"Jangan pernah berpikiran bisa menyentuh saya," ketus Revan.
"Lah kok kamu ngomongnya kayak gitu? Nanti kalau kita sudah menikah, sudah pasti kita akan saling bersentuhan tidak mungkin sampai tidak," protes Ratu.
"Saya tidak mau disentuh sama nenek lampir seperti kamu," sindir Revan membuat Ratu melebarkan matanya, baru kali ini ada cowok yang berani meledeknya sedemikian rupa.
"Cowok-cowok di luar sana bahkan tidak ada yang berani meledek aku, tapi kamu dengan seenak jidatnya ngatain aku nenek Lampir?" kesal Ratu sembari melemparkan bantal ke arah calon suaminya.
"Aihh sudah kubilang untuk tidak menyentuh barang apapun di kamarku, tapi kamu malah ngeberantakin," omel Revan sembari mengambil bantalnya kemudian di taruh di tempatnya kembali.
"Bodo amat."
Ratu menyibakkan gorden yang semula ditutup, melihat pemandangan dari atas benar-benar indah dan sejuk apalagi rintik-rintik hujan yang menghiasi siang hari ini.
"Saya rasa sudah cukup melihat-lihat kamar ini, bagaimana kalau saya antarkan kamu pulang saja?" bujuk Revan membuat Ratu membalikkan badannya.
"Kenapa sih kamu pengen banget nyuruh aku pulang? Memangnya kamu mau ke mana? Kamu mau balik ke kantor? Bukankah tadi mama nyuruh kamu buat nemenin aku di sini? Kalau aku belum ingin pulang, bagaimana? Lagian untuk apa aku buru-buru pulang, aku masih betah berada di rumah calon suamiku," ujar Ratu kemudian merebahkan tubuhnya di ranjangnya Revan.
"Ihh kamu ngapain malah tiduran di kasurku? Aku kan sudah bilang jangan menyentuh barangku sedikitpun, aihh ayok keluar ah," kesal Revan karena si cewek berseragam tidak menuruti perkataannya.
"Hadehh kamu itu lebay banget, sih? Masa aku cuma numpang rebahan doang tidak boleh?" protes Ratu.
"Kamu bisa rebahan di mana saja tapi jangan di kamarku, area ini adalah tempat privasi dan aku melarang orang asing menyentuhnya," tegur Revan membuat ide jahil terlintas di kepalanya Ratu.
"Jadi menurut kamu aku masih orang asing? Padahal kita sudah bertunangan, tapi aku tetap orang asing untuk kamu? Aku tahu bagaimana caranya, membuat diriku bukan orang asing lagi buat kamu." Ratu beranjak dari kasur kemudian berjalan mendekati calon suaminya.
"Jangan coba-coba untuk mendekatiku, kamu mundur atau aku usir dari kamar ini!" ancam Revan.
"Kamu mau usir aku? Coba saja kalau berani, coba saja kalau kamu bisa mengusir aku," tantang Ratu membuat Revan benar-benar jengah dan lelah.
"Terserah kamu."
Revan yang tadinya berniat untuk membuka pintu dan keluar dari kamar, tiba-tiba langkahnya terhenti karena dirinya tidak bisa membuka pintu kamar. Ratu sudah selangkah lebih maju dan lebih pintar dari calon suaminya, sebelum tadi Ratu menutup pintunya ia sudah lebih dulu menguncinya. Supaya mereka berdua bebas berduaan di dalam kamar, agar calon suaminya juga tidak pergi ke mana-mana lagi.
"Kenapa pintunya tidak bisa dibuka?" gumam Revan sembari mencobanya beberapa kali namun tetap gagal.
"Kamu mencari ini?" celetuk Ratu membuat Revan membalikkan badannya.
Revan seketika membulatkan matanya melihat wanita berseragam yang berdiri di hadapannya, memasukkan kunci pintu kamarnya ke dalam pakaian yang kenakan Ratu.
"Kamu apa-apaan, sih? Kenapa dimasukkan ke situ?" protes Revan yang mau mengambilnya tapi tidak bisa.
"Terserah aku dong mau naruh di mana saja, tapi kalau kamu mau keluar ya ambil saja kuncinya sendiri. Itupun kalau kamu berani, kalau kamu tidak berani berarti kita tetap di kamar ini berdua." Ratu dengan inlseng mengedipkan sebelah matanya, bukan membuat Revan tergoda malah membuatnya semakin emosi.
"Kamu benar-benar keterlaluan, ini tuh kamarku jadi kamu jangan seenaknya seperti itu," tegur Revan.
"Kamu dari tadi cuma bisa marah-marah doang, coba sekarang kamu ambil kuncinya berani atau tidak? Kalau kamu berani itu artinya kamu gentlemen, tapi kalau kamu tidak berani berarti penilaian aku selama ini benar," tantang Ratu.
"Penilaian apa?" tanya Revan.
"Yeahh aku pernah berfikir kalau kamu itu sulit untuk didekati, kamu juga tidak pernah pacaran sebelumnya. Mungkin saja kamu tidak suka sama perempuan?" tuduh Ratu dengan gamblangnya.
"Tidak suka sama perempuan? Maksud kamu aku gay? Apa kamu berpikiran aku seperti itu?" Revan tidak mungkin bisa terima begitu saja, kalau memang benar di tubuh seperti itu.
"Ya buktinya saja kamu anti banget dideketin sama cewek, apalagi namanya kalau bukan gay?" tuduh Ratu membuat Revan menghembuskan nafas beratnya.
Revan tidak berbicara apa-apa lagi untuk membalas perkataan wanita dihadapannya, yang ada dipikirannya adalah kalau dirinya dibully tidak ada gunanya membalasnya dengan Bullyan juga. Hanya akan menghabiskan waktu dan tenaga saja, jika meneladani orang-orang seperti itu.
"Kenapa kamu malah diam? Jangan-jangan apa yang aku omongkan semuanya benar? Apa kamu benar laki-laki seperti itu? Kalau kamu tidak merasa seperti yang aku tuduhkan, lantas kenapa kamu tidak mengelaknya sama sekali?" heran Ratu karena laki-laki di hadapannya seperti tidak membela dirinya sendiri.
"Terserah kamu mau ngomong apa aja, aku tidak peduli." Revan memilih masuk ke dalam kamar mandi untuk menenangkan pikirannya.
"Kenapa dia tidak menyangkalnya, saat aku bilang kalau dia itu gay? Jangan-jangan benar lagi calon suamiku gay? Tapi masa iya sih, ganteng-ganteng gay? Ya walaupun sekarang lagi jamannya sih, tapi aku tidak akan terima begitu saja kalau beneran Revan itu gay?" Ratu jadi pusing sendiri memikirkan sikap calon suaminya yang penuh dengan teka-teki.
Revan sengaja menyendiri di dalam kamar mandi, agar tidak terus-terusan berdebat dengan wanita yang masih duduk di bangku sekolah tersebut. Ia duduk di atas kloset sembari membaca novel, yang memang tersedia di dalam kamar mandi. Revan memang sengaja menyediakan novel di mana-mana, supaya bisa menghibur dirinya di kala bosan.
"Itu anak ngapain dari tadi di kamar mandi enggak keluar-keluar?" heran Ratu kemudian memutuskan untuk mengetuk pintunya, takutnya terjadi sesuatu di dalam kamar mandi.
TOK TOK TOK!!!
"Revan? Kamu lagi berak, ya? Kok dari tadi enggak keluar-keluar? Kamu udah hampir 1 jam loh di dalam kamar mandi, kamu ngapain sih?" panggil Ratu sembari masih mengetuk-ngetuk pintunya.
Revan tak menghiraukan panggilan dari luar, ia males kalau harus bertemu lagi dengan Ratu. Cewek asing yang dengan seenak jidatnya menuduhnya gay, tanpa ada sedikitpun bukti yang bisa membenarkan perkataannya.
"Revan?" panggil Ratu namun tetap tidak ada sahutan dari dalam.
"Van, jangan sampai aku dobrak pintu kamar mandinya, kalau kamu tidak merespon panggilan aku," ancam Ratu.
"Baiklah, rasakan bagaimana kehebatan seorang Ratu. Hiyakkkkk..Bruuugghh!!
Revan yang lagi enak-enaknya baca novel, dibuat terkejut dengan pintu kamar mandi yang dibuka secara paksa. Bahkan diam-diam Revan takjub, karena si cewek berseragam dapat dengan mudah mendobrak pintu kamar mandi.
"Hebat sekali," batin Revan.
Ratu seketika menganga melihat laki-laki yang dari tadi dipanggil, tapi tidak merespon sama sekali ternyata lagi asyik baca novel di atas closed, tanpa memperdulikan dirinya yang dari tadi nungguin di luar.
JANGAN LUPA TINGGALKAN
VOTE DAN COMENT NYA YAAA
TERIMAKASIH!!