah kendali Soma lagi."
Wajah Shirou menegang, memikirkan apa yang mungkin terjadi pada Lily. "Jadi dia sekarang bersama Soma Familia?" tanyanya, suaranya terdengar lebih tajam.
Syr mengangguk. "Sepertinya begitu. Tapi tidak ada yang tahu apa yang terjadi secara pasti. Dia mungkin berada dalam bahaya."
Mendengar itu, Shirou mulai merasakan kegelisahan di dalam hatinya lagi.
Shirou diam-diam merencanakan untuk memeriksa keadaan Lily nanti. Kabar yang baru saja disampaikan oleh Syr membuatnya semakin khawatir tentang teman Bell itu. Meskipun dia tidak boleh ikut campur dalam War Game, membantu Lily mungkin masih dalam batas kemampuannya.
"Terima kasih atas informasinya, Syr," kata Shirou dengan tulus, meskipun pikirannya sudah sibuk dengan apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Syr tersenyum manis, tampak tenang dan tidak khawatir. "Tak masalah. Semoga Bell bisa menang di War Game. Dia akan butuh semua keberuntungan yang bisa dia dapat."
Shirou mengangguk, lalu berkata, "Peluang itu tergantung pada jenis War Game yang akan dilaksanakan. Tapi... semua keputusan ada di tangan para dewa-dewi saat rapat Denatus, bukan?" Suaranya mengandung sedikit sindiran, seolah-olah dia ingin Syr mengakui perannya dalam rapat tersebut.
Namun, Syr hanya tersenyum tanpa menyadari sindiran itu. Senyumnya tetap cerah dan menenangkan. "Cukup tunggu saja kabar baiknya, Shirou. Aku yakin segalanya akan berjalan dengan baik," jawabnya ringan, tanpa mengungkapkan apa pun yang pasti.
Shirou hanya bisa tersenyum kecut, menyadari bahwa dia tak akan mendapatkan lebih dari itu. Tapi dalam hatinya, dia sudah memutuskan untuk bertindak.
Mama Mia masuk ke ruangan dengan ekspresi marah, suara langkah beratnya terdengar jelas saat dia mendekati Syr. "Kenapa kamu baru datang sekarang, Syr? Jangan seenaknya, ayo cepat bersih-bersih!"
Syr hanya bisa tertawa kecut sambil memohon, "Maaf, Mama Mia... Aku sedikit terlambat tadi. Shirou, bisa bantu aku bersih-bersih, ya?"
Shirou menghela napas panjang, namun tak bisa menahan senyum di wajahnya. "Baiklah, tapi kamu harus ingat, jangan sampai terlambat lagi, ya?"
Syr tertawa ringan, "Kamu benar-benar harus belajar menolak permintaan orang lain, Shirou. Kamu selalu terlalu baik!"
Shirou mengangkat bahu, tetap tersenyum lembut. "Bagaimana aku bisa menolak permintaan temanku yang berharga?"
Sambil membersihkan meja-meja, Anya, yang duduk bersantai di sudut ruangan sambil mengayunkan kakinya, bercanda, "Hei, kalian berdua, cepat bersih-bersih! Jangan bikin bos kita tambah marah!"
Shirou tertawa mendengar candaan Anya dan bersama Syr, mereka mulai bekerja, membersihkan ruangan dengan cepat. Namun, di balik senyum dan candaan, hati Shirou masih dipenuhi dengan rencana untuk membantu Lily dan Bell dalam situasi sulit mereka.
Shirou dan Syr sibuk membersihkan restoran, dimulai dengan menyapu lantai yang mulai sepi setelah para pelanggan pergi. Shirou dengan cekatan menggerakkan sapu, sementara Syr berjalan di belakangnya, membawa ember dan kain pel untuk mengepel lantai. Mereka berdua bekerja dengan cepat dan kompak, sesekali saling bercanda untuk meringankan suasana.
Saat mereka mulai membersihkan meja-meja, Syr berkata sambil tertawa, "Kita sudah seperti tim kebersihan profesional, ya. Aku rasa aku akan lebih sering terlambat kalau selalu dibantu begini."
Shirou hanya tersenyum tipis, tanpa henti menggerakkan tangannya untuk membersihkan meja. "Jangan jadikan kebiasaan, Syr. Kali ini aku membantu, tapi lain kali kamu harus datang tepat waktu."
Sementara itu, di sudut ruangan, Ryuu, Anya, Chloe, dan Lunoire duduk santai. Mereka menikmati momen beristirahat setelah seharian bekerja. Ryuu, dengan sikap tenang, mengamati Shirou dan Syr dengan pandangan yang tenang namun penuh perhatian.
"Kerja bagus, kalian berdua," kata Ryuu sambil tersenyum kecil. "Terlihat seperti kalian menikmati bersih-bersih bersama."
Anya, yang sedang bersandar di kursi sambil meminum teh, menimpali dengan tawa, "Benar! Mungkin kita harus membiarkan kalian berdua yang bersih-bersih setiap malam. Kami bisa duduk santai seperti ini setiap hari."
Chloe menambahkan dengan nada menggoda, "Atau, bagaimana kalau kita buat tim? Shirou dan Syr jadi tim kebersihan, sementara kami yang lain bagian duduk manis dan memberi semangat."
Shirou hanya menggelengkan kepala sambil tertawa kecil, tapi tak berkata apa-apa, fokusnya tetap pada pekerjaan di depannya. Syr, di sisi lain, ikut tertawa dan menjawab dengan nada ceria, "Kalau begitu, kalian harus bayar kami lebih untuk jasa ekstra ini."
Setelah selesai membersihkan meja, mereka melanjutkan dengan mencuci piring. Shirou mencuci piring-piring kotor sementara Syr mengeringkannya dengan kain. Obrolan ringan terus berlanjut, menciptakan suasana hangat di tengah-tengah rutinitas malam itu.
"Eh, Shirou, kapan terakhir kali kamu dapat waktu santai seperti ini?" tanya Lunoire, yang menyadari betapa sibuknya Shirou membantu semua orang.
Shirou hanya tersenyum sambil melanjutkan mencuci piring. "Santai? Mungkin beberapa hari yang lalu, tapi aku lebih suka tetap sibuk. Rasanya lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa."
"Dia benar-benar tipe yang tidak bisa diam, ya," gumam Ryuu dengan nada lembut tapi penuh penghargaan, senyumnya tak hilang dari wajahnya saat dia melihat ke arah Shirou.
Setelah selesai, Shirou dan Syr meregangkan tubuh mereka yang lelah, dan seluruh restoran terasa lebih bersih dan rapi. Meski lelah, suasana penuh canda dan tawa malam itu membuat pekerjaan terasa lebih ringan.
Saat Syr dan Shirou baru selesai bersih-bersih, pintu restoran terbuka dan Hermes melangkah masuk dengan senyum khasnya. "Malam yang indah, bukan?" sapanya dengan nada santai.
Anya, yang sedang bersantai dengan teh di tangannya, melirik ke arah Hermes dan menjawab dengan nada malas, "Restoran sudah mau tutup, Hermes."
Hermes tertawa ringan, mengangkat kedua tangannya seolah meminta maaf. "Tenang, aku tidak datang untuk makan. Aku hanya punya urusan sebentar." Matanya berkeliling sebelum akhirnya berhenti pada Shirou, yang masih mengenakan seragam hijau pelayannya. Sebuah kilasan kejutan tampak di wajahnya sebelum dia menahan tawanya.
"Shirou, apa yang kau lakukan di sini? Bukankah kau sibuk menjadi supporter Loki Familia?" tanya Hermes dengan nada menggoda, sambil menatap Shirou dari atas sampai bawah.
Shirou hanya tersenyum sambil menjawab, "Aku hanya membantu di sini saat ada waktu kosong."
Hermes terkikik dan menggelengkan kepala. "Oh, tentu saja. Bahkan seorang pahlawan tak pernah bisa diam, ya?"
Setelah menyapa semua orang, Hermes mendekat ke Ryuu, yang duduk di salah satu kursi terdekat. Dengan ekspresi sedikit lebih serius, dia berkata, "Sebenarnya, aku ke sini karena ingin berbicara berdua denganmu, Ryuu."
Ryuu yang sejak awal diam mendengarkan, menaikkan alisnya dengan sedikit bingung. "Apa yang kau ingin bicarakan, Hermes?"
Hermes mendekat, tetapi sebelum dia berbicara, dia melirik sekilas ke arah Shirou yang tampak mendengarkan dengan cermat. "Ini tentang Bell," ucapnya dengan nada yang lebih rendah.
Mendengar nama Bell, ekspresi Shirou berubah menjadi khawatir, meski ia berusaha tetap tenang. Dia tahu Bell sedang dalam situasi sulit setelah tantangan Apollo untuk War Game, dan sekarang, mendengar bahwa Hermes ingin membahas sesuatu tentang Bell, rasa penasaran sekaligus kecemasan muncul di dalam dirinya. Apa yang sedang terjadi?
Ryuu menatap Hermes dengan tenang namun waspada, menunggu penjelasan lebih lanjut dari sang dewa yang dikenal penuh intrik.
Hermes melirik ke arah Shirou dengan senyuman yang sedikit lebih tipis, menimbang-nimbang kehadirannya. "Permintaan ini mungkin akan menyinggung privasi Ryuu, dan aku rasa ini cukup sensitif," katanya, memberi isyarat ke Shirou dengan matanya yang tajam.
Ryuu menoleh pada Shirou. Namun, berbeda dengan ekspresi tegang yang mungkin Shirou harapkan, senyuman lembut menghiasi wajah Ryuu. "Aku percaya pada Shirou, dia akan menjaga rahasiaku," katanya dengan tenang namun penuh keyakinan.
Mendengar kata-kata Ryuu, Syr menambahkan dengan nada bercanda namun serius, sambil mengedipkan matanya kepada Shirou, "Itu berarti kau harus menjaga rahasia kami bahkan dari anggota Familiamu sendiri, ya." Ucapan Syr disampaikan dengan senyum licik, namun ada sentuhan harapan yang tersembunyi dalam nada suaranya.
Shirou menganggukkan kepalanya, menerima tanggung jawab ini dengan sungguh-sungguh. "Aku berjanji akan menjaga rahasia ini."
Hermes memandang sejenak ke arah Shirou, lalu tersenyum lebih lebar, mengendurkan suasana yang sempat tegang. Dengan nada bercanda, dia berkata, "Sepertinya kau memang disukai oleh para pelayan di sini, ya, Shirou. Hati-hati, itu bisa membuat iri beberapa orang."
Ucapan itu disambut dengan tawa ringan dari Syr, sementara Shirou hanya tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan rasa malu di wajahnya. Di tengah semua keakraban itu, Hermes kemudian melanjutkan ke percakapan yang lebih serius, setelah memastikan suasana cukup nyaman.
Hermes memulai ceritanya dengan ekspresi santai, meski ada sedikit kekhawatiran dalam suaranya. "Tentang rapat Denatus tadi... jenis War Game diputuskan melalui undian, dan—" Hermes berhenti sejenak, menggaruk kepalanya dengan sedikit rasa bersalah, "—aku sendiri yang ditunjuk untuk mengambil undian."
Mendengar itu, Shirou yang sudah khawatir semakin tegang. "Lalu, jenis pertarungan apa yang terpilih?"
Dengan senyuman kaku, Hermes menjawab, "Aku mengambil undian yang berisi 'pengepungan kastil.'"
Seketika, ruangan itu hening, dan Ryuu yang biasanya tenang bertanya dengan suara yang lebih tegas dari biasanya, "Jadi... Bell harus melawan seluruh anggota Apollo Familia sendirian?"
Shirou menoleh ke arah Syr, berharap melihat reaksi yang berbeda, namun Syr tetap tenang, seolah sudah menduga hasil ini. Ekspresinya begitu tenang hingga Shirou semakin yakin akan identitas tersembunyi Syr.
Dengan anggukan pelan, Hermes mengonfirmasi, "Benar. Bell akan menjadi penyerang, sementara seluruh Apollo Familia bertahan di kastil. Tapi, ada sedikit perubahan berkat provokasi Freya dan Loki. Apollo akhirnya membolehkan Bell menerima bantuan... dari satu orang."
Anya yang biasanya ceria, tiba-tiba tersadar dan berkata dengan nada heran, "Jadi, kau datang ke sini untuk meminta bantuan Ryuu?"
Hermes tersenyum dan bercanda, "Tentu saja, aku bisa saja minta tolong Shirou untuk menolong Bell, tapi—" Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, Syr tiba-tiba menyela.
Syr memelototi Hermes dengan nada serius yang jarang terlihat, "Hermes, mengapa kau mempersulit Shirou? Dia masih petualang baru di Orario!"
Shirou membuka mulut, ingin menawarkan dirinya, tapi sebelum dia sempat mengucapkan sepatah kata, Syr langsung memarahi Shirou juga. "Dan kau, Shirou, berhati-hatilah saat menerima permintaan orang lain! Kau baru di sini, dan kapten Apollo Familia sudah level 3, sama seperti petualang mabuk yang menendangmu dulu saat kau baru tiba di Orario!"
Shirou hanya bisa tersenyum kecut, mencoba menyembunyikan fakta bahwa dia sebenarnya sudah mencapai level 4. Dia menundukkan kepala, mendengarkan ceramah Syr dengan rasa malu, sementara Ryuu tetap diam, hanya menatap Shirou dengan tatapan penuh simpati.
Di dalam hatinya, Shirou merasa bingung antara tanggung jawabnya untuk melindungi Bell dan keinginan untuk tetap menjaga rahasianya dari teman-teman yang begitu peduli padanya.
Hermes hanya bisa tertawa mendengar kekhawatiran Syr dan Shirou, "Jangan khawatir, tadi aku hanya bercanda. Apollo memang membolehkan Bell menerima bantuan, tapi hanya dari anggota Familia yang berasal dari luar Orario, sementara kau, Shirou, adalah anggota Loki Familia. Jadi, kau tidak memenuhi syarat."
Mendengar penjelasan itu, Ryuu terlihat terdiam, pandangannya menerawang jauh. Dia mengingat masa-masa bersama Astraea Familia, serta kepergian dewinya, Astraea, dari Orario setelah insiden besar yang menyisakan rasa bersalah dalam dirinya. Rasa penyesalan yang selama ini dia pendam kembali menyeruak, mengingat begitu banyaknya tanggung jawab dan kehormatan yang dia tinggalkan.
Hermes, melihat keraguan di wajah Ryuu, mulai memohon, "Ryuu, hanya kau yang bisa membantu Bell sekarang. Aku tahu ini bukan hal yang mudah, tapi jika kau menolongnya, identitasmu akan kami jaga dengan sangat baik. Aku bisa menjamin itu."
Ryuu menghela napas panjang, memikirkan tawaran tersebut. Akhirnya, dengan suara tenang namun penuh tekad, dia berkata, "Baiklah, aku akan melakukannya. Aku akan membantu Bell."
Mendengar keputusan Ryuu, pelayan lain yang mendengarkan obrolan tersebut tersenyum lega. Mereka semua tahu betapa pentingnya keputusan ini, dan betapa besar pengaruhnya bagi Bell di dalam War Game nanti. Meskipun hanya satu orang yang bisa membantu, Ryuu adalah sekutu yang kuat dan tepercaya.
Setelah Hermes menyelesaikan urusannya, dia berpamitan kepada semua orang di Hostess of Fertility. Dengan senyum penuh misteri seperti biasanya, dia menghilang keluar dari restoran.
Shirou, yang masih merasa khawatir tentang Lily, memutuskan untuk pamit juga. Dia berpikir untuk segera mengecek keadaan Lily, karena kabarnya yang tidak jelas sejak dia dipanggil kembali ke Soma Familia.
Namun, sebelum Shirou sempat pergi, Syr memanggilnya. "Jangan lupa meletakkan seragammu di kamarmu nanti. Biar aku yang mencucinya," kata Syr sambil tersenyum lembut.
Shirou, yang segan menerima bantuan, mencoba menolak dengan sopan, "Tak perlu, Syr. Aku bisa mengurusnya sendiri."
Namun, Syr bersikeras, "Anggap saja ini balas budi karena kau sudah membantuku bersih-bersih tadi," ujarnya, dengan nada bercanda namun penuh ketulusan. Dia tidak ingin Shirou merasa terlalu terbebani dengan pekerjaan kecil seperti itu.
Di sudut ruangan, Anya bersiul dan dengan jahil berkata, "Kalian berdua ini seperti pasangan suami istri tua."
Syr langsung memerah mendengar lelucon itu. Wajahnya yang biasanya tenang menjadi sedikit bingung. "Itu tidak benar!" katanya cepat, berusaha menyangkal dengan nada suara yang terdengar canggung.
Shirou, yang ikut tersipu malu, menggaruk kepalanya dengan kaku. "Syr sudah menyukai orang lain," katanya mencoba mengalihkan pembicaraan, tapi pernyataan itu justru membuat Syr semakin salah tingkah.
Namun, suasana jadi lebih ringan dengan tawa pelayan lain yang mendengar percakapan itu.
Shirou naik ke lantai atas menuju kamarnya di Hostess of Fertility. Setelah sampai di dalam kamar, ia mulai mengganti bajunya dari seragam hijau pelayan menjadi pakaian kasual yang lebih nyaman untuk bepergian.
Saat selesai mengganti baju, Shirou dengan hati-hati melipat seragam hijaunya dan meletakkannya di atas kasur, terlipat rapi. Dia tersenyum kecil sambil menatap seragam itu, memikirkan Syr. Meskipun dia masih belum sepenuhnya yakin dengan identitas sebenarnya, Shirou semakin mantap dengan kecurigaannya bahwa Syr adalah seorang dewi yang menyamar di balik kepribadian pelayan yang ceria dan ramah.
Bukan hanya karena Syr terlihat begitu tenang dan dewasa, tetapi juga karena perilaku Syr yang penuh kasih dan perhatian. Shirou tersenyum lebih lebar saat memikirkan betapa serius dan telaten Syr dalam menjalankan pekerjaannya di restoran ini. Dia bahkan menawarkan untuk mencuci seragam Shirou, hal yang bagi sebagian besar orang biasa mungkin dianggap sepele. Tapi bagi Shirou, itu adalah sikap yang menunjukkan kehangatan hati Syr.
"Kalau dia benar seorang dewi, dia pasti dewi yang baik hati," pikir Shirou dalam hati. Sosok seperti Syr, yang dengan sabar dan penuh perhatian melayani orang-orang di sekitarnya, benar-benar bertolak belakang dengan banyak dewi-dewi lain yang terkadang lebih angkuh dan menganggap dirinya lebih tinggi dari manusia.
Sambil menghela napas ringan, Shirou menyimpan senyum kecilnya dan bergegas menuju pintu. Ada urusan penting lain yang harus ia selesaikan, yakni mengecek keadaan Lily.
Shirou berpamitan dengan teman-temannya di Hostess of Fertility, yang dengan hangat mengingatkannya untuk berhati-hati di jalan. Anya tersenyum sambil melambaikan tangan, sedangkan Ryuu hanya mengangguk dengan sikap tenangnya. Shirou membalas mereka dengan anggukan kecil, lalu melangkah keluar dari restoran.
Begitu berada di luar, Shirou menyelinap dengan cepat menuju gang yang sepi di salah satu sudut Orario. Dia berjalan dengan langkah hati-hati di bawah bayangan bangunan-bangunan tinggi, hingga akhirnya tiba di dekat sebuah rumah kosong yang sudah lama ditinggalkan. Suasana di sekitar begitu sunyi, hanya terdengar gemerisik angin malam yang lembut.
Setelah memastikan tidak ada orang yang melihatnya, Shirou menempelkan punggungnya ke dinding rumah itu. Dengan napas teratur, dia mulai mengaktifkan magecraft-nya. Dalam sekejap, topeng khas Hassan muncul di wajahnya, diikuti oleh jubah hitam yang menyelubungi seluruh tubuhnya. Shirou mengatur napas dalam, lalu mengaktifkan Presence Concealment, teknik khusus untuk menyembunyikan kehadirannya dari pandangan dan deteksi siapa pun. Tubuhnya seolah menyatu dengan bayangan, hilang dari pandangan mata telanjang.
Dengan penuh kewaspadaan, Shirou mulai bergerak menuju Soma Familia, tempat Lily dipanggil kembali. Dia tahu misi ini harus dilakukan dengan cepat dan hati-hati, untuk memastikan keselamatan Lily tanpa mengundang perhatian yang tidak diinginkan.