webnovel

Ex-First Love : Pertemuan Kedua

Bercerita tentang seorang wanita yang dulu pernah mencintai seorang pria yang tidak pernah mencintainya balik dan akhirnya ia menyerah. Dan bercerita tentang seorang pria yang mencintai seorang wanita yang mencintai oranglain dan wanita itu tidak pernah menyadari bahwa pria itu mencintainya. Serta, bercerita tentang seorang pria yang pernah sangat mencintai seorang wanita yang kini telah tiada dan mengabaikan segala kehadiran wanita lain di sisinya. Mungkinkah salah satu dari cinta mereka akan bertemu? Jika seperti itu, kepada siapa hati wanita itu pada akhirnya akan menetap? Dan bagaimana usaha kedua pria yang lain untuk mendapatkan cinta dari wanitanya?

lenzluph · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
29 Chs

Chapter 21 ( Kejutan Di Pagi Hari )

"Entahlah. Itu mungkin saja terjadi 'kan? Karenanya aku tidak ingin menimbulkan masalah. Jadi bisa 'kan kau tetap merahasiakannya?" kata Sunny dengan malas.

"Oke. Tidak masalah. Lagi pula tidak ada untungnya juga buatku jika aku mengatakannya pada oranglain. Aku 'kan bukan pria penggosip," jawab Minho santai.

Sunny menatap Minho kesal. Jika memang seperti itu kenapa pria itu harus begitu repot menanyakan alasannya segala sehingga ia jadi bercerita panjang lebar segala? Dasar!

Lima menit telah berlalu dan Minho berbaik hati mengantarkan Sunny sampai ke apartemennya. Tentu saja ini membuat Sunny semakin terkejut dengan perubahan sikap Minho yang begitu mendadak. Ada apa dengan pria itu hari ini? Apa kepalanya memang sudah terbentur? Atau dia sudah salah makan sesuatu yang membuatnya berperilaku berlawanan? Atau Apa pria ini begitu merasa bersalah hanya karena kejadian di ruang make-up tadi sampai mau melakukan semua itu? Entahlah, Sunny tak mau mengambil pusing hal itu. Tidak ada gunanya juga 'kan baginya?

***

"Sunny-a!!" teriak Soohyun sambil menghampiri Sunny.

"Soohyun?" sapa Sunny.

"Kau baik-baik saja? Darimana saja kau?" tanya Soohyun, "Aku baru saja dari apartemenmu. Tapi kata bagian resepsionis kau sudah pergi pagi-pagi sekali. Padahal aku bermaksud ingin menjemputmu tapi kau malah sudah tidak ada. Lalu kenapa kau baru tiba sekarang."

Sunny tersenyum tipis menanggapi pertanyaan Soohyun. Ia melirik sekilas ke arah Minho yang berada tidak jauh darinya lalu kembali menatap Soohyun.

"Aku baik-baik saja. Kau tidak perlu sekhawatir itu. Tadi... aku hanya mampir sebentar ke suatu tempat sebelum kemari. Jadinya aku baru sampai sekarang. Apa syuting sudah dimulai?"

Soohyun menggeleng, "Belum. Mereka masih sedang persiapan. Kalau begitu, Ayo! Kau juga harus bersiap!"

Sunny mengangguk. Pikirannya tiba-tiba melayang ke kejadian tadi pagi sebelum ia tiba dilokasi syuting.

Flashback

Minho tiba-tiba saja muncul begitu saja di depan apartemennya pagi-pagi buta. Tentu saja ini membuat Sunny yang saat itu baru saja bangun langsung terkejut.

"Kenapa kau kemari?" tanya Sunny heran.

"Karena arah tujuan kita sama, aku rasa aku bisa memberimu tumpangan untuk pergi ke lokasi syuting bersama. Bersiaplah! Aku akan menunggumu di lobi," terang Minho.

Sunny membelalakkan matanya lebar-lebar.

"Sepagi ini? Apa kau tidak salah jadwal? Atau kau sedang melindur?" balas Sunny tak percaya.

Minho mendorong Sunny masuk ke dalam.

"Kalau begitu, aku akan menunggumu di sini saja," Minho melangkahkan kakinya masuk ke apartemen Sunny.

"Bwoh??"

"Bergegaslah dan jangan berlama-lama karena aku benci terlalu lama menunggu. Apa kau... tidak ingin membersihkan ilermu yang menjijikkan itu?" ujar Minho dengan santainya.

Sunny langsung panik dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Minho tertawa kecil.

Sambil menunggu Minho duduk di ruang tamu dan melihat-lihat sekeliling apartemen Sunny. Matanya terhenti pada pigura foto Sunny bersama delapan orang wanita yang diduganya adalah sesama personil groupnya, SNSD. Minho melihat raut wajah Sunny difoto itu. Tersenyum bahagia. Lalu seketika itu, ia menghela napas panjang karena mendadak merasa tertekan.

***

"Kau seharusnya menelponku terlebih dahulu jika kau memang berniat memberiku tumpangan," gerutu Sunny yang merasa tidak senang dengan sikap Minho yang menurutnya sangat seenaknya.

"Aku tidak punya nomormu," balas Minho, "Lagipula bukankah lebih efisien jika aku langsung menghampirimu?"

"Ya, tapi setidaknya kau bisa menghubungiku terlebih dahulu melalui telephone antar sesama apartemen kan? Bukankah di setiap ruangan dipasang telephone? Kau tinggal meminta pihak resepsionis untuk menyambungkan telephone apartemenmu dengan telephone apartemenku. Apa itu juga begitu sulit?" ceramah Sunny sepanjang perjalanan di dalam lift.

Minho terdiam sejenak. Sepertinya ia benar-benar lupa akan fasilitas telephone antar sesama penghuni apartemen itu.

"Sudahlah! Bukankah itu semua sudah lewat? Untuk apa kau masih mempermasalahkannya sekarang? Apa kau tidak lelah?" ujar Minho yang mulai merasa jenuh.

Sunny mencibirnya.

"Sejak kapan kau jadi seenaknya seperti ini. Sepertinya kau sudah banyak berubah. Bukankah dulu kau terkenal dengan sebutan pria es? Sejak kapan pria es berubah menjadi pria yang suka merecok?" sindir Sunny.

"Terserah apa katamu. Yang jelas kau seharusnya berterimakasih padaku karena aku masih mengingatmu saat aku akan berangkat pagi ini. Bukankah itu menjadi keberuntungan tersendiri bagimu?" balas Minho.

"Cih! Apa aku yang memintanya," balas Sunny dengan malas, "Bukankah ini terlalu pagi untuk pergi ke lokasi syuting? Sepertinya hari ini kau terlalu bersemangat. Dan apa-apaan penampilanmu itu? Kau seperti akan menghadiri acara formal saja."

Sunny memperhatikan penampilan Minho. Tak biasanya ia memakai jas hitam. Biasanya pria itu hanya memakai kemeja biasa atau kaos saja. Ia tidak pernah memakai jas lengkap jika bukan untuk hal yang dirasanya perlu.

"Aku ingin pergi ke suatu tempat sebelum ke lokasi syuting," jawab Minho datar.

"Kau ingin ke suatu tempat tapi juga ingin membawaku? Omo!!" seru Sunny takjub.

"Hanya sebentar. Itu tak akan memakan waktu lama. Kau hanya perlu menungguku di dalam mobil," ujar Minho.

Sunny hanya bisa menghela napas dan terpaksa menurut.

Tempat yang di maksud Minho adalah sebuah tempat pemakaman umum. Awalnya Sunny terkejut, tapi ia tidak berniat untuk bertanya apapun. Ia mencoba menerka-nerka sendiri makam siapa kiranya yang akan dikunjungi oleh Minho. Dan begitu Minho keluar dari mobil dengan sebuket bunga yang memang sudah disiapkannya, Sunny melihat ada sebuah buku kecil seperti sebuah agenda yang terjatuh.

Sunny mengambilnya dan membuka halaman tentang tanggal hari ini.

2februari

Park Yeon Na "4th"

Sunny terdiam membaca tulisan itu lalu kemudian menatap kepergian Minho yang sudah jauh. Ia tahu kemana pria itu akan pergi.

***