webnovel

Kecurigaan Yang Berdasar

Leanore berjalan beriringan dengan Moa, memasuki sebuah ballroom hotel. Gadis itu menatap semua orang-orang yang tengah sibuk dengan kegiatannya sendiri.

"Leanore!" panggil seseorang dengan berjalan sedikit berlari, mendekati Leanore.

Leanore terdiam beberapa saat, menatap orang yang memanggilnya, dia 'kan pria yang menggunakan gelang perak tadi. Untuk apa dia ke sini dan memanggil nama Leanore?

Setelah berdiri tepat di hadapan gadis itu, pria itu pun mulai mengelurkan tangannya sambil menyunggingkan senyum manisnya.

"Kau tidak mengingatku?" tanya pria itu dengan wajah berharapnya.

Leanore menggeleng kecil, "Maaf," ujarnya dengan wajah tidak enak.

"Tak apa." Pria itu terkekeh kecil, "Mari berkenalan kalau begitu."

"Oh, okey." Leanore mengulurkan tangannya pada pria yang sedari tadi mengulurkan tangannya tapi tidak di balas oleh Leanore.

"Leanore," ujar Leanore dengan tersenyum kikuk. Pasalnya ia tidak mengenal pria itu. Apalagi ia menggunakan gelang berwarna perak dan terdapat gerak-gerik mencurigakan tadi, walau sekarang gerakan pria itu sangat kontras dengan yang tadi. Jadi, gadis gadis itu harus berhati-hati.

"Jordan."

"Jordan?" Mata Leanore mengadah ke atas, terlihat tengah berpikir. Ia merasa seperti familiar dengan nama itu.

"Sepupumu."

Mata Leanore seketika melebar ketika baru ingat. "Jadi, kau Jordan si gendut itu?"

"Kau jangan terlalu memperjelasnya." Jordan terkekeh kecil, sambil menggaruk tengkuknya terlihat malu.

Leanore memandangi tubuh Jordan dari atas sampai bawah. Kemudian Leanore mengulum bibirnya, menahan rasa geli yang mengganggu dirinya. "Kau sangat berbeda dengan sekarang."

"Apa bedanya? Apa aku semakin tampan?"

Leanore mengangguk, "Kau juga semakin kurus. Tak se-gendut dulu." Setelah mengatakan itu, tawa cantik mulai keluar dari bilah bibir Leanore.

"Aku tidak menyangkal jika aku dulu memang sangat gendut. Tapi aku juga tidak menyangkal kalau sekarang aku sangat tampan. Terpesona?"

Leanore menggeleng geli, "Tapi aku tetap tidak berselera dengan pria sepertimu," aku Leanore dengan jujur.

"Aku tertohok dengan penolakan telak ini, Princess," ujar Jordan dengan jujur, pria itu mengulurkan satu tangannya pada Leanore.

"Berdansa denganku?"

"Umm .... " Leanore mengedarkan pandangannya untuk mencari Moa, tapi matanya malah bertubrukam dengan mata hitam pekat milik Lord. Lord memandangnya dengan pandangan tajam. Tangan pria itu terkepal erat di atas meja.

Lord langsung memalingkan wajahnya ketika mendapat laser merah dari pria itu seolah memperingatinya.

Mata Leanore kini berhenti melihat tangan Jordan yang masih terulur darinya. Leanore tersenyum manis. Gadis itu menerima uluran tangan Jordan.

Jordan menuntun Leanore menuju ke tengah-tengah tempat dansa. Kini keduanya menjadi pusat perhatian. Leanore tertunduk ketika dari arah lain ada mata elang yang mengawasinya.

"Ini menyenangkan bukan?" Jordan mengambil tangan Leanore dan menaytukan tangan keduanya. Jordan melingkarkan tangan yang satunya di pinggang Leanore sedangkan tangan Leanore yang satu lagi ia letakkan di bahunya.

Leanore hanya tersenyum kikuk sambil melirik-lirik kecil ke arah Lord.

"Kau sedang melihat apa?" tanya Jordan, hendak mengikuti arah pandang Leanore, tapi gadis itu segera mengalihkan pandangannya kembali mengahadap Jordan.

"Tidak ada," sahut Leanore mengelak.

"Saatnya berganti pasangan, Princess," tukas Jordan ketika suara sang MC yang menuntun acara.

Leanore pun berbalik, memutar tubuhnya untuk mencari pasangan baru. Leanore di buat memekik tertahan ketika tangannya malah di tarik oleh seseorang.

"Kau--" ucapan Leanore terhenti ketika Lord kini menatapnya tajam. Satu tangan pria itu melingkar erat di pinggang rampingnya. Lord mendekatkan tubuh Lyora hingga otomatis Leanore meletakkan kedua tangannya di dada Lord, memberi jarak.

"Siapa dia?" tanya Lord dengan suara mendesis tertahan. Pria itu mempererat pelukannya, bukannya berdansa, mereka berdua malah terdiam di tempat dengan menatap satu sama lain.

Leanore menurunkan tatapannya, menatap dada bidang Lord, Leanore benar-benar tidak sanggup melawan pesona pria itu, bisa-bisa ia malah pingsan sekarang. Ya, Lord memang sangat tampan malam ini.

Leanore menggigit bibir bawahnya, dadanya tiba-tiba berdesir dan pipinya memanas. Leanore melirikan matanya menatap jam tangan yang melingkar di tangan Lord.

"Kau dan Jordan sama," ujar Leanore tanpa sadar. Lord terdiam, tatapan pria itu jadi datar, siap menunggu kelanjutan ucapan gadis itu.

"Tadi, aku melihat beberapa orang berkerumun di parkiran dan mereka menggunakan gelang masing-masing. Jordan yang berdansa denganku juga menggunakan gelang itu, tapi hanya warnanya saja yang berbeda. Jordan menggunakan warna perak, sedangkan yang lain berwarna maroon, dan sekarang kau juga memiliki gelang berwarna perak, walau kelihatan seperti jam tangan. Apa Jordan juga seorang mafia, sama sepertimu?" tanya Leanore dengan tatapan menyelidik.

Lord terdiam, hal itu membuat Leanore bisa menyimpulkan sendiri.

"Aku tidak menyangka jika sepupuku sama seperti dirimu. Aku sangat membenci para mafia terlebih dirimu!" Perkataan Leanore tiba-tiba menajam.

Lord mengerutkan alisnya, kemudian pria itu tersenyum samar, "Jangan dekat-dekat dengan pria itu," kata Lord dengan bergumam kecil.

Setelahnya, Lord melepas tangannya yang melingkar di pinggang gadis itu. Lord pun melenggang pergi begitu saja, menuju meja para tamu yang di sana terdapat Adrian dan juga Felix yang tengah meminum tequila dari gelas crsytalnya masing-masing.

Leanore mengerutkan alisnya bingunng, kemudian gadis itu tersenyum miring, ternyata Lord merasa tertohok rupanya.

Leanore kemudian melenggang pergi begitu saja seraya mendengus kecil, dia sudah seperti gadis yang di tinggalkan oleh kekasihnya. Leanore pun berbalik, gadis itu berjalan untuk mencari teman.

***

"Kau sudah menempelkan alat pelacak padanya?" tanya Adrian.

"Ya." Lord mengambil satu botol tequila dan meminumnya dari botolnya langsung.

"Aku mendapat beberapa informasi," terang Lord seadanya.

"Tentang?"

"Martinez," lanjutnya dengan bibir tersungging miring.

"Ternyata sangat mudah mendapatkannya," sahut Adrian dengan tersenyum remeh.

"Mafia Red black," gumam Lord tanpa sadar.

Felix dan Adrian saling bertatap-tatapan.

***

Leanore saat ini tengah uring-uringan. Gadis itu tengah memcari keberadaan Moa yang sedari tadi belum di temukan.

"Moa memang sangat menyebalkan," gerutu Leanore dan mulai mendudukan dirinya di kursi para tamu yang paling ujung.

Leanore mengehela nafas panjang, gadis itu kelihatan lelah, terus berjalan ke sana kemari dengan stiletto setinggi lima belas senti.

Leanore memalingkan wajahnya menatap seluruh orang-orang yang tengah bersadansa. Mata gadis itu menatap Jordan yang saat ini tengah berjalan menuju keluar dari ballroom hotel. Gadis itu memincing curiga. Ia sedari tadi memang mencurigai Jordan.

Walaupun pria itu mengaku sebagai sepupunya, tetap saja wajah pria itu sedikit berbeda dengan sepupunya tujuh tahun lalu. Terlebih matanya, sepupunya memilik warna mata sebiru laut, warna mata kesukaannya, sedangkan warna Jordan yang sekarang berwarna cokelat muda. Apa pria itu mencoba menyamar sebagai Jordan?

Leanore memang sudah curiga dengan pria itu sedari awal ketika ia melihat gelagatnya di parkiran dengan orang-orang yang juga sepertinya bersekongkol dengan dirinya.

***

Bersambung.