webnovel

Pena Bu Guru (28)

Akhir-akhir ini buah bibir Ayla mengherankan bagi Dirman, yang penasaran sosok perempuan yang dipuji-puji Ayla dari sekolahnya. Lagi-lagi bu guru. Bu guru dan bu guru terus. Ya, Ayla menjadikannya bu guru baru sebagai topik obrolan, nyaris melupakan tentang Kak Kara yang disayanginya.

"Bu guru sering kasih kue ke Ayla, Yah. Ada bolu, ada kue semprit, kue lumpur, serabi, kue cucur, getuk, putu mayang, klepon. Semua buatannya bu guru Ayla."

"Oh, ibu guru barumu itu penjual kue, ya." Dirman mengipas-ngipas, kipas angin tidak dinyalakan demi menghemat listrik bulan ini. Gara-gara utang judi, keuangan Dirman makin melilit dan prihatin. Jauh lebih parah dari sebelumnya

"Bukan, Ayah. Bu guru itu guru, kan dia ngajarnya di sekolah Ayla. Tapi bu guru emang baik dan suka traktirin kita."

"Bu gurumu itu cantik gak?" Dirman menekan perutnya, semacam aksi mengencangkan ikat pinggang, karena separuh jatah nasi direlakam untuk Ayla, yang menurutnya dalam masa pertumbuhan dan butuh makan kenyang setiap harinya.

Ayla mengangguk-angguk. Tak berkata apa-apa soal kecantikan gurunya itu. Ah, Dirman toh iseng saja, kalaupun cantik apa urusannya dengan dirinya? Jadi guru itu yang penting bijaksana, pintar, dan baik hati. Harus adil dan tidak pilih kasih. Sabar juga kewajiban seorang guru. Sayang, semasa sekolahnya Dirman belum beruntung bersua sosok guru yang lembut hati dan penyayang.

Guru terbaik yang dikenal Dirman adalah guru SMA yang tersenyum pada murid yang salah, tetapi di belakang mencatat kesalahan mereka sebagai pelanggaran kedisplinan berat. Ibarat menikam dari belakang, si guru tak pernah memarahi murid, tetapi hukumannya lebih kejam dari guru pengomel satunya lagi, yang memaki-maki murid tetapi cepat lupa mencatat pelanggaran siswa di buku khusus.

Yang satu tajam lidahnya. Yang lain pendiam tetapi penuh dendam. Kedua tipe manusia ini sama-sama menyakitkan hati. Menyakiti dengan kata-kata dan menyakiti dengan tindakan, kedua-duanya sama kejamnya. Bermulut jahat meskipun hatinya lembut belum terhitung orang baik menurut Dirman. Biarpun maksudmu baik, tapi kata-katamu yang jahat terlanjur menciptakan jodoh buruk, seperti mengundang musuh atau mencari penyakit sendiri.

Nah, Dirman menduga, guru Ayla ini ibarat bidadari di mata putri tersayangnya. Kesayangan Ayla yang melebihi kagumnya pada Kak Kara yang jelita, apalagi kata Ayla gurunya pintar bahasa Inggris dan kue-kue buatannya enak-enak semua. Dalam bayangan Dirman, guru berhati malaikat amat langka, belum tentu kelak Ayla mujur berjodoh dengan guru sebijak itu.

Tak dinyana Dirman, guru langka itu bertandang di rumahnya, membuatnya gugup tanpa persiapan yang memadai. Mana guru Ayla itu cakep bener. Seperti celetukan Peter Pan kala kepincut guru Biologi di SMA Jaya Mada. Tentu cintanya bertepuk sebelah tangan, karena si guru ternyata sudah bertunangan dengan pramugara yang ganteng.

"Permisi, eh, maaf, maksud saya selamat sore, Bu Guru." Dirman ngawur mengucap salam karena terpesona si guru yang rupawan dan penuh senyum.

"Sore juga, Pak. Panggil saya Mbak Pena saja, Pak. Memanggil bu guru kok terlalu formal, ya."

"Pena Bu Guru? Eh, maksud saya Bu Guru Pena. Salam kenal, Bu. Saya Tadirman, ayahnya Ayla. Panggil saya Dirman."

"Mbak Pena saja, Pak Dirman. Maaf."

"Oh ya Mbak Pena. Kira-kira ada keperluan apa, Mbak, ada yang bisa saya bantu, begitu?"

Dirman mulai gelagapan menata ruang tamu, ruang sempit dengan meja butut kecil dan dua bangku bakso getas yang untungnya masih aman diduduki. Rumah petak ini nyaris tak pernah disambangi tamu. Kara saja sangat jarang berkunjung, mungkin sungkan bagi gadis lajang mendatangi duda beranak satu, meskipun Kara bersahabat dengan Ayla dan antara Dirman dan dirinya tidak ada hal spesial.

"Tidak perlu repot-repot, Pak. Saya cuma mau meninjau rumah murid-murid saja. Sebentar lagi saya mau ke tempat lainnya kok, Pak." Si guru cantik mencegah Dirman yang sibuk mencari jamuan untuknya.

"Aaahhhh!"

Belum sempat terpana, Dirman dikagetkan bunyi plak dan gubrak yang keras, asalnya dari guru molek bernama Pena. Astaga! Kejadiannya terlalu cepat, Dirman tak sempat bereaksi untuk mencegah kecelakaan di rumahnya itu.

Ada apa sih dengan Bu Guru Pena, kok ada plak dan gubrak segala?

danirasiva80creators' thoughts