webnovel

5. Kebencian Elena

Elena berada di sekolahnya. Dirinya diantar oleh kakak kesayangannya yaitu Razig. Jadi sekarang ini bertambah kakak kesayangan Elena setelah Andry dan Ghina.

Elena melangkah menyusuri koridor sekolahnya untuk menuju kelasnya. Elena sekelas dengan ketujuh sahabatnya, termasuk sianak angkat tersebut.

Sebelum Elena ke kelas, Elena sudah terlebih dahulu menemui kepala sekolahnya untuk membahas sesuatu.

FLASBACK ON

Elena melangkah menuju ruang kepala sekolah. Kepala sekolahnya itu tak lain adalah Pamannya sendiri yaitu Damar William. Bahkan sekolah itu juga miliknya. Sekolah elit dan mewah serta terkenal di Jerman.

TOK

TOK

TOK

"Ya, masuk."

CKLEK

Pintu di buka dan Elena pun langsung melangkah masuk kedalam ruangan tersebut.

"Maaf Paman kalau aku ganggu."

Damar mengalihkan pandangannya melihat kearah Elena. Dan dapat dilihat olehnya, keponakan manisnya itu telah duduk di sofa.

Damar langsung berdiri dari duduknya dan menghampiri keponakannya itu, lalu duduk di sampingnya.

"Ada apa, hum?" tanya Damar sambil mengelus lembut rambut Elena

"Hm. Begini Paman. Mulai sekarang rubah namaku menjadi Elena Drea William. Aku sudah tidak sudi memakai marga sialan itu lagi." Elena benar-benar sangat membenci mantan keluarganya itu.

"Baiklah. Paman akan rubah namamu. Begitu juga nanti saat di dalam Daftar Absen kelas yang dipegang oleh guru-guru yang mengajar di kelasmu nanti"

"Terima kasih, Paman."

"Ada lagi?"

"Hm. Tidak. Untuk saat ini hanya itu saja. Ya, sudah. Kalau begitu aku pamit ke kelas Paman!"

"Iya. Belajar yang pintar."

"Siap."

Damar tersenyum bahagia mendengar jawaban dari Elena.

FLASBACK OFF

Elena sudah berada di kelasnya. Dan duduk tenang di kursinya ditemani oleh ketujuh sahabatnya. Sedari tadi Elena banyak diam dan hal itu sukses membuat ketujuh sahabatnya khawatir.

Sementara sianak angkat beserta antek-anteknya berada di rooftop sekolah.

"Elen. Ada apa? Apa ada sesuatu yang sedang kau pikirkan?" tanya Davian.

Elena menatap satu persatu wajah ketujuh sahabatnya itu.

"Katakan padaku apa yang terjadi saat aku tertembak demi melindungi kakak Andry. Apa penyebab kakak Andry meninggal dan kak Ghina koma?"

FLASBACK ON

Elena yang berdiri tak jauh dari Andry langsung menyadari bahwa sang kakak dalam bahaya. Saat orang itu ingin menembakkan peluru kearah Andry, Elena langsung berlari dan mendorong tubuh Andry.

Dor

Dor

Brukk

Tubuh Elena ambruk ke tanah dan langsung tak sadarkan diri.

"Elen/Elena!" teriak Andry, Ghina dan yang lainnya.

"Hiks.. Elen," isak Andry dan Ghina.

PUK

PUK

Andry menepuk-nepuk pelan pipi Elena. Dirinya berharap adik perempuannya membuka kedua matanya.

"Elena, kakak mohon bertahanlah. Davian dan kalian semua. Bawa Elen ke rumah sakit. Pastikan Elen baik-baik saja. Sekarang!" teriak Andry.

Fiona, Adora, Dita, Sandy, Davian, Melvin dan Naufal membawa Elena ke rumah sakit.

Dan kini tinggallah Andry, Ghina bersama Colin ketua dari kelompok mafia THE CRIPS dan Steven selaku ketua kelompok mafia THE BLOODS beserta pasukannya.

FLASBACK OFF

"Maaf, Elen. Hanya itu yang kita tahu," ucap Fiona.

"Saat kau tertembak untuk melindungi kakak Andry. Justru kakak Andry menyuruh kami membawamu ke rumah sakit!" ucap Davian.

"Jadi yang ada disana hanya kakak Andry, kak Ghina, kak Colin dan kakak Steven beserta pasukan mereka," ucap Sandy.

"Tapi kenyataannya setelah kejadian itu, kakak Andry dinyatakan meninggal dan kak Ghina koma," sela Melvin.

Elena yang mendengar penjelasan dari ketujuh sahabatnya semakin sedih. Air matanya berlomba-lomba keluar membasahi wajah cantiknya.

"Berarti kalian tahu dimana kakak Andry dimakamkan dan kak Ghina dirawat?" tanya Elena.

Mereka semua tidak menjawab pertanyaannya. Mereka bingung harus menjawab apa.

Elena menatap satu persatu wajah ketujuh sahabatnya itu dengan kening yang ditautkan.

"Kenapa? Apa yang terjadi?" tanya Elena.

"Maaf, Elen. Kami tidak tahu dimana kakak Andry dimakamkan dan kak Ghina dirawat," jawab Naufal.

"Apa maksudmu, Fal?" tanya Elena.

"Kami tidak diizinkan oleh anggota keluargamu untuk hadir di rumah duka," kata Dita.

"Saat kami datang kesana, kami semua diusir. Bahkan mereka juga menghina kami," kata Fiona.

"Apa mereka langsung mengusir kalian?" tanya Elena.

"Tidak. Tapi yang mengusir kami adalah seorang perempuan tua. Dia mengaku sebagai ibu dari Bibi Clarissa," kata Davian.

"Bahkan disana ada beberapa orang-orang berjaga, seperti sebuah kelompok. Dan aku melihat ada lambang tengkorak disisi kanan atas jacket yang mereka kenakan," kata Naufal.

"Brengsek!" marah Elena. "Davian, Naufal. Kalian cari tahu apa saja yang sudah dilakukan oleh perempuan tua itu selama ini."

"Baiklah." Davian dan Naufal langsung mengangguk.

"Lalu apa yang akan kita lakukan, jika kita sudah mengetahui tentang situa itu, Elen?" tanya Sandy.

"Kita akan mulai permainan secara diam-diam." Elena menjawab dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan.

"Jadi maksudmu. Kita akan melawan situa itu dengan cara menggagalkan semua rencananya?" tanya Melvin.

"Hm." Elena mengangguk. "Bukan itu saja. Dengan kita menggagalkan semua pekerjaannya, kita juga bisa mengumpulkan bukti-bukti tentang dia. Jadi semakin banyak dia melakukan pekerjaannya, maka semakin banyak bukti yang kita dapatkan. Jika sudah waktunya, barulah kita akan menyerangnya. Kita akan menghancurkan wanita tua itu dan juga seluruh anggota keluarganya," jawab Elena.

Tersirat amarah dan dendam dimatanya dan dalam dirinya. Dan hal itu dapat dirasakan dan dilihat oleh ketujuh sahabatnya itu.

Sama halnya dengan Davian dan Melvin. Mereka juga sangat dendam dengan keluarga Jecolyn karena telah memperlakukan buruk Elena.

Davian dan Melvin adalah keponakan dari Faris William dan Adila William. Leroy Melvin Ardian adalah keponakan dari Adila William, putra dari adik perempuannya.

Davian William adalah putra bungsu dari Andrean William, adik kedua Faris William.

Adila Fidelyo atau sekarang menjadi Adila William memiliki dua saudara. Adik pertamanya adalah Erland Fidelyo dan adik keduanya Belva Fidelyo yang sekarang menjadi Belva Ardian dan suaminya Arvind Ardian.

"Apa kau yakin, Elen?" tanya Dita

"Sangat yakin, Dita." Elena menjawab dengan penuh keyakinan

"Tapi bagaimana pun mereka kan."

Adora menghentikan perkataan saat melihat Elena menatap tak suka akan ucapannya tersebut. Lalu kejadian itu terlintas dipikirannya.

FLASBACK ON

"Papa, Mama. Percayalah! Aku tidak melakukan hal itu. Aku tidak mungkin menyakiti kakak Andry dan kak Ghina. Aku menyayangi mereka. Aku menyayangi semua kakak-kakakku," ucap Elena yang masih berusaha untuk meyakinkan kedua orang tuanya.

PLAK

"Aakkhhh," ringis Elena.

Clarissa menampar putri bungsunya. Dan menatap tajam wajah putri bungsunya itu.

"Kau telah menyakiti putraku Andry dan putriku Ghina. Dan sekarang kau berani memukul putri bungsuku, Naura Jecolyn. Mulai hari ini kau bukan lagi putriku. Aku benar-benar menyesal telah melahirkanmu. Jangan pernah menyebutku dengan sebutan Mama. Karena aku tidak sudi memiliki putri pembunuh sepertimu!" bentak Clarissa.

FLASBACK OFF

"Mereka bukan lagi keluargaku, melainkan musuhku. Setelah apa yang mereka lakukan padaku seminggu yang lalu mereka sudah tidak pantas lagi disebut sebagai keluarga. Mereka hanya sekumpulan sampah yang tidak berguna sama sekali," ucap Elena dingin dan datar.

Elena menatap satu persatu wajah ketujuh sahabatnya. "Bukan karena aku sudah mendapatkan keluarga baru. Sekali pun aku bukan bagian dari keluarga William. Sekali pun mereka tidak mengangkatku menjadi putri mereka, aku tetap tidak akan berhubungan lagi dengan para sampah itu. Aku bisa hidup sendiri karena aku punya segalanya." Elena sudah sangat membenci keluarga Jecolyn.

Ketujuh sahabatnya hanya bisa diam. Di dalam hati mereka membenarkan perkataan Elena. Elena memang memiliki segalanya. Elena memiliki sebuah Perusahaan, memiliki rumah mewah. Bahkan Perusahaan dan rumah mewahnya itu lebih besar dibandingkan milik keluarga Jecolyn. Elena juga memiliki beberapa kendaraan, baik mobil maupun motor. Semua kendaraan miliknya itu lebih mahal dibandingkan milik mantan keluarganya itu.

Baik Elena dan ketujuh sahabatnya, mereka memiliki rumah mewah masing-masing. Rumah itu mereka beli menggunakan uang mereka pribadi. Uang dari hasil kerja keras mereka selama ini. Fiona, Adora, Dita, Sandy, Davian, Melvin dan Naufal memiliki perusahaan yang sama besarnya dengan perusahaan milik Elena.