webnovel

Ex-First Love : Pertemuan Kedua

Bercerita tentang seorang wanita yang dulu pernah mencintai seorang pria yang tidak pernah mencintainya balik dan akhirnya ia menyerah. Dan bercerita tentang seorang pria yang mencintai seorang wanita yang mencintai oranglain dan wanita itu tidak pernah menyadari bahwa pria itu mencintainya. Serta, bercerita tentang seorang pria yang pernah sangat mencintai seorang wanita yang kini telah tiada dan mengabaikan segala kehadiran wanita lain di sisinya. Mungkinkah salah satu dari cinta mereka akan bertemu? Jika seperti itu, kepada siapa hati wanita itu pada akhirnya akan menetap? Dan bagaimana usaha kedua pria yang lain untuk mendapatkan cinta dari wanitanya?

lenzluph · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
29 Chs

Chapter 12 ( Meondong )

"Sudah kubilang jangan cerewet," bantah Minho tenang, "Apa kau mau bermalam di jalanan, hah? Harusnya kau berterima-kasih padaku karena aku telah berbaik hati memberimu tumpangan."

Sunny mencibir. Dia memang berharap ada orang yang baik hati yang mau memberinya tumpangan. Tapi aku sangat tidak berharap bahwa orang itu adalah kau!!

"Aku tidak butuh tumpanganmu. Turunkan aku sekarang juga!" teriak Sunny marah.

"Tidak akan. Berteriaklah sesukamu karena akan sia-sia saja." Minho tetap tak peduli.

"Kau.. Kenapa kau harus memaksaku? Aku 'kan sudah bilang, aku tidak butuh bantuanmu!" balas Sunny.

"Ya, walaupun kau tidak butuh bantuanku. Tapi aku akan tetap memaksamu karena kau memang adalah tipe wanita yang harus dipaksa," balas Minho.

"Aku tak mengerti, isi kepalamu ini terbuat dari apa. Kenapa kau harus begitu keras kepalanya di saat kau memang perlu bantuan oranglain sekalipun dari yang tak kau harapkan."

Sunny menghela napas dengan kesal dan akhirnya memilih untuk menyerah. Dipakainya sabuk pengamannya dengan kasar lalu membuang muka ke jendela.

"Kau tahu, ini bisa disebut penculikan. Kau bisa saja dituntut!" sindir Sunny dengan nada ketus.

"Owya?" balas Minho sangsi, "Mungkin itu jauh lebih baik jika aku dituduh melakukan penculikan terhadap lawan mainku sendiri, yang tentu saja tuduhan yang tak mendasar dan hanya akan mempermalukan dirimu sendiri. Daripada aku membiarkanmu dan mungkin saja aku akan kehilangan lawan mainku diberita besok pagi yang mengabarkan bahwa kamu mungkin saja diculik atau diperkosa oleh para penjahat. Atau kau lebih suka dengan pilihan yang kedua?"

Sunny sempat bergidik membayangkan apa yang diucapkan Minho. Tentu saja ia tak menginginkan pilihan kedua yang disebutkan Minho itu. Tapi haruskah ia bernapas lega karenanya? Ia tak mau mengakuinya bagaimanapun juga.

"Kau tak usah berpikir terlalu banyak. Anggap saja ini sebagai pertolongan yang kebetulan. Bagaimanapun juga, aku adalah seorang laki-laki. Aku tidak mungkin membiarkan seorang wanita seorang diri di jalan sepi seperti itu begitu saja." jelas Minho lagi saat melihat wajah Sunny yang seperti ingin menangis.

Sunny hanya diam tak membalas. Sejujurnya ia sudah merasa lelah. Jadi karenanya jika ia harus adu mulut dan ribut dengan Minho, itu hanya akan menguras energinya lebih banyak lagi.

"Dimana rumahmu?" tanya Minho.

"Di apartemen Meondong di distrik 6," jawab Sunny dengan malas.

"Meondong?" seru Minho terkejut sekaligus tak percaya, "Kau tinggal di sana?"

Sunny mengerutkan kening.

"Memang kenapa kalau aku tinggal di sana. Apa itu masalah buatmu? Aku sudah tinggal di sana selama 6tahun. Apa perlu kau sampai begitu terkejutnya? Kau kan tidak tinggal di sana!" balas Sunny sewot. Kenapa pria ini harus terkejut seperti itu? Tapi tunggu... Sunny diam sejenak dan mencoba memikirkan sesuatu yang mengerikan baginya.

"Jangan katakan bahwa kau sekarang tinggal di sana??" tanya Sunny menebak dengan ngeri.

Minho mengangguk pelan, "Begitulah,"

Sunny tak percaya, "Tidak mungkin. Bukankah kau tinggal di daerah Gangnam?"

"Sepertinya kau tahu banyak tentangku. Kau tahu jelas aku pernah tinggal di sana tapi aku justru tak tahu kau ternyata malah tinggal di apartemen itu."

Sunny terdiam. Mengingat dulu Sunny begitu terobsesi pada Minho, ia tak mungkin tidak tahu dimana Minho dulu tinggal. Dia tinggal di rumah yang mewah yang dibangunnya sendiri dari hasil jerih payahnya di dunia entertaint. Rumah yang membuat banyak orang iri dan kenapa sekarang dia harus tinggal di apartemen? Dan kenapa dari sekian banyak apartemen yang ada di Korea dia memilih Meondong? Sunny tak habis pikir.

"Aku sudah pindah sejak setengah tahun yang lalu. Aku mulai menyukai apartemen belakangan ini. Tapi aku tak menyangka kau juga ada di sana," jelasnya lagi masih sedikit terkejut, "Heran, bagaimana mungkin kita tak pernah berpapasan padahal kita berada di atap yang sama?"

Sunny tak menjawab. Ia tahu dengan jelas apa alasannya mereka tidak pernah bertemu padahal mereka tinggal dalam satu gedung seperti yang dikatakan Minho. Sunny sudah lama meninggalkan apartemen itu dalam keadaan kosong dan baru sekitar seminggu yang lalu ia kembali lagi menempati apartemennya itu.

"Apa ini takdir?" tanya Minho sambil mencoba menimbang-nimbang kata apa yang cocok menggambarkan keadaan mereka saat ini.

"Aku tidak percaya takdir. Tapi lebih percaya nasib buruk," sela Sunny dengan cepat.

Minho melirik ke arah Sunny, "Nasib buruk?" ulangnya.

Ya, nasib buruk karena aku dipertemukan kembali denganmu, batin Sunny.

"Owya, aku masih heran. Kemana manager yang selalu membuntutimu kemana pun kau pergi. Yang aku lihat kau selalu diantar oleh managermu itu. Tapi kenapa kau justru malah sendirian tadi? Dan kau bilang tadi, kau meninggalkan mobilmu di lokasi syuting dan pergi menunggu taxi. Apa ada masalah dengan mobilmu?"

"Apa aku harus menjawab pertanyaanmu itu?" balas Sunny dengan malas karena tak ingin menjawab.

"Tentu saja. Karena aku sedang bertanya padamu. Dan setiap pertanyaan butuh jawaban. Bukankah begitu?"

Sunny tetap cuek.

"Jika memang managermu itu tak bisa mengantarmu. Lalu kenapa kau tak pulang sendiri saja dengan mobilmu? Bukankah kau bisa menyetir? Seingatku dulu kau tak pernah mengizinkan orang lain menyetir mobilmu. Kau selalu menyetir sendiri kemana pun kau pergi. Kenapa kau bersikap seolah-olah kau tak bisa menyetir? Di adegan drama tadi juga. Kenapa kau meminta sutradara Jung untuk meng-cut adegan saat kau harus menyetir membawa para pekerja ke lapangan?"

***

Beri power stone nya ya jgn lupa

makasih

lenzluphcreators' thoughts