webnovel

Every Story Needs a Beginning, Right?

Pertarungan antara dua ras besar sudah berlangsung selama 500 tahun, manusia melawan vampir. Raja vampir sudah dikalahkan, tetapi manusia harus membayar harga yang setimpal. Namun, apakah hanya dengan mengalahkan raja vampir akhir dari pertempuran panjang ini dapat dipastikan?

akai_mashiro · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
22 Chs

Sayap Hitam II

"Hari ini kelas satu diliburkan"

"Eh?"

Profesor Gilia berdiri di depan pintu kembar kelas I-I.

Satu angkatan kelas satu terdiri dari empat ratus murid, masing-masing dua ratus penyihir dan petarung.

Masing-masing kelasnya dibagi menjadi lima puluh anak per kelas.

Exxone menatap ke koridor kelas lainnya dan tidak menemukan satupun anak kelas satu lainnya.

"Ini hari Senin kan Profesor? Ini pasti hari sekolah kan?"

"Kamu mabuk ya?"

"Ha?"

"Kamu kemana saja tiga hari yang lalu? Ini hari Kamis. Kamu sudah absen tiga hari"

"Eh? He? Ha?"

"Jangan pura-pura bodoh. Sebaiknya jangan buat alasan"

Profesor Gilia adalah vampir berumur dua ratus tahun, salah satu pengajar dan peneliti sihir di Magicna Mudrost. Dia selalu membawa buku tebal di tangan kirinya kemanapun dia pergi.

Disisi tangan kirinya terlihat tanda "XV", pastinya jabatan dia di sekolah ini.

Kemudian vampir yang bisa dibilang cukup tua itu menatap Exxone lebih dekat lagi, kedua mata yang sedikit keriput dan janggut hitamnya memberikan ketegangan tersendiri untuk Exxone.

"…."

15 menit kemudian.

Exxone terlihat lesu selagi berjalan pelan memegangi dinding.

Nampaknya ceramah Profesor Gilia membuatnya kelelahan secara mental.

"Aku tidak melakukan apapun… Aku yakin aku melihat kalender itu hari Minggu tepat sebelum aku tidur…"

Muncul sebuah siluet yang tak asing di mata kuning gelap Exxone.

"Yo Exxone!"

Vampir itu terlihat lebih tinggi darinya dan menggunakan setelan pengajar Magicna Mudrost, terlihat lambang "XVV" di lengan kirinya.

"…"

"Oi Exxone! Hei!"

Tak!

"!!"

Vampir itu menepak bahu Exxone untuk menangkap perhatiannya.

"Wakil Kepala Sekolah!"

....

"Ini…. minum dulu"

Leonar Degriexette menuangkan teh ke gelas putih di depan Exxone.

Mereka berada di ruangan yang sudah dikenal Exxone, yang merupakan ruangan milik wakil kepala sekolah.

"Bagaimana kondisimu? Sudah hampir seminggu semenjak insiden Rotania ya"

"Ya aku sudah sembuh total tepat dua hari sesudah hari itu, pak wakil-"

"Leo saja. Sudah pernah kubilang kan"

"Ah. Aku sudah pulih total….. Leo"

Exxone mengalihkan kedua matanya saat mengucap "Leo"

"Aku tidak sengaja mendengar ceramah Profesor Gilia. Katanya kamu absen tiga hari ya?"

"Aku bahkan tidak tahu kenapa bisa begitu! Aku tidak ingin bolos!"

Exxone langsung bangkit dari kursi dan menepak meja Leo.

"Woah woah! Tahan tahan! Meja ini sudah di tepak banyak orang! Aku tidak mau membuang uang untuk membeli meja baru"

"Ah! Maaf aku hilang kendali"

Exxone menjelaskan semua yang dia ketahui.

"Ohh. Hanya dalam dua hari kau sudah sembuh ya. Namun kau mendadak tertidur selama tiga hari?"

"…"

Leo mengernyitkan dahinya dan menatap Exxone curiga.

Exxone hanya bisa terdiam dan membuang mukanya selagi memegang gelas teh panas.

Kemudian dia melipat mulutnya dan mengernyitkan dahinya, dia melakukan itu karena dia tahu bahwa apa yang dia katakan tidak akan masuk diakal.

"…"

"Ah! Paling kau hanya kelelahan! Kurang tidur! Itu saja! HAHA!"

"Eh?"

"Insiden kemarin hanya diketahui beberapa instruktur terdekatku, aku, kau, dan Rotania. Meskipun anak kelas satu juga kebingungan, kami hanya mengarang cerita supaya tidak membuat kepanikan"

"Begitu ya"

"Kalau kita bilang, "Wah! Dewa perang vampir bangkit dan ingin membunuh kita semua!" Menurutmu apa yang akan terjadi?"

"..."

"Juga akan mencoreng nama sekolah ini. Sekolah sihir terbaik di Ostrvo akan kehilagan mukanya bagi seluruh keluarga royal vampir"

"…"

Exxone menurunkan pandangannya ke gelas teh panas yang dia terus pegang daritadi.

Leo menyeruput teh miliknya juga.

Vampir bertampang klimis itu mengeluarkan berkas kertas dari laci mejanya.

"Ngomong-ngomong, kau berasal dari keluarga Valiant ya jika dilihat dari nama belakangmu?"

"Betul"

"Sejujurnya, aku belum pernah mendengar nama Valiant selama hidupku. Bisakah kau ceritakan sedikit tentang keluargamu?"

"Aku tidak ingat banyak. Begitu aku lahir aku tidak pernah melihat ibuku, kudengar ayahku juga petarung sihir tapi dia gugur di medan tempur. Aku hanya anak titipan di panti asuhan"

"Maaf… sepertinya aku menanyakan hal yang bodoh. Tapi, bolehkah aku tahu nama panti asuhan yang mengurusmu? Aku hanya ingin tahu informasi mengenai anak yang menarik perhatianku"

"Eh? Aku menarik perhatianmu?"

"Kau menyelamatkan satu kelas. Namun tidak ada yang mengakui bahwa kau adalah penyihir yang hebat. Apakah kau sama sekali tidak pernah berpikir mengenai relasi teman-teman kelasmu dengan dirimu?"

"…"

"Juga pada hari kau menepis ledakan sihir itu. Tidak ada satupun orang yang mau repot-repot datang padamu untuk berterimakasih kan?"

"Be..tul"

"Sesudah aku mencari tahu, ternyata ada beberapa anak keluarga royal yang kau selamatkan pada hari itu"

Ada sepuluh keluarga royal dalam ras vampir. Mereka adalah keturunan yang menurunkan darah Evach Krach melalui silsilah keluarga semenjak 500 tahun yang lalu.

Silsilah keluarga royal sah dicatat seratus tahun sesudah kematian Evach Krach, mereka adalah anak-anak generasi turunan anak buah Evach Krach pada masanya.

Namun, mereka yang menurunkan darah Evach Krach merasa memiliki derajat lebih tinggi dari vampir lain.

Hal ini juga menyulut konflik internal antar vampir, padahal mereka seharusnya menatap masalah yang lebih besar, yaitu berperang dengan manusia.

Itulah yang Leo jelaskan pada Exxone secara garis besar.

Klap.

Exxone menutup pintu kembar ruangan Leo, tangan kanannya masih memegang gagang pintunya.

Terlihat dia mengernyitkan dahinya, kedua alis hitamnya menajam begitu pula tatapan kedua mata kuning gelapnya.

Krrkk!!!

Tangan kanannya meremas gagang pintu besi itu.

"…"

"Oi! Exxone!"

"?"

Muncul vampir laki-laki berambut abu yang sedikit lebih tinggi darinya.

Setelan seragamnya berwarna hitam keputihan dengan model yang sama sepertinya, dia melangkah mendekatinya.

"Ri…ri…"

Exxone selagi menghapus ekspresi kesalnya itu mencoba untuk mengingat nama vampir yang mendekatinya itu.

Kemudian dia melepas gagang pintu itu, terlihat sudah penyok gagang besi itu.

Setelah dia berbalik menghadap vampir laki-laki itu, gagang besi yang penyok itu kembali utuh seperti sedia kala.

"Sedang apa kau di depan ruangan wakil kepala sekolah?"

"Oh. Aku hanya diajak berbincang dengan beliau"

"Ini surat dari Wakil Kepala Sekolah untukmu"

"Kenapa harus repot-repot darimu?"

Exxone menerima sodoran kertas surat dari tangan Richard dengan heran.

"Hei Hei Hei! Ini aku! Leo!

Pasti kamu langsung bingung kan kenapa aku repot-repot memberikan surat melalui Richard Domovoi?

Atas perintahku kamu dan anak yang memberikan surat ini akan menjadi satu tim untuk ekspedisi besok. Tidak perlu berfikir yang tidak-tidak, ini semua berdasar atas pertimbangan yang matang olehku. Cukup ikuti saja instruksiku, oke? (Teehee)"

"Aku tidak tahu kalau dia orang yang konyol"

Mereka berdua pun menjadi satu tim yang hanya berisikan dua vampir.