Ratu terpaksa ikut papanya turun ke bawah menemui tamu, dengan berdandan ala kadarnya saja karena ia tidak begitu menyukai makeup. Ratu begitu terkejut ketika menuruni anak tangga, melihat seseorang yang pernah hampir menabraknya di area sekolah. Benar sekali wajahnya sama, ia akan meminta pertanggung jawaban.
"Nah perkenalkan ini anak tunggal saya, namanya Ratu Michaela," ujar Jaya memperkenalkan anak perempuannya.
"Hehh, kamu bukannya yang kemarin nabrak aku? Iya kan kamu orangnya? Aku masih hafal banget sama wajah kamu, tau enggak lutut aku memar abis jatoh gara-gara kamu," omel Ratu sambil berkacak pinggang dihadapannya Reyno.
"Ha? Kamu apaan, sih? Siapa yang nabrak?" heran Reyno yang tiba-tiba dituduh menjadi tersangka.
"Iya kamu orangnya, kenapa kamu tidak mau mengaku, ha?" kesal Ratu.
"Nabrak apa, sih? Aku bahkan tidak mengerti apa yang kamu katakan?" kesal Reyno.
Suasana menjadi semakin memanas, karena Ratu yang mengomel enggak jelas. Jaya menenangkan putrinya untuk tidak terbawa emosi, karena semua masalah dapat dibicarakan baik-baik. Tidak perlu memakai kekerasan, karena hanya membuang-buang tenaga saja.
"Reyno, kamu nabrak orang?" tanya Kevin selaku sang papa.
"Enggak pa, aku enggak pernah nabrak orang. Aiss Dia ini pasti salah orang," protes Reyno yang tidak mau disalahkan dengan masalah yang tidak pernah ia perbuat.
"Tapi emang dia yang nabrak aku kemarin di samping sekolahan pa, dia tidak mau tanggung jawab ataupun memberi uang sebagai ganti rugi," adu Ratu pada papanya.
"Mana coba buktinya kalau aku yang menabrak kamu?" tantang Reyno.
"Yang tidak ada buktinya, orang di sana nggak ada CCTV," ujar Ratu.
"Yaudah berarti kamu tidak bisa membuktikan, kalau aku yang nabrak kamu. Jadi tolong jangan mengarang cerita," tegur Reyno.
Ketika mereka berdua sedang berdebat, ada seseorang baru saja kembali dari toilet. Laki-laki itu duduk kembali di tempatnya semula, yang sebelumnya ia mendengar kericuhan sekarang menjadi hening tak bersuara.
Ratu begitu terkejut melihat seseorang yang baru saja duduk, karena kemiripan wajah dua orang laki-laki di hadapannya. Ratu bahkan sampai mengucek matanya beberapa kali, untuk memastikan ia sedang tidak bermimpi.
"Loh kok mirip?" bingung Ratu.
"Hm sayang, kamu pasti belum pernah lihat mereka, kan? Mereka ini adalah anak kembar dari sahabatnya papa, wajar kalau kamu terkejut melihat mereka dengan wajah yang sangat mirip, bak pinang dibelah dua," ujar sang papa.
Revan mendongakkan kepalanya, seketika tatapannya bertemu dengan seseorang yang ia temui beberapa hari yang lalu. Anak SMA yang suka bolos di jam pelajaran, makanya sampai buru-buru masuk kelas saking buru-burunya sampai hampir tertabrak.
"Duh sekarang kepalaku jadi pusing," keluh Ratu.
"Coba kamu ceritakan pelan-pelan, supaya kita semua yang di sini tidak bingung," suruh sang papa.
"Jadi kemarin itu ketika aku baru balik dari tempat tongkrongan, terus buru-buru masuk ke kelas soalnya udah telat. Pas aku sama temen-temen nyebrang kita enggak sengaja ditabrak sama mobil, terus orang yang ada di dalam mobil itu enggak mau tanggung jawab. Ya aku kesel dong, tapi sekarang aku bingung harus minta tanggung jawab pada siapa? Aku yakin salah satu dari mereka pasti tidak ada yang mau mengaku," ujar Ratu.
"Oh jadi begitu ceritanya, sekarang coba siapa di antara kalian yang merasa melakukan kesalahan?" tanya Kevin pada putra kembarnya.
Namun yang ditanya malah semuanya pada diam, seperti tidak ada yang melakukan kesalahan salah satu diantara mereka. Walaupun sebenarnya yang melakukan kesalahan adalah Revan, namun laki-laki itu tidak mau mengakuinya karena memang bukan dirinya yang menabrak. Lagian tidak sampai tertabrak, orang mereka cuma kaget abis itu jatuh sendiri. Terus tiba-tiba minta pertanggung jawaban, seakan-akan menjadi korban yang sesungguhnya.
"Kenapa kalian berdua malah diam? Papa, kan bertanya siapa di antara kalian yang merasa menabrak Ratu?" tanya sang papa karena anak-anaknya malah diam membisu.
"Revan? Apa kamu yang menabrak, Ratu?" tanya Jessica.
"Tidak."
"Lantas siapa di antara kalian yang menabrak, Ratu? Ayo mengaku saja supaya masalah ini cepat kelar," tegur Kevin.
"Ya aku tidak merasa menabrak siapapun akhir-akhir ini, jadi untuk apa aku harus bertanggung jawab?" ujar Reyno kemudian melirik kembarannya yang terlihat tenang-tenang saja.
"Tidak ada yang terluka, lalu untuk apa kamu meminta pertanggung jawaban?" tanya Revan setelah melihat lutut si wanita dihadapannya baik-baik saja.
"Ya kalau sekarang lututku sudah sembuh, beberapa hari yang lalu sempat memar. Pasti kamu kan yang nabrak aku? Pasti kamu, kan? Udahlah ngaku aja," tuduh Ratu membuat Revan menghela nafasnya.
"Saya tidak pernah menabrak siapapun, karena saya selalu duduk di belakang," ujar Revan.
"Tunggu, itu berarti supir kamu yang menabrak, Ratu? Benar?" tanya Kevin namun Revan tidak menyahut sama sekali.
"Ah baiklah, saya rasa ini hanya kesalahpahaman saja. Nanti biar saya yang bertanggung jawab, atas kesalahan anak saya. Saya mohon maaf karena dia tadi tidak mau mengakuinya, ayo kamu minta maaf sama, Ratu." Kevin kesal melihat kelakuan anaknya yang acuh tak acuh.
"Maaf."
"Ha? Kalau minta maaf itu yang ikhlas, lagian ngomong irit banget? Heran deh," sindir Ratu.
"Saya minta maaf."
"Kaku banget sih nih anak, untung aja cakep," batin Ratu.
"Lantas kamu mau minta pertanggung jawaban berupa apa?" tanya Kevin mewakili anaknya.
"Emm aku ingin dia mengantar jemputku selama satu minggu, lagian hanya satu minggu masa berat?" ucap Ratu membuat Revan menggerutu di dalam hatinya.
"Baiklah, Revan akan menurutinya." ujar Kevin melihat anaknya hanya diam saja.
Revan sangat malas berada dilingkungan orang-orang yang penuh dengan drama, mana dirinya harus bertanggung jawab selama satu minggu mengantar jemput bocah sekolah. Mana ia paling tidak menyukai ada seseorang yang bawel jika bersamanya, cukup kembarannya saja yang bawel jangan ada lagi makhluk aneh yang mengganggunya.
Revan meminta izin untuk pulang cepat karena ada urusan mendadak, yang terpenting ia sudah bersedia untuk bertanggung jawab. Mana janji mamanya yang katanya tidak bakal lama-lama, ini sudah lebih dari 2 jam namun belum ada tanda-tanda mereka mengajak pulang. Revan tidak perduli dengan acara pertunangan yang direncanakan oleh orang tuanya, bisa-bisanya orang tuanya memilihkan wanita cerewet untuk menjadi calon istrinya.
"Tolong maafkan anak saya, mungkin memang benar ada urusan yang penting. Padahal belum sampai pada inti pembicaraan, dia malah sudah pergi duluan," sesal Jessica selaku mama dari si kembar.
"Kami tidak ingin berbasa-basi lagi, langsung saja pada intinya kami datang ke sini adalah untuk melamar Ratu, menjadi calon istri dari putra bungsu kami yaitu Revan," ujar Kevin.
"Whatttttt? Apa kata kalian? Melamar?"
JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE
DAN JUGA COMENTNYA YAAAA
TERIMAKASIH