webnovel

24

Malam terasa hening ketika seseorang masuk kedalam tenda, bayangan kilat dari pedang yang dibawa nya terlihat ketika tertimpa cahaya lilin. Seseorang itu mendekat kearah ranjang dimana target nya tertidur dengan lelap dibalik selimut.

Ketika jarak kian dekat orang itu tersenyum bengis, menusuk kan pedangnya kearah buntalan itu. Terdengar pekikan tertahan ketika dia terus menerus menusuk tubuh itu dari luar selimut nya.

Saat dia merasa puas, dia membuka selimut itu perlahan sedikit merasa heran mengapa sang putri yang terkenal dimedan perang sangat mudah untuk dibunuh. Tetapi siapa sangka jika orang yang dibalik selimut itu bukanlah sang putri yang diincar tetapi rekan nya sendiri.

"Apa-apaan!"

Dia sudah menyamar menjadi prajurit sampaikan saat ini dia merasa jika penyamaran nya sudah sangat baik dan sempurna. Bagimana bisa rencana nya telah diketahui oleh pihak lawan secepat ini?.

"Sudah?" Orang berpakaian hitam datang dengan sikap bosan. "Aku tahu kau terkejut tapi aku harus menyelesaikan ini dengan cepat, sebelum tuanku sendiri yang membereskanmu." Tanpa sepatah kata lagi pria itu memenggal kepala nya.

Prajurit bayangan itu merasa lelah melihat kekacauan dihadapannya. Ia harus membereskan semua ini sebelum fajar tiba dan membuat kegaduhan dan kesulitan lain untuk tuan nya.

"Selesaikan dengan cepat, setelahnya kau bisa bersantai sejenak." Senandung nya.

***

Ditempat lain Zhen memperhatikan Lihua yang tidur diatas ranjang nya, sebelum nya ia menyadari jika seseorang menyamar dalam rombongan mereka. Lalu tanpa memberitahu siapapun Zhen memindahkan Lihua ke tenda nya.

Menjaga gadis yang tidak terbangun meski digendongnya.

Tangan Lihua keluar dari selimut mencari-cari dan ketika menemukan tangan nya, gadis itu menjadikan nya bantal. Tidurnya berubah menjadi nyenyak dan damai, seolah-olah menemukan ketenangan.

Gadis ini, bagimana bisa dia berpikir untuk pergi disaat dia sendiri yang telah menarik Zhen kedalam jeratan nya?.

Gadis unik dengan seribu tingkah aneh. Selalu terlihat berusaha mendorong nya menjauh tetapi selalu sedih jika menatapnya.

Zhen memperbaiki posisi tidur Lihua agar menyediakan tempat disebelahnya untuk tidur. Zhen berbaring miring disebelah Lihua, yang mengejutkan adalah saat Lihua mendekat dan meringkuk dalam pelukan nya.

Zhen menenggelamkan wajah nya pada rambut yang beraroma manis itu, besok pagi ia harus membiasakan telinga nya mendengar teriakannya Lijuan.

•••

Suara teriakan memenuhi telinga Lihua. Astaga mata nya masih terasa berat seperti di lem super. Ia jarang sekali bisa tidur nyenyak seperti ini tapi mengapa mereka berisik sekali seperti monyet Amazon di pagi buta?.

Lihua mengerjapkan mata nya, memaksa mereka untuk terbuka dan melihat pertengkaran sepihak yang dibuat oleh dua orang dihadapannya.

Lijuan tengah memarahi pangeran Zhen yang hanya duduk diam sambil mengelap pedang nya tidak peduli. Sedangkan yang memarahi wajah nya sudah sangat merah seperti bebek Peking.

Lihua menjatuhkan kepala nya lagi keatas bantal, menguap lebar. Melihat sekitar nya yang, berbeda?.

Kenapa ia tidak berada di tenda nya?

Apa Lihua berjalan sambil tidur dan terdampar disini?

Ah~ sekarang Lihua mengerti sebab mengapa pangeran Lijuan bertingkah seperti bebek galak. "Pagi kakak?" Sapa Lihua.

Lijuan mengalihkan pandang nya pada Lihua yang tersenyum padanya. Apa-apaan itu?!

Memeriksa keadaan Lihua secara teliti, saat mendapati jika adik nya masih sepolos sebelumnya Lijuan mendesah lega.

"Lihua, Ingat kata-kata kakak! Jangan pernah mau berdekatan dengan serigala liar." Lijuan mengabaikan tatapan tajam Zhen yang terasa membakar punggung nya.

"Aku tidak suka serigala," sahut Lihua masih mengumpulkan nyawa, jadi daya pikir nya masih sangat lambat.

"Bagus kalau kau tidak suka."

....

Mereka kembali melakukan perjalanan pulang. Lihua bahkan tidak diizinkan Zhen untuk kembali ke tenda nya. Perjalanan itu menghabiskan setengah hari hingga mereka sampai di kota, kerajaan Yongheng.

kekaisaran yang dipimpin oleh ayahanda Lihua, kaisar Baozhai. Seorang kaisar yang cukup setia pada mendiang permaisuri dibandingkan para abdinya nya yang memiliki puluhan selir. Tetaa tapi rasa cinta nya pada mendiang istri nya membutakan kedua mata nya pada keberadaan putri kecil yang lahir setelah menjadi penyebab dari kematian permaisuri. Sebenarnya jika pengobatan telah lebih moderen seperti yang ada di masa depan, mungkin saja pendarahan permaisuri dapat dihentikan dan selamat.

"Aku ingin berkeliling sebentar sebelum kembali." Lihua menunjuk para pedagang yang menarik perhatian nya suasana hati nya tiba-tiba saja menjadi sangat buruk, ia perlu jalan-jalan untuk menjernihkan isi kepala nya.

Lijuan yang mendengarnya menggerenyit. "Kita harus segera pulang, ayahanda sudah menunggu."

Wajah Lihua makin cemberut. "Uban ayah tidak akan bertambah hanya karena aku jalan-jalan kan?"

"Kau bahkan sudah memotong setengah umur nya setelah kau ikut dalam perang."

"Tidakkah itu terdengar berlebihan?"

"Kau tidak sadar diri ya?"

Ingatan tentang kehidupan nya yang lain dimana Lihua benar-benar bersikap malas dan liar, menyebalkan, serta seenaknya. Ibu nya saja sudah menyerah padanya bagimana dengan kaisar?

"Benar, dia akan segera gila karna memiliki putri sepertiku." Lihua mengiyakan. Tetapi Lihua yang keras kepala memaksa kusir untuk menghentikan kereta, lalu segera lompat dari sana dan kabur.

Lihua masuk kedalam kerumunan orang, meninggalkan rombongan prajurit yang kelabakan mengejar nya. Tubuh Lihua yang mungil tertutupi oleh tubuh-tubuh besar di sekitar nya. Ia tertawa membayangkan seberapa besar kemarahan pangeran Lijuan, dan seberapa parah sakit kepala yang di derita oleh kaisar baozhai.

Ayolah ini adalah balasan untuk mereka yang dengan sengaja membuang nya ke tempat berbahaya itu. Langkah nya membawa ke bangunan tua. Disekitar bangunan itu terlihat sangat sepi, tetapi ia melangkah masuk melewati celah dari pintu yang setengah hancur meski telah ditutup papan.

Aroma lembab dan debu langsung menyambut Lihua. Tempat ini hanyalah bangunan kosong yang ditinggalkan setelah mengalami kebakaran beberapa tahun silam. Biaya perbaikan yang lebih mahal dari bangunan baru membuat tempat ini ditinggalkan begitu saja.

banyak gosip yang mengatakan kalau tempat ini berhantu. Mungkin karna itulah tempat ini dihindari banyak orang. Lihua masuk makin kedalam melengkahi kayu-kayu yang tergeletak di lantai.

Suasana yang tamaram membuat nya dapat melihat cahaya dari balik celah-celah kayu yang menutupi jendela. Sebuah papan kayu menghalangi pintu, membuat Lihua harus menarik nya lebih dulu.

Dengan sedikit tenaga akhirnya kayu rapuh itu lepas dan memudahkan tubuh Lihua untuk masuk kedalam. Semburat cahaya putih menyilaukan membanjiri pengelihatan Lihua. Pemandangan bunga lavender dibelakang bangunan inilah yang membuat Lihua datang kemari.

Jangan tanya mengapa Lihua tahu tempat ini karna ialah penulis nya. Semua tempat, watak dan alur sangat dihafalnya. Kecuali tragedi di akhir cerita Lihua berusaha melupakan nya, bahkan kalau bisa ia ingin hilang ingatan saja.

Lihua melangkah ke tengah-tengah padang, menjatuhkan dirinya diantara bunga lavender. Di jaman ini nyamuk sangat banyak dan belum ada obat nyamuk. Pengetahuan nya di dunia adalah lavender mengandung sesuatu yang dapat mengusir nyamuk. Jadilah Lihua memilih untuk rebahan disana sebelum menghadapi pahit nya kehidupan istana. Sekali-kali Lihua juga ingin bersantai dari kerewelan mereka semua.

"Jika dipikir-pikir lagi, sebenarnya aku rugi banyak berada disini." Lihua menghitung menggunakan jemarinya. "Pertama aku kehilangan berat badan, kedua aku kehilangan coklat. ketiga tak ada lagi yang menanyaiku kelanjutan cerita."

"Bagaimana kabar pembacaku yang selalu berkomentar, next. Lanjut. Semangat kakak!." Gumam Lihua melihat kearah langit.

Kedua mata Lihua berubah nanar, "apa aku mulai jenuh disini? Kenapa rasanya tidak menyenangkan?" Lihua menyentuh dada nya yang terasa kosong. Perasaan sendirian yang membuat nya kesal.

***

"Setelah kabur, kenapa kau malah marah-marah sendiri disini?" Seseorang datang dan duduk disebelah Lihua, mengabaikan ekspresi kaget bercampur aneh dari Lihua.

"Zhen?"

"Hm?"

Lihua bangkit menarik jubah luar pangeran Zhen pelan. "Kenapa kau tahu aku disini?"

"..."

Tidak mendapatkan sahutan Lihua memilih diam, ia malah bersandar pada pundak Zhen. Jika saja ada ponsel pasti Lihua sudah sibuk mengabadikan dan mencatat momen ini untuk dijadikan referensi cerita terbaru. Tapi karna tidak ada, maka Lihua hanya akan menikmati momen yang hanya dirasakannya di dunia ini. Terlalu romantis untuk jadi kenyataan di dunia nyata.

"Kau memang selalu bersikap dingin ya? Tapi itulah yang menjadi daya tarik mu." Gumam Lihua sambil memainkan batang bunga lavender. "Jangan sering-sering seperti itu, atau wanita akan lari karna ketakutan padamu."

"Kau harus mendengar kata-kataku ini Zhen, nanti saat kau akan menikah carilah wanita yang benar-benar polos dan cantik." Lihua berkata tulus, ia terlalu sadar jika dalam alur cerita ini mereka tidak bisa bersama, seberapa besarpun Lihua mencintai takdir mereka bukan untuk bersama. Itulah yang Lihua sadari dari makna mimpi nya.

"Lalu carilah beberapa selir untukmu. Mereka akan membuat hidupmu ramai karna memperebutkanmu." Kata Lihua tertawa kecil saat membayangkan permai nya, "setelah itu aku juga akan menikah dan keluar dari istana."

"Akan kulakukan jika memang kau menginginkan nya." Zhen berdiri lalu menarik Lihua bangkit tanpa menoleh kearah nya sama sekali. "Ayo kita pulang."

Creation is hard, cheer me up!

quinmelodycreators' thoughts