webnovel

Elegi Duka

Mentari Chamissya Damayanti tak pernah menyangka kalau pernikahannya bersama Adi Surya Dimitri nyatanya tak berjalan sesuai dengan apa yang dia harapkan selama ini. Surya seakan dengan sengaja membangun tembok pemisah yang akan sulit untuk Mentari robohkan. Mampukah Mentari bertahan dengan sikap dingin nan angkuh sang suami? Apakah Mentari bisa sepenuhnya bertahta di hati lelaki yang telah berikrar sehidup semati dengannya di hadapan penghulu? IG Author: @cerita.alwa

ALWA1196 · Teenager
Zu wenig Bewertungen
202 Chs

Tolong Gantikan Gerhana!

"Kamu jangan bercanda, Git!" Suara Papa Dimitri terdengar meninggi, sungguh sangat nyaring. 

"Lakukan apapun yang menurut terbaik. Sekali ini tolong om dan tante. Tolong selamatkan Gerhana kami." Kedua manik mata Surya kian membola saat mendengar ucapan sang papa barusan.  

Selamatkan Gerhana? Hanya kata-kata itu yang terus berputar-putar di kepala Surya saat ini. 

Dimitri jatuh terduduk di kursi kerjanya. Aisyah lantas membombardir Dimitri dengan pertanyaan seputar kondisi Gerhana. 

"Pa … Gerhana bagaimana? Dia baik-baik saja 'kan?" tanya Aisyah dengan menekan erat kedua bahu Dimitri.  Seketika Aisyah seperti berubah menjadi jelmaan Hulk. 

"Dokter di Indonesia sudah menyerah, Ma." Aisyah dan Badai hanya bisa terisak mendeng penjelasan Dimitri.

"Nggak ada yang mau bilang ke aku Gerhana kenapa?" Suara Surya masih saja meninggi.

"Baiklah aku yang cari tahu sendiri," ucap Surya lalu memutar langkahnya untuk menggapai pintu ruang kerja Dimitri. 

Saat hendak akan memutar langkah hendel pintu ucapan dari Dimitri memberhentikan langkahnya. 

"Gerhana kecelakaan sepulang dari menyampaikan niatnya untuk melamar Mentari pekan depan."

DEG~~~

Jantung Surya seperti sedang dihunus oleh timah panas saat ini  juga. Sekujur tubuhnya mendadak beku saat ini juga. Kakinya seperti kehilangan kekuatannya sekarang, tak lagi mampu untuk menopang  tubuhnya. Dia baru pulang ke rumah ini dan langsung disuguhi oleh kabar buruk seperti ini. Kenapa? 

"Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Surya sambil menatap kedua orang tuanya dan juga adiknya satu persatu. 

"Kritis, dokter di Indonesia sudah menyerah untuk menanganinya. Jadi dia akan dirujuk ke Singapura."

Tangis Aisyah semakin menjadi-jadi saat mendengar kabar tersebut. 

"Gerhana!!!" teriak Aisyah dengan sangat kacau.  Hatinya hancur mendapati anak yang dia lahirkan 27 tahun yang lalu harus berjuang sendiri melawan maut. 

Meski Gerhana dikenal sebagai anak yang sangat jauh dari kata sempurna, tapi dia tetaplah anak kandung keluarga Dimitri. Adi Gerhana Dimitri adalah separuh dari Dimitri dan separuh juga dari Aisyah. Dengan alasan apapun tidak ada yang bisa mengatakan kalau Gerhana bukanlah anak mereka.  Sebagaimana nakalnya dia, tidak ada yang dapat mengubah garis takdir. 

Aisyah lalu mendekati Surya yang masih mematung di depan ruang kerja sang papa. 

Baik Dimitri dan juga Badai dibuat bertanya dengan apa yang akan dilakukan oleh wanita tercantik di keluarga Dimitri itu. 

"Surya … sini sayang!"

Dimitri dan juga Badai dibuat bertanya-tanya dengan apa yang akan dilakukan oleh Aisyah. 

Bak kerbau yang dicolok hidungnya Surya mau saja ketika diajak  oleh sang mama untuk duduk di sofa yang terdapat di ruang kerja Dimitri. 

"Kakak … kamu yah gantikan Gerhana?"

Kini bukan saja Dimitri dan Badai yang kebingungan mendengar ucapan Aisyah tapi juga Surya kesusahan untuk mengerti apa yang dimaksud oleh wanita paruh baya tersebut. 

Menggantikan dalam hal seperti apa? Tapi sayang pertanyaan Surya tersebut hanya tertahan di bibirnya tanpa bisa dia tuangkan lewat kata-kata. 

"Gantikan Kak Gerhana dalam hal apa, Ma?' Mungkin pertanyaan dari Badai itu sudah mewakili apa yang ada di pikiran Dimitri dan juga Surya saat ini. 

Aisyah tampak menghela napas panjang untuk mengisi rongga dadanya dengan banyak oksigen. Dia tahu ini sangat tidak mudah untuk Surya lakukan nantinya. 

"Mama minta aku menggantikan Gerhana dalam artian apa? Aku harus memberikan nyawaku untuk Gerhana, begitu?" Kedua manik mata Aisyah membola manakala mendengar perkataan Surya barusan. 

Aisyah lantas menggeleng samar sebagai jawaban dari pertanyaan Surya barusan. 

Aisyah kemudian mencakup kedua pipi sang putra sulung. Air bening kembali menganak sungai di pipi putihnya. 

"Kamu maukan menggantikan posisi Gerhana untuk Mentari?" Surya semakin terperangah tak percaya mendengar ucapan sang mama. 

"Menggantikan Gerhana?' ulang Surya dengan sedikit keraguan.  Dia takut kalau tadi dia salah mendengar ucapan sang mama barusan. 

"Nikahi Mentari … gantikan Gerhana!" Setelah Aisyah memperjelas maksud perkataanmu barusan, Surya seperti ingin dipanggil saja oleh Malaikat Izrail saat ini juga.

 

Bahagia Surya hanya bersama Yana, bukan bersama dengan Mentari atau siapapun itu. Dia hanya ingin Yana. 

Entah sadar atau tidak Surya menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan sebagai simbol penolakan atas permintaan Aisyah. 

"Tolong pikirkan perasaan Mentari jika dia tahu kalau Gerhana dalam keadaan kritis." 

"Terus aku harus mengorbankan masa depanku, kebahagiaanku hanya untuk menikahi wanita yang sama sekali tak aku cintai. Wajahku dan Gerhana memang terlampau mirip, Ma. Tapi aku tak bisa mencintai Mentari sebaik yang Gerhana lakukan. Aku nggak bisa menjadi Gerhana dan Gerhana nggak bisa menjadi Surya, Ma." 

Aisyah seharusnya sadar sejak awal kalau Surya tidak akan membuat hal ini menjadi mudah. 

"Untuk kali ini tolonglah kami Surya," ucap Dimitri dengan nada yang sangat memelas. 

27 tahun Surya mengenal sang papa baru kali ini dia terdengar sangat kacau. Dan hal tersebut mampu membuat hati Surya menjadi gamang. 

Tapi semua itu hancur seketika saat wajah cantik Yana kembali hadir di dalam benaknya.

"Surya kamu pilih mana, baktimu pada kami atau hatimu pada perempuan yang telah menjadi istri orang tersebut?"

"Kamu itu anak yang pintar, tapi kenapa setelah kamu mengenal cinta kamu mendadak tolol?" 

Dimitri terus menyerang sang putra sulung agar mau menuruti apa yang menjadi keinginan sang mama.

"Nggak. Sekali aku bilang nggak yang nggak."

PLAK~~~

Dimitri kembali melayangkan satu tamparan keras di sebelah pipi Surya. "Bersama perempuan tak bermoral itu kamu menjadi pelayannya dan bersama kami kamu melawan. Ke mana perginya Adi Surya Dimitri yang dulu, hah?" ucap Dimitri sambil menodongkan jari telunjuknya tepat di hadapan Surya. 

Bersambung ….