webnovel

First Kiss

'First kiss adalah aset utama dalam sebuah kisah cinta. Diberikan untuk yang spesial dan cinta pertama.'

"Chano Walandra."

Luna mendapatkan sebuah sobekan kertas yang terselip dari buku yang dia dapatkan tergeletak di dalam di dalam gudang ketika ingin menyelamatkan kucing yang terselip.

"Chano Walandra. Ini seperti tak asing, Walandra. Jangan-jangan orang yang menuliskan kata-kata ini adalah dari keluarga kak Liam. Liam Walandra, yah... jangan-jangan benar Kak Liam ada hubungannya dengan pemuda yang bernama Chano Walandra ini. Oh… Kak Chan.

Luna meletakkan kucing yang berada dalam pelukannya ke lantai lalu berlari mencari Chan, dia berlari menuruni tangga dengan mata yang mencari-cari di setiap sudut sekolah. Karena tidak menemukannya dia kembali menaiki tangga menuju ke atap sekolah tempat dimana sebelumnya dia bertemu dengan Chan. Suaranya memanggil-manggil nama pemuda tersebut, ketika dia memutar tubuhnya dengan mata yang menjelajah akhirnya dia menemukan sosok yang dia cari berdiri di tepi atap paling sudut. Pemuda tersebut berdiri membelakangi tubuhnya, dia kembali memanggilnya membuat Chan menoleh kebelakang tersenyum ke arahnya.

"Chano Walandra."

Senyuman Chan langsung luntur menjadi datar, gadis itu tersenyum kepadanya tetapi dia malah menatapnya tanpa ekspresi membuat senyuman perempuan yang berada di hadapannya ikut menghapus senyuman itu perlahan tapi pasti. Luna menunjukkan sobekan kertas tersebut, dia menyebut nama Chano Walandra.

"Sesuai kontrak kita. Aku sudah menyetujuinya dan sekarang aku ingin bertanya sesuatu jadi kakak harus menjawabnya jujur."

Chan meneguk ludah sendiri, dia mengeluarkan ekspresi wajah sedikit cemas.

"Kakak kenapa?"

Chen menggeleng, dia kembali tersenyum dan membalikkan tubuh menatap keindahan sekolah dari atap . Dia tidak peduli ketika bel masuk berbunyi, sebuah kebingungan bagi Luna untuk menetapkan pilihan apakah dia akan lanjut bertanya atau menuruni tangga menuju kelasnya.

"Tunggu aku di halte nanti setelah pulang. Ada yang harus kakak jelaskan kepadaku."

"Apa dia mengetahui segalanya. Gadis itu memang aneh."

***

"Cara membagi itu mudah, kamu tidak perlu berputar lama-lama."

Yona mengajarkan Luna trik pembagian dengan angka banyak, gadis introvert yang menjadikan kamarnya sebagai istana itu tidak memiliki bakat besar dalam matematika.

"Bagaimana bisa ikut olimpiade jika begini. Mendingan kamu ke rumahku saja untuk belajar karena kak Saka juga pandai matematika, jika tidak aku yang akan ke rumahmu sekaligus main karena kamu masih belum mengajakku ke sana. Janjimu saja kamu lupakan untuk mengaakku ke rumahmu makan malam saat itu."

"Aku tidak jadi mengajakmu ke rumah ya. Maaf aku lupa."

"Selain suka bolos kamu juga suka bohong."

"Maaf. Aku benar-benar lupa. Kalau begitu kamu datang malam ini."

"Oke. Kalau aku ajak kak Saka boleh tidak?"

"Em."

Luna terpaksa mengiyakan perkataan teamnnya itu, padahal dia sedikit risih dengan kehadiran Saka yang membuat dia peka bahwa guru bahasa Inggris tersebut menyukainya.

Ketika guru botak, guru matematika mengajar Chan memainkan jari-jemarinya membentuk kupu-kupu di jendela. Sebelum menyadari siapa pemilik tangan tersebut dia kebingungan, tetpai setelah mengetahuinya dia tersenyum. Luna tidak fokus lagi belajar, dia sampai ditegur beberapa kali oleh guru matematika itu yang bernama Molan.

"Kalau kamu kerjannya cuma bengong lebih baik keluar."

"Maaf. Pak."

Luna selalu menjadi sasaran marah oleh Molan, Yona sampai menahan tawa ketika dia ingat temannya itu sering melakukan kesalahan di pelajaran guru matematika yang di takuti oleh semua oarang.

"Kamu ketawa. Kalian berdua sama saja, kalau begitu sekarang berjemur di lapangan sekolah!"

Yona mulai takut, tetapi Luna tidak. Dia tersenyum ringan, dia berdiri dan keluar setelah Molan menyuruhnya sekali.

Yona menawar kepada Molan, dia meminta agar dirinya dihukum besok saja. Bukannya tidak setia kawan Tetapi dia saat ini sedang datang bulan dan pinggangnya terasa sakit.

"Sebenarnya saya sudah datang bulan Pak. Ganti aja deh harinya, jika tidak saya akan berikan Bapak obat penumbuh rambut agar Bapak tidak seperti Upin Ipin."

"Kurang ajar kamu. nanti kalau bapak aduin kepada kakak mau bagaimana? Baiklah bapak tidak akan menyuruhmu untuk berjemur tetapi bersihkan toilet sekarang juga sampai mata pelajaran bersama Bapak selesai."

"Yaelah, Pak. kalau begitu mah sama saja. Mendingan berjemur daripada membersihkan toilet yang penuh dengan kotoran anak-anak Pak ."

"Jangan mengoceh lagi. Sekarang pergi ke toilet dan awas kalau Bapak melihat kamu sampai di halaman."

"Iya, Pak."

Luna excited ke lapangan, ternyata Liam juga sedang dihukum karena untuk pertama kalinya dia terlambat masuk ke kelas. Mereka berdua berdiri hormat ke arah tiang bendera, maksud yang ingin bertemu Chan malah mempertemukannya dengan Liam.

"Kata kak Chan jangan terlalu pecicilan, aku harus terlihat sedikit misterius dan dingin," gumam Luna.

"Apa yang kau katakan."

"Tidak ada."

Mereka berdua berdiri dengan suasana canggung karena first kiss yang diberikan oleh Luna.

"Masalah tadi, jangan katakan kepada siapa pun."

"Yang mana."

Luna lupa dengan apa yang dia lakukan, sejenak dia diam tetapi setelah melihat Liam memegang bibirnya baru dia ingat membuat dia juga malu.

"Itu first kiss gue. Lo sudah merebutnya."

Luna merasa bersalah, dia menyatukan tangannya meminta maaf.

"Maaf. Itu juga first kiss ku. Aku sunggu meminta maaf, Kak."

Luna terdiam, dia ingat dengan surat kontrak mereka. Dia tersenyum karena terlintas sebuah ide di benaknya untuk mempermudah jalan kontraknya.

"Sambil menyelam sambil minum air."

Luna berkata dalam hatinya.

"Bagaimana kalau sebagai hukumannya aku akan menuruti semua perintah kakak. Misalnya aku... mengajarkan kakak bahasa atau aku bisa membantu kakak menjaga Mama kakak."

Liam menjatuhkan tangannya yang tadi hormat, dia menatap Luna tajam. Gadis itu sampai meneguk luda sendiri melihat ekspresi Liam.

"Dari mana kamu mengetahui kalau Mamaku sedang sakit."

"Aku... aku mendengarnya dari Yona."

Luna terpaksa berohong karena dia sudah berjanji kepada Chan, dia kembali hormat ke tiang bendera. Dia tidak ingin memperpanjang masalah, sekaligus dia tidak akan memaksanya.

"Oke. Mulai hari ini kamu harus menjaga Mamaku. Kamu juga harus...."

***

Tas dilempar ke arah Luna oleh Liam setelah dia melihat gadis itu berdiri di gerbang sekolah. Dia menghampiri motornya, dia sengaja mengerjai Luna karena dai merasa gadis itu akan jera dengan perlakuannya. Dia menyuruh Luna untuk datang ke rumahnya dengan membawa tas tersebut.

"Paling lama 20 menit udah sampai di rumah."

Liam mengendarai motornya dengan diikuti oleh dua motor lainnya. Luna terlihat kesal, tetapi dia menyukai itu. Dia memeluk tas tersebut, ketika dia baru sadar ada geng AngelES. Dia berlari bersembunyi dibalik gerobak tukang cilok, dia mengajak si tukang cilok untuk diam. Ketika dia diam bersembunyi seseorang menutup mulutnya dan menariknya ke belakang sebuah pohon besar yang ada tidak jauh dari gerbang.

Siapakah yang menutup mulutnya?