webnovel

Es Kutub Yang Mencair

Apa yang akan kamu lakukan jika, ada orang yang tiba-tiba bertanya "apa itu takdir?" dan bagaimana jika ternyata dialah takdirmu?. berkisah tentang seorang remaja perempuan yang tidak ingin jatuh cinta pada laki-laki, karena perlakuan ayahnya di masa lalu, dia bahkan tumbuh menjadi perempuan yang dingin. menjauhkan dirinya dari sekolah campuran adalah pilihannya agar tidak berdekatan dengan laki-laki, tapi takdir berkata lain... tiba-tiba dia bisa merasakan rasa suka, yang sampai bisa merubah kepribadiannya, rasa luka yang bisa dia rasakan, dan bahkan dia bisa merasakan betapa sakitnya sebuah perpisahan. siapa? siapa dia? yang bisa membuat seorang perempuan dingin, yang anti akan cinta, bisa menangis tersedu-sedu karena luka yang mulai membakar hatinya yang beku?.

Hana_Hiromi · LGBT+
Zu wenig Bewertungen
18 Chs

Tanpa Sadar Aku Memberinya Luka

" apa aku harus minta maaf?" Batinku.

" Tunggu dulu! Apa aku telah melakukan kesalahan?" Batinku bertanya-tanya.

" Oh itu dia" batinku, saat melihat Aiko dari kejauhan.

"A-"

"Eh, dia melewatku lagi?" Tanyaku pada diri sendiri, saat Aiko berjalan melewatiku, dan tak berkata sepatah katapun seperti hari kemarin.

" Kam-"

" Apa hari ini ada tugas?" Tanya Aiko pada salah satu siswi.

" Tidak" jawab anak itu.

" Ai-"

" Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Aiko, saat menatapku dengan tatapan dingin.

Deg!

"Eh, perasaan apa ini?" Batinku

" Tumben ka-"

" Jika tidak ada keperluan, maaf, aku sedang sibuk sekarang" kata Aiko, dan berjalan masuk ke kelas meninggalkan ku.

" Perasaan apa ini? Rasanya sangat sakit!" Batinku, sambil menaruh tangan di dadaku.

" Mata itu...seperti tidak ada aku lagi di matanya... apa-apaan tatapan itu?" Batinku tidak terima.

Bahkan saat pelajaran di kelas sedang berlangsung, Aiko tidak seperti biasanya, Aiko yang sering melihatku dari mejanya, atau Aiko yang sering mengganggu ku saat belajar.

Tidak ada percakapan antara aku dan Aiko, bahkan melihatku saja tidak.

Ting...Ting....Ting

(Bel istirahat berbunyi)

" Ai-"

" Kita harus bicara" kata Aiko tiba-tiba.

" O...oh baiklah"

Aku berjalan di belakang Aiko, sambil melihat tangannya yang berayun.

" Ingin ku genggam" batinku, sambil tanganku yang ingin meraih tangannya.

" Apa ada yang ingin kamu bicarakan, sebelum aku?" Tanya Aiko tiba-tiba.

" Ooh hm" jawabku singkat.

( Di atap)

" Bicaralah, akan aku dengar" jelasnya.

" Kamu saja yang duluan bicara, mungkin itu penting" jawabku.

" Ayo akhiri ini..." Kata Aiko, singkat, padat, dan jelas.

Bagai api yang membakar habis hatiku yang sedang beku, tanpa menyisahkan setetes pun cairannya.

Rasa yang begitu perih, hingga kurasa tak bisa lagi kutahan.

" A...apa kamu serius?" Tanyaku.

" Hm" jawab Aiko singkat.

" Kenapa?" Tanyaku yang merasa tidak terima.

" Semenjak Aku memilihmu, terkadang kamu buat aku bahagia Eri, tapi entah kenapa di sisi lain kamu buat aku terus menangis" jelas Aiko

" Bukankah lebih baik kita akhiri..." Jelas Aiko.

" Untuk pertama kalinya aku mengerti apa arti menyukai seseorang karena mu Eri..." Jelas Aiko.

" Arigatou..." Kata Aiko.

Kata terima kasih...angin yang berhembus, membuat rambut pirang itu berterbangan...senyuman yang tergambar di wajahnya, membuat aku hanya bisa terdiam, tanpa kata.

" Aku pergi..." Kata Aiko dan beranjak pergi meninggalkan ku.

" A... Aiko..." Gumamku di antara bisikan angin.

" Aku..."

" Aku..."

" AKU TIDAK TERIMA INI AZUMI AIKO!" Teriak ku seraya berbalik melihat Aiko.

" Sudah seminggu kamu menjauhiku, dan sekarang kamu ingin akhiri?! Jelaskan padaku apa salahku!!" Teriakku.

Aiko yang tiba-tiba berhenti, hanya membalikkan badannya dan berkata...

"Dari awal Aku lah yang salah, karena memaksakan hubungan ini ada" jawab Aiko.

"Gomen ne..." Kata Aiko meminta maaf.

" A...Aiko..." Panggilku.

Tanpa menjawab panggilanku, Aiko hanya tersenyum dan berjalan pergi meninggalkan ku sendiri di atap.

"Aiko...bi...bisakah kamu memberitahuku apa salahku?" Gumamku.

" Fumio bilang, salahku karena tidak mengakui mu, apa maksudnya?" Kataku pada diri sendiri.

" Apa yang harus aku akui?" Tanyaku.

"Eh? Aku menangis?" Tanyaku pada diri sendiri ketika menyadari, pipiku yang sudah basah, karena air mataku.

" Gomen ne Aiko...gomen ne..." Kataku dengan air mata yang terus saja mengalir.

" Tanpa sadar aku telah melukai seseorang yang merasa bahagia memiliki ku" kataku yang terduduk menangisi kepergian Aiko.

(Kamar Ayano Eri)

" Eri...sampai kapan kamu berbaring seperti itu terus, apa hari ini kamu tidak ke sekolah lagi?" Tanya mama.

Tanpa menjawab pertanyaan mama, aku hanya diam dan menarik selimutku hingga seluruh tubuh ku hilang ditelan selimut.

" Sudah 2 Minggu kamu tidak sekolah, bagaiman dengan OSIS mu jika kamu seperti ini" jelas mama.

" Aku sudah menyerahkan semua ke sekretaris ku" jawabku.

" Haaaa!!!! Apa salahku???!!!!" Teriakku sambil membuka selimutku dengan kasar.

" Kamu belum tahu juga?" Tanya mama.

" Apa kamu sudah bertanya pada Mio?" Tanya mama lagi.

" Ah!!! Itu dia!!! Ma, aku pergi ke sebelah dulu"

Teriakku saat keluar dari kamar, dengan baju tidurku.

Tok..tok...tok

" Sebentar!" Teriak seseorang dari dalam.

Cklek!

" Oh! Eri! Apa ka-"

" Ayo bercerita!" Kataku pada deku dengan tampang serius.

" O...oh masuklah" ajak Deku.

" Mio!! Eri datang!" Teriak Deku.

" Ooh Eri!!!" Panggil fumio saat melihatku.

" Apa ka-"

" Aku putus dengan Aiko" kataku.

" Eh?" Serempak deku dan fumio.

" Baiklah~ gurumu akan mendengarkan ceritamu" kata fumio, sambil memegang tanganku dan membawaku ke sofa.

Aku mulai menceritakan semua hal, dari setelah kencan, hari berikutnya, hari dimana Aiko mulai berubah, hingga hari dimana Aiko mengajakku untuk mengakhiri hubungan kita.

" OKAY!!!" teriak fumio dengan pose berdiri di atas sofa.

" Mio, turunlah! Itu tidak baik untuk kandungan mu" kata deku yang memegang tangan fumio.

" Minta balikan saja" kata deku.

" Hm! Dulu juga kita seperti kalian, dan akhirnya deku pergi ke rumahku dan meminta maaf, dan saat itu juga dia melamar ku" jelas fumio, sambil memperbaiki posisi duduknya.

"Ha? me...melamar? Apa aku harus seperti itu juga?" Tanyaku.

" Katakan saja padanya kalau kamu juga mencintainya" jelas fumio.

"Ta-"

" Bagaimana kalau sore ini kita pergi ke taman bermain? Untuk membalikkan mood mu" jelas fumio.

" Mungkin dengan begitu, saat mood kamu sudah baik, kamu bisa mengatakan perasaan kamu padanya" jelas deku.

" Mungkin itu ide yang bagus" jawabku.

" Okay! Sudah diputuskan kita akan pergi sekarang!" Kata fumio dengan gembira.

" Baiklah, aku akan pulang dan bersiap-siap" kataku, dan beranjak pergi.

" Kami akan menunggumu di bawah!" Teriak fumio, saat aku hendak membuka pintu.

" Baiklah" jawabku.

( Mencari baju)

" Kamu mau kemana?" Tanya mama.

" Aku akan pergi bersama fumio dan deku ma" jawabku, yang sibuk mencari pakaian.

" kenapa tidak pakai dress putih kemarin saja" Kata mama.

" oh benar juga!" Jawabku ,sambil mengambil dress kencan pertamaku.

"Eri!!" Panggil fumio dari dalam mobil

Aku berlari-lari kecil menuju mobil deku dan fumio.

" Go!" Teriak fumio, saat deku menjalankan mobilnya.

" Coba kamu bilang, aku menyukaimu Aiko" kata fumio, memberiku latihan.

" A...a...aku...me...me...me-"

" Cukup Eri, menyatakan perasaan saja kamu tidak bisa, bagaiman bisa kamu bilang ingin berusaha kembali dengan Aiko" jelas Fumio.

" Huuuft... berusahalah" kata fumio.

Tanpa terasa, kami sudah sampai di taman bermain.

"Bukankah sekarang sedang ada festival kembang api" jelas fumio.

" Apa kita akan menginap?" Tanya deku.

" Bagaimana denganku?" Tanyaku.

" Jalan-jalan saja dulu, nanti kita akan bertemu di sini lagi" jelas deku.

" Baiklah" jawabku.

Dan akhirnya kami berpisah.

" Suasana yang bagus?" Batinku.

" Aiko aku menyukaimu" batinku.

" Kenapa sangat mudah mengatakannya di dalam hati?" Batinku.

BUK!

" Oh, maaf-maaf" kataku ketika menabrak seseorang.

" Oh tidak apa-apa, aku yang salah, karena terlalu fokus mencari anak ku ,aku jadi tidak memperhatikan jalan" jelas wanita cantik itu.

" Ooh baiklah"

" Ada yang bisa saya bantu? Sepertinya anda kesusahan, mungkin saya bisa bantu, sebagai permintaan maaf saya" jelasku.

" Oh terimakasih" jawab wanita cantik itu.

" Anakku sepertinya kesasar" kata wanita itu, sambil melihat sekitarnya.

" Seperti apa dia, akan saya bantu mencarinya" jawabku.

" Oh...tingginya sepertinya....sepadan denganmu..."

" Aiko juga tingginya hampir sama denganku" batinku.

" Rambut pirang bermata abu-abu" jelas wanita itu.

" Aiko ju-"

" Heh? Bukankah itu ciri-ciri Aiko?" Batinku

" Oh aku lupa memperkenalkan namaku, namaku Azumi Chuya" jelas wanita itu.

" Seperti dugaanku" batinku.

" Mommy!!!" Teriak seseorang yang suaranya tak asing di telingaku.

" Mo-"

" Aiko, aku mencarimu kemana-mana, dari mana saja kamu?"

" Ai-"

" Hm?"

" Apa kamu mengenal anakku?" Tanya wanita itu.

" Oh saya Ayano Eri" kataku perkenalkan diri.

" Oh~"

" Mommy rasa, harus pergi sekarang" jawab wanita itu kepada Aiko.

" Ma...mau naik itu?" Tanyaku sambil menunjukkan permainan yang berbentuk Roda raksasa.

" Hm" jawabnya singkat.

( Di dalam bianglala)

Waktu menunjukkan senja akan tiba, aku dan Aiko berada di dalam bianglala, dan hanya keheningan diantara kita berdua.

" Aiko...bisakah kamu bicara padaku?" Batinku.

Tepat diarah jam 12, senja yang begitu indah terlihat.

" Indah..." Gumam Aiko.

" Suara yang aku rindukan" kataku tanpa sadar, ketika melihat matahari yang memancarkan cahaya orange nya.

" A... Aiko" panggilku dengan perasaan gugup.

" Ada apa?" Tanya Aiko

" A...aku-"

" Kenapa?" Tanya Aiko.

"Eh?"

" Kenapa kamu bisa bertemu dengan ibuku?" Tanya Aiko.

" Aku tidak sengaja menabraknya dan-"

" Aku hanya ingin tahu itu, tidak lebih " kata Aiko.

" Ini membosankan, aku akan turun" kata Aiko.

" Apa kamu tahu, betapa sakitnya hatiku saat kamu berkata seperti itu?" Batinku.

Aku hanya meremas kedua tanganku, ingin sekali aku memeluknya dan berkata " aku ingin hubungan kita kembali".

" Ada apa?" Tanya Aiko, dengan nada suara yang datar dan dingin.

" A...aku..."

" Berhentilah Ayano" kata Aiko.

" A... Ayano?" Tanyaku.

"Kenapa?" Tanya Aiko.

" Ti...tidak apa-apa" jawabku.

" Baiklah, aku pergi..." Kata Aiko, dan beranjak pergi, saat kami sampai dibawah.

" Sejauh apa jarak yang ingin kamu buat Aiko?" Batinku

" Dengan jarak seperti ini saja sudah membuatku merasa sakit" batinku.

Tiba-tiba....

"Ooooh ada es yang berhasil dicairkan~" kata fumio tiba-tiba di belakangku.

" Ayo pulang" ajakku sambil tersenyum kepada fumio dan deku

" Kita akan menginap Eri agar bisa melihat Festival kembang api, sebelum itu ayo kita minum-minum" jelas fumio.

" Tapi aku tidak ta-"

" Aku akan mengajarimu" jelas fumio, sambil menarik tanganku.