webnovel

4. Mirza Mulai Menyesal

Elena pun tersenyum saat melihat Ibunya terkejut. Baginya melihat ibunya terkejut, lalu kemudian ibunya mencubit hidung mancungnya, itu sudah sebuah candu baginya. Elena benar-benar sangat menyukainya.

Sedangkan yang lainnya tersenyum hangat saat melihat Elena tersenyum pada Adila.

"Kenapa putri Mama yang cantik ini menangis, hum? Mau cerita sama Mama?"

Elena langsung mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Aku merindukan kakak Andry dan kak Ghina. Sejak kejadian itu, aku belum bertemu mereka. Aku masih belum percaya jika kakak Andry meninggal dan kak Ghina koma." Elena kembali menangis saat mengingat kedua kakak kesayangannya.

"Lalu apa yang Elen inginkan sayang?" tanya Faris.

Elena melihat kearah Ayahnya. "Aku ingin ke makamnya kakak Andry dan ke rumah sakit tempat kak Ghina dirawat."

"Elen tidak perlu khawatir. Kakak akan mencari tahu dimana Andry dimakamkan dan di rumah sakit mana Ghina dirawat!" ucap Razig

Elena menatap wajah Razig. "Benarkah, kakak Razig?"

"Hm." Razig menganggukkan kepalanya.

"Terima kasih, kakak." Elena tersenyum hangat pada Razig.

"Ya, sudah. Ini sudah pukul 9 malam. Bukankah besok adalah hari pertama Elen masuk sekolah lagi setelah 1 bulan libur. Lebih baik Elen pergi tidur!" seru Keenan.

"Baiklah, kakak Keenan." Elena langsung berdiri dari duduknya

Saat Elena ingin melangkahkan kakinya, Elena melihat kearah Razig.

"Kakak Razig."

"Iya. Ada apa, hum?"

"Mau nggak besok hari pertama sekolah, kakak Razig yang mengantarku?"

Razig tersenyum tulus kearah Elena, "Dengan senang hati. Kakak tidak akan menolaknya."

Elena tersenyum lebar saat mendengar jawaban dari Razig.

"Oke. Kalau begitu aku ke kamar. Kalian juga jangan terlalu malam tidurnya."

"Oke, tuan putri!" seru mereka kompak.

Setelah itu, Elena pun pergi meninggalkan anggota keluarganya untuk menuju kamarnya di lantai dua.

Setelah kepergian Elena, mereka semua terdiam, lalu detik kemudian Adila pun berbicara.

"Aku merasa nyaman setiap aku berada didekat Elena, apalagi saat aku memeluknya dan membelainya!" seru Adila.

"Mungkin kau sudah sangat menyayanginya, sayang. Karena kau memang memiliki sifat penyayang sama siapa pun. Mama juga sangat menyayangi Elena. Dia anak yang baik. Mereka saja yang terlalu bodoh telah mencampakkan anak sebaik Elena demi anak angkat tidak tahu diri itu," sela Shelina.

"Tidak, Mama. Perasaan sayangku pada Elena melebihi rasa sayangku pada putriku sendiri. Saat aku menatap kedua manik matanya. Tatapan matanya itu mirip sekali dengan tatapan mata Clara, putriku. Setiap aku memeluknya, merangkulnya, membelainya, hatiku terasa hangat dan nyaman. Ketika pertama kali bertemu dengan Elena, dimana Elena saat itu menolongku dari para preman-preman itu. Aku langsung jatuh hati padanya dan langsung meminta pada Faris untuk mengadopsinya. Saat itu aku tidak peduli dengan keluarganya. Seakan-akan ada ikatan batin antara aku dan Elena." Adila menjelaskan kepada anggota keluarganya tentang perasaan terhadap Elena.

Mendengar penuturan dari Adila membuat anggota keluarga terdiam. Mereka mencerna apa yang diucapkan oleh Adila, terutama Faris, Keenan dan Razig. Di dalam hati-hati mereka masing-masing merasakan hal yang sama seperti Adila. Mereka semua merasa nyaman saat bersama Elena.

"Mama tidak perlu khawatir. Aku akan menyelidiki masalah ini!" Razig tiba-tiba bersuara.

"Iya, Mama. Aku dan Razig akan mencari tahu kebenarannya. Apa Elena itu adalah adik perempuan kami yang hilang saat berumur 2 bulan?" ucap Keenan.

"Jika benar Elena adalah Clara. Aku adalah orang pertama yang bahagia. Dan aku juga orang pertama yang akan menjaga dan melindunginya dari orang-orang jahat diluar sana!" seru Juan.

"Aku juga akan melindunginya," ucap Sofia tak kalah semangatnya.

"Jika hasilnya positif, Elena adalah Clara. Kita rahasiakan dulu dari Elena. Kita akan memberitahunya saat ulang tahunnya!" ujar Shelina.

"Tapi jika Elena bukan Clara. Kalian jangan berkecil hati. Bagaimana pun Elena adalah putri kalian. Kalian sudah mengadopsinya. Jadi Elena bagian dari keluarga William!" Nizam berbicara seperti itu untuk mengingatkan agar anak, menantu dan kedua cucunya tidak kecewa sehingga berdampak dengan membenci Elena.

"Ya, Papa. Kami mengerti. Kami benar-benar tulus menyayangi Elena. Aku dan Adila benar-benar sudah nyaman bersamanya!" Faris benar-benar sangat menyayangi Elena.

"Kami juga, Kek. Kami benar-benar tulus menyayangi Elena. Kami tidak ingin Elena pergi meninggalkan kami." Keenan, Razig dan saudara-saudara sepupunya berucap kompak.

"Baiklah. Lebih baik kita pergi tidur. Besok kaliankan harus bangun pagi!" seru Shelina William.

"Baiklah."

Mereka semua pun pergi meninggalkan ruang tengah untuk menuju kamar masing-masing.

***

Saat ini anggota keluarga Jecolyn masih berada di ruang tengah. Setelah makan malam, mereka memutuskan untuk berkumpul di ruang tengah sebelum masuk ke kamar masing-masing, kecuali sianak angkat yang sudah mati di dalam kamarnya. Eeh, maksudnya tidur.

Sedangkan Rafka dan Afnan berada di rumah sakit menemani Ghina yang masih koma.

"Sebenarnya Papa tidak percaya akan ucapan Izza yang mengatakan Elena yang telah membunuh Andry dan membuat Ghina koma!" Mirza saat ini sudah mulai yakin dan percaya jika putrinya Elena tidak bersalah.

"Jadi maksud Papa, jika Izza itu telah berbohong," sela Farraz.

"Papa juga tidak tahu, Farraz. Tapi perasaan Papa mengatakan Elena tidak mungkin melakukan hal itu." Hati Mirza benar-benar yakin jika Elena tidak bersalah.

"Apa alasan Papa bisa bicara seperti itu?" tanya Farah.

"Kalian pikir saja sendiri. Elena memiliki kalian semua. Kalian adalah kakak-kakaknya. Tapi Elena lebih dekat dengan Andry dan Ghina. Elena selalu manja dan selalu merengek dengan mereka berdua. Papa tidak pernah melihat Elena yang manja, merengek dan meminta apapun yang dia ingin dengan kalian. Hanya pada Andry dan Ghina lah Elena selalu meminta apapun. Bahkan setiap ada masalah, Elena larinya pada mereka berdua, bukan pada kalian. Jadi mana mungkin Elena melukai Andry dan Ghina. Mereka berdua adalah kakak favorit dan kakak kesayangan Elena." Mirza menjelaskan panjang lebar saat dirinya mengetahui kebiasaan putri bungsunya itu.

Clarissa, Farraz, Farah dan Naura terdiam saat mendengar penuturan dari suami/Ayah. Diam-diam mereka membenarkan ucapan sang suami/Ayah, jika selama ini Elena sangat dekat dan manja dengan Andry dan Ghina.

Melihat keterdiaman istri dan ketiga putra dan putrinya, Mirza kembali bersuara.

"Jika kalian menjadi Elena. Papa menjadi Andry dan Mama kalian menjadi Ghina. Apa kalian akan menyakiti kami?" tanya Mirza.

Sontak hal itu membuat mereka terkejut. Lalu mereka menatap wajah sang suami/Ayah. Mirza hanya tersenyum melihat wajah terkejut istri dan putra serta putrinya.

"Tidak!" seru Farraz, Farah dan Naura bersamaan.

Mirza yang mendengar jawaban kompak dari ketiga putra dan putrinya itu tersenyum.

"Kalian saja tidak akan tega menyakiti kedua kakak kalian, jika kalian menjadi Elena. Apalagi Elena nya sendiri. Dia tidak akan mungkin sampai hati dan tega menyakiti Andry dan Ghina," ucap Mirza.

Lagi-lagi Farraz, Farah dan Naura terdiam. Mereka membenarkan semua ucapan Ayah mereka.

"Papa menyadari kesalahan Papa disaat setelah satu minggu kepergian Elena dari rumah ini dan memutuskan hubungan darah dengan kita semua. Selama satu minggu itu Papa berpikir tentang apa yang terjadi pada Andry, Ghina dan Elena. Kita semua tidak tahu kejadian yang sebenarnya. Kita hanya mendengar dari Izza tanpa mau mendengar penjelasan dari Elena saat dirinya baru pulang ke rumah setelah satu minggu tidak pulang. Lalu kita semua langsung menyerangnya dan menuduhnya." Mirza menangis saat mengingat kejadian tersebut.

Hening..

Tidak ada yang bersuara setelah itu. Lalu detik kemudian, Mirza berdiri dan langsung pergi meninggalkan istri, ketiga putra dan putrinya untuk menuju kamarnya.

Clarissa, Farraz, Farah dan Naura yang melihat kepergian suami dan Ayah mereka merasa bersalah. Dan setelah itu, mereka pun pergi meninggalkan ruang tengah untuk menuju kamar masing-masing.

Tanpa mereka sadari, sedari tadi ada sepasang mata yang melihat dan mendengar pembicaraan mereka.

"Aku tidak akan membiarkan kalian berdamai dengan Elena dan membawanya kembali ke rumah ini lagi. Aku akan membuat hubungan kalian makin hancur!" batin orang itu.