webnovel

16

Perjalanan menuju kota wilayah Wuhu memakan waktu sampai 3 hari, dan sekarang mereka baru sampai di desa kecil untuk beristirahat. Lihua merenggangkan tubuhnya karena terlalu lama berada di dalam kereta kuda. Lihua merentangkan tangan nya lebar ketika udara dingin berhembus kearahnya.

Musim gugur membuat dedaunan melayang-layang mengikuti hembusan angin, memutari Lihua yang menatap kearah langit. Suasana yang begitu tenang dan damai, berbeda dengan kebisingan yang biasa ada di istana. walaupun kebisingan itu terjadi karena perdebatan nya dengan Lijuan yang selalu berselisih paham.

Dibawah pohon tua Lihua berdiri diam, meski pikirannya berkelana entah kemana. Sekarang apa tujuan nya berada di disini? Pertunangan nya dengan Pangeran Zhen telah dibatalkan. Masalahnya dengan Pangeran Guangxi masih mengambang, terbukti dari ketenangan dari pihak nya yang belum melancarkan tipu muslihat apapun.

Lihua membuka matanya ketika mendengar suara tawa seseorang, menemukan seorang gadis kecil tengah bersembunyi dibalik pohon. Tersenyum kearahnya dengan banyak bunga anggrek di dalam pelukan nya.

"Ibu kenapa baru kembali?" Tanya gadis kecil itu menatap nya dengan bola mata berbinar. "Aku sudah lama menunggumu bersama Ayah." Lalu gadis kecil itu menunjuk kearah seorang pria yang berdiri tak jauh dari mereka. Lihua mengenali siluet itu, Pangeran Guangxi.

"Yufei?" Gumam Lihua sembari mengulurkan tangan nya berusaha untuk menyentuh sosok kecil yang merupakan putrinya. Tapi Hembusan angin memudarkan ilusi itu membuat Lihua berjongkok dengan tubuh gemetar.

Apa arti dari semua ilusi itu?

Akankah semua kembali ke titik awal?

Ia akan kembali mati dengan cara yang sama seperti bagian akhir ceritanya?

Tidak, dirinya adalah Lihua terlepas ia terikat dengan jalan cerita novel nya, Lihua adalah gadis bebas yang tidak akan tunduk pada apapun yang menekan nya. Termasuk alur cerita yang menyengsarakan itu.

***

Pada tengah malam akhirnya mereka sampai di kota Wuhu, Lihua disambut oleh Jenderal yang bertugas disana. Jenderal Do.

Jenderal Do membawa Lihua ke sebuah perkemahan yang kebanyakan di isi oleh perjurit pria. Lihua tinggal di kemah utama yang paling besar dan dikelilingi oleh tenda pasukan prajurit yang dimaksudkan untuk menjaganya.

Awalnya Jendral Do tidak menyetujui keinginan Kaisar untuk mengasingkan Putri nya di wilayah rawan yang sedang gencar-gencar nya berperang. Namun karena Kaisar yang keras kepala dan sulit dibantah maka Jendral Do hanya bisa mengiyakan.

"Lihua akan menguntungkan disana." Kata Kaisar dalam surat nya, entah apa maksudnya.

Menjaga seorang Putri cengeng yang mungkin akan berteriak ketakutan saat melihat pedang tidak termasuk dalam keuntungan dimata Jendral Do. Membayangkan setiap waktu mendengar teriakan dari tuan putri karena melihat serangga saja sudah sangat melelahkan untuk nya.

Tapi kenyataan yang terjadi benar-benar berbeda dengan prediksi awal, baru sampai di perkemahan Lihua sudah sibuk mengamati pedang-pedang yang diatur sejajar sebelum diasah. Dan dengan mudah nya Lihua mengangkat sebuah pedang dan mengayunkan nya kearah sebatang pohon hingga tertancap dalam.

"Aku suka disini." Kata Lihua saat itu. Tanpa peduli dengan tatapan para prajurit yang menganga melihat nya.

***

Disisi lain..

Sehari setelah keberangkatan Lihua, balai istana dibuat ribut dengan pangeran Zhen yang tiba-tiba menggebrak meja dihadapannya.

Mendengar jika Lihua dikirim kewilayah Wuhu hanya untuk diasingkan membuat sisi lain nya terbangun. "Kenapa kalian mengirim Lihua ke daerah perang? Lihua hanya seorang gadis, dia bisa menjadi incaran musuh!"

Pangeran Lijuan mengurut kening nya yang pening, ia sudah menduga jika hal ini akan terjadi. Pangeran Zhen akan mengamuk saat mengetahui jika istri nya, ralat. Mantan tunangan nya dikirim ke daerah perang.

"Tenanglah Zhen kau tahu Lihua tidak selemah yang kau kira." Kata Lijuan berusaha menenangkan emosi sahabat nya.

Bukan nya mereda Zhen makin barang, ia menarik kerah hanfu Lijuan. "Bagaimana pun Lihua adalah seorang gadis. Banyak gadis disana yang tertangkap dan dijadikan gundik oleh prajurit musuh." Dua kalimat itu mampu membuat Lijuan membisu. "Pikirkan itu sebelum kau mengirim adik kandung mu ketempat sialan itu!"

Kaisar Dozai yang baru datang melihat pertengkaran itu, ia mengibaskan kipas nya. "Kenapa kau begitu menghawatirkan Lihua, dia bukan siapa-siapa dan tidak berarti untukmu."

Mendengar itu Zhen melepaskan kearah Pangeran Lijuan, menatap Kaisar Dozai dingin. "Sama seperti anda yang masih mencintai mendiang Permaisuri, sebesar itu arti Lihua untuk ku atau mungkin lebih dari itu."

***

Kali ini Jendral Do berakhir dibuat terkejut karena Lihua yang mengatur strategi perang. Strategi cemerlang yang bahkan sebelum nya tidak terpikirkan oleh nya. Gadis itu entah sejak kapan telah berada di dalam tenda dan mendengarkan strategi mereka, mereka baru sadar dengan keberadaan nya saat Lihua menguap dengan bosan.

"Aku tidak tahu jika kemampuan putri dari Kaisar Dozai seperti ini." Pantas saja kaisar Dozai mengatakan jika ia akan diuntungkan dengan keberadaan Lihua. Jendral Do tidak ingin mengakui ini tetapi pada kenyataan jika rencana Lihua itu licik dan terorganisir, makin mendekatkan mereka dengan keuntungan.

Jika diperhatikan lagi, meski cantik aura disekitar Lihua agak lebih gelap. Membuat gadis itu berada didalam kemisteriusan dan kengerian yang makin membuat terlihat memikat. Lihua tidak ragu mengatakan rencana kotor, bahkan menganggap jika nyawa manusia lain tidak lebih penting dibandingkan kenyamanan hidup nya.

Semakin banyak yang mati, semakin bagus, karena dengan begitu semakin sedikit energi yang diperlukan untuk penyerangan lanjutan. Itu kata Lihua.

Dengan kata lain, Lihua merencanakan pembantaian masal.

Yah, dirinya agak terkejut dengan sikap sadis yang seharusnya tidak dimiliki oleh seorang gadis, terlebih Lihua adalah seorang putri dari garis keturunan sah. Baru beberapa jam pertemuan mereka, ketidaksukaan Jendral Do sedikit berubah menjadi rasa tertarik.

Lihua menyadari benar tatapan yang terarah pada nya, ia membalas tatapan itu dengan datar. "kau memiliki sesuatu untuk dikatakan?" tanya Lihua menunggu pria menyebalkan ini untuk berbicara.

"kudengar kau lajang sekarang."

"maaf?" Lihua sama sekali tidak menyangka kalimat itu akan ditanyakan pada saat seperti ini. benar dugaan Lihua jika kebanyakan pria tampan memiliki pemikiran yang tidak masuk akal dan cendrung gila.

Jendral Do menyadari itu, tetapi ia masih ingin mengusik ketenangan gadis ini sampai batas nya. "bukankah kau diasingkan kemari setelah memutuskan pertunanganmu, jadi apakah aku boleh mengirimkan surat lamaran? kau membuatku jatuh cinta pada keangkuhanmu." kata nya dengan main-main.

"Tentu saja kau boleh, tapi sebelum itu biarkan aku mengeluarkan isi kepalamu yang tampak nya bermasalah itu."

orang-orang yang menonton itu merasa jika dua orang ini disatukan maka hanya akan melahirkan sebuah kegilaan, tidak akan ada yang nama nya ketenangan dalam rumah tangga mereka. yang ada hanyalah makian saling bersahut dan saling bunuh dengan wajah tersenyum.