webnovel

EADLE

seseorang yang merasakan kesedihan yang sedang ia alami,adalah kesedihan yang oaling menyedihkan. Namun,ia merasa beruntung,setidaknya kebahagiaan yang pernah di alami adalah satu-satunya kebahagiaan yang paling istimewa.

_Zahetic · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
5 Chs

04.rumah

Setelah kejadian kemarin Eadle segera pulang ke apartemen nya.

Tanpa memperdulikan bel pulang sekolah,yang belum berbunyi. Bahkan ia menghiraukan Queenzie yang meneriaki nama nya.

Dan sekarang hari sabtu,jam istirahat pertama.

Dua menit setelah bel istirahat berbunyi. Eadle di panggil menggunakan mic di podium.

"Kepada Eadle,kelas XII IPA 1. Di harap ke ruangan bk sekarang," Suara Abimanyu terdengar samar-samar.

Eadle bangkit dari duduk nya.

"Mau aku temenin?," Eadle menolak tawaran Queenzie.

°°°

Eadle masuk kedalam ruang bk.

Eadle menatap satu persatu orang-orang yang berada di ruangan ini.

Narumi menyandarkan bahunya kepada bapak-bapak yang terus menatap Eadle dengan sengit.

Di seberang kanan,pria paruh baya dengan kaca mata minus tebal nya. Terus menepuk-nepuk punggung sang putri,Dwia Pratiwi.

Perhatian kecil,seorang ayah. Membuat Eadle iri.

"Duduk kamu," Bu Deana mengintruksi Eadle untuk duduk di sofa single. Berhadapan langsung dengan Bu Deana.

Jaket biru besar sebatas paha,yang di kenakan Eadle. Menarik perhatian Narumi.

"Itukan jaket limited edition,yang harganya lima juta." Narumi membatin,mata belotot nya terus menilik jaket indah tersebut.

Seminggu yang lalu ia merengek,aksi mogok makan hanya untuk minta di belikan jaket tersebut.

Namun,ayahnya menolak keras.Narumi selalu memakai jaket yang kisaran di bawah tiga ratus ribu.

Tiba-tiba meminta di belikan yang sebanding dengan nominal gaji nya tiap bulan. Hal itu tentu saja membuat ayahnya kaget.

ok,back to topik.

"Benar?kamu sudah membully Narumi?" Bu Deana bertanya to the point.

Eadle menaikkan sebelah alisnya,"Saya nggak ngebully dia."

"BOHONG!" Ayah Narumi berdiri dari kursinya."Ibu gak lihat?putri saya terluka gara-gara anak sialan itu," Ayah Narumi menunjuk-nunjuk muka Eadle dengan emosi.

"Khem,sebaiknya bapak tenang dulu. Tidak baik berbicara seperti itu kepada anak-anak." Tutur sopan pak Ardi,orang tua Dwia.

Orang tua Narumi duduk kembali di kursinya menatap tidak suka kepada pak Ardi.

"Apa benar,kamu menampar Narumi?" Bu Deana bertanya,berharap murid kesayangan nya ini menggeleng.

"Iya," Eadle menjawab dengan lugas.

"Ibu lihat sendiri?!anak sialan ini menampar putri saya!" Ayah Narumi terlihat sangat emosi,sialnya ketika berbicara menyemburkan kuah.

Eadle menegang,astaga wajah paripurna nya!

Eadle mengelap mukanya dengan tissue yang ada di meja.

"Bapak kalo ngomong gausah pake kuah!," Eadle menatap jijik.

Bu Deana,sudah menahan tawa sekuat tenaga.

Sedangkan ayah Narumi?telinga nya sudah memerah,bahkan jika di gambarkan dalam ilustrasi pasti kedua telinga ayah Narumi mengeluarkan asap.

"Dasar anak gak sopan!,"Sialan ini sungguh menjijikan.

"Pak Tian,tolong duduk ya pak," Ayah Narumi duduk kembali,Narumi menggenggam lengan ayahnya.

"Pa,aku mau Eadle di keluarkan dari sekolah." Mata Narumi berkaca-kaca.

Bu Deana memandang Narumi,lalu bertanya kembali kepada Eadle.

"Kenapa kamu nampar Narumi?Atas dasar apa kamu nampar dia,"

Eadle,menunjukkan luka goresan panjang di tulang pipinya. Bahkan luka itu masih basah.

Lalu,Eadle menunjuk wajah Narumi.

"Dia,yang buat ulah duluan." Eadle berujar santai.

Ayah Narumi memandang putrinya.

"Benar Rumi?."

Narumi menggeleng cepat,"Nggak ayah,ngapain sih aku nyakar dia?"

Eadle mendelik.

"Bohong," Dwia menyeletuk

Dengan tangan yang terus di genggam erat oleh ayahnya.

"Ak-ku kemarin lihat,kalau kak Narumi yang mulai duluan." Dwia berkeringat dingin. Narumi sudah menatap tajam Dwia,gadis cupu itu akan menjadi incaran nya sekarang.

"Heh cupu! Jangan bohong ya lo." Dwia tersentak.

"Ckck," Eadle berdecak "gak lihat?dari tutur katanya aja gak meyakinkan kalo dia bukan pembully."

"Diem lo! ada bukti gak kalo gue pembully? gak kan?" Narumi tersenyum sinis.

Eadle menaikkan alisnya,terkekeh mengejek "Saya mau lihat cctv,biar cepat kelar."

Eadle menolehkan kepalanya dengan cepat. Hell?kenapa nenek nya berada disini. Kesialan bagi Eadle.

Rambut pendek di cat coklat,kacamata leopard di atas kepala,jangan lupakan tas hitam gucci nya.

Bu Deana tersenyum,"Baik bu,ibu bisa duduk dulu di samping saya."

Bu Deana melenggang pergi,untuk mengambil rekaman cctv kelas XII IPA 1.

Liliana duduk di kursi yang berhadapan dengan Eadle.

Memandangi cucu kesayangan nya yang sudah berminggu-minggu tidak pulang ke rumah.

"Gimana kabar kamu?" Liliana bertanya.

Eadle,merapatkan bibirnya.

"Baik?" Liliana bertanya kembali,meski sudah di tebak tidak akan ada jawaban keluar dari bibir sang cucu.

"Kelihatannya?" Liliana terkekeh,akhirnya sang cucu mau membuka suara.

"Kenapa dateng kesini?" Eadle bertanya dengan sinis.

"Kalo di panggil ya datang kenapa?,masalah buat kamu?." Liliana mencibir,membuat Eadle mendengus tidak suka.

Liliana melirik kepada Narumi,yang sedari tadi menatapnya.

"Jangan lihatin saya begitu,risih tau gak" Narumi gelagapan,dirinya malu.

"Permisi," Bu Deana kembali masuk,membawa laptop.

Bu Deana duduk di samping Liliana,lalu menghadapkan layar laptop tersebut kepada orang tua siswi.

Terlihat princess,Anne,sivia,frysta dan Narumi memasuki kelas Eadle.

Lalu adegan yang terjadi kemarin,sekarang sudah di tonton.

Narumi,wajahnya sudah pucat pasi.

"Akh,kepala Rumi pusing." Narumi mencengkram kuat lengan ayah nya.

Liliana berdecih "kebanyakan drama kamu,masih kecil juga."

°°°

Setelah berdiskusi,akhirnya Narumi dan Eadle di skorsing.

Narumi mendapat jatah tidak masuk sekolah selama empat hari,sedangkan Eadle dua hari.

Eadle tetap di hukum,karena perlawanan nya membuat seseorang terluka.

"Kamu pulang kerumah! Jangan di apart terus," Liliana menepuk pucuk kepala Eadle.

Lalu pergi dari hadapan Eadle.

"Putri ayah hebat,bagus tadi kamu mau bertindak atas kebohongan si Rumi-Rumi itu." Dwia dan ayahnya melintas di depan Eadle.

"Maaf ayah,Dwia gak bisa jaga baik-baik ponselnya" Terdengar di telinga Eadle,suara Dwia begitu lirih seakan siap untuk menangis kapanpun.

"Dwia mau lapor ke guru,atas tindakan kak Narumi. Tapi kak Eadle salah paham,dikiranya Dwia mau nyebarin."

"Di maafkan nak Eadle nya ya?dia salah paham. Nanti ayah belikan ponsel baru,tunggu bulan depan.Semoga ayah ada rezeki."

Eadle terdiam sejenak,ia berlari ke kelasnya.

Setiba di kelas,ada Queenzie yang duduk di bangku Ghea dan Narsy.

"Eadle!" Queenzie memanggil,"kamu gapapa?" Eadle mengangguk,lalu pergi kembali keluar kelas.

Di tangan nya menenteng paper bag kecil berwarna hitam.

"DWIA!".

Dwia beserta ayahnya menoleh "itu bukannya yang tadi ya?" Ayah Dwia bertanya kepada putrinya,Dwia menangguk.

Eadle mengatur nafasnya,"Gausah lari-lari gitu toh nak," Ayah Dwia terkekeh geli.

Eadle membungkuk singkat,tersenyum kecil "Ini"

Eadle menyerahkan paper bag kecil tersebut.

"I-ini apa?,"

"Gue ganti ponsel lo yang rusak,maaf kemarin gue emosi." Dwia membelalakkan matanya,dengan gerak cepat ia membuka paper bag tersebut.

Iphone berwarna kuning.

Dwia berkaca-kaca "Kak,tapi ponsel ini harga nya belasan juta." cicit Dwia.

"Ini kemahalan,ponsel aku gak segini harganya"

Ayah Dwia terkejut,"Loh,gausah nak. Ini mahal banget harganya"

Eadle menggeleng,"gak apa-apa. Terima aja,saya udah keburu beli kemarin malam."

"Saya permisi ya pak," Eadle tersenyum kecil sebelum melangkahkan kakinya.

°°°

Queenzie,menopang dagu menatap Eadle yang sedang makan.

"Kenapa sih kalo di ajak makan di kantin gak mau?" Queenzie memperhatikan Eadle. Ketika makan,Eadle sangat cantik

Queenzie suka.

"Kalo aku jadi cowok,pasti aku udah nembak kamu deh," Ucap Queenzie dengan senyuman manis.

Sedangkan Eadle tersedak makanan nya. Menatap horor Queenzie yang terus memandangi Eadle dengan senyuman.

Queenzie menaik turunkan alisnya,menggoda Eadle.

Eadle mendelik,"Kalo lo jadi cowok,lo beneran mau nembak gue?" Queenzie mengangguk antusias.

Eadle memasang wajah teler. Lidah nya melet melet seperti orang mati keracunan.

Queenzie mengernyitkan dahinya. Eadle memasang kembali raut dingin,"mati dong kalo lo nembak gue."

Queenzie terlihat berpikir,setelah nya ia tertawa ngakak hingga suara ngik ngik terdengar. Queenzie bengek.

Tangan kirinya memegang perut yang sakit akibat tertawa,sedangkan tangan kanan nya memukul-mukul pundak Eadle.

"Ck,kebiasaan lo ah." Eadle mengelus pundak nya yang nyut-nyutan. Jika Queenzie tertawa,maka Eadle selalu menjadi sasaran empuk untuk di pukul.

°°°

SENIN 07:50 SMA 121

Cahaya matahari masuk melewati jendela yang tidak tertutup gorden.

Eadle mengerjapkan matanya,silau.

Duduk,mengumpulkan nyawa. Lalu tangan nya meraih ponsel yang ada di nakas.

Eadle tadinya mau kaget,melihat jam sudah menunjukkan pukul 07:50.

Tapi tidak jadi,toh dia di skors. HAHAHA.

Tok tok tok

"Edelenyi!buruan bangun sarapan bareng di meja makan,sikat gigi aja" Suara Syerlyn,kakak sepupunya.

Ah lupa,dari semalam ia menginap di rumah Liliana,neneknya. Atas paksaan.

Tok tok tok

"HMMM"

Eadle melenggang ke kamar mandi,semua kamar disini mempunyai masing-masing kamar mandi.

Mewah kan?namanya juga sultan.

°°°

"Eadle,kamu pindah aja ke sekolah internasional." Liliana memasukan potongan buah mangga sembari melihat sang cucu.

Ada tiga orang di meja makan selain Eadle dan Neneknya.

Syerlyn,Dhaffi,dan Ghaffi.

Ketiganya adalah cucu Liliana. Si kembar Dhaffi dan Ghaffi,adalah cucu dari anak pertama.

Sedangkan Syerlyn,cucu Liliana dari anak ke dua.

Eadle?dari anak ketiga,pasangan Dyle  dan Edd.

Eadle menjadi cucu kesayangan,tanpa alasan.

"Kita-kita sekolah di internasional,lah elu negeri. Kan duit nenek banyak Del." Daffi nyeletuk di acungi jempol oleh Gaffi.

"Betoolll,"

Slurp....

Bunyi seruputan,Daffi menyeruput sup dari mangkuk.

Liliana melotot "Daffi!"

Daffi nyengir,"Lebih maknyus di seruput gini,ribet amat pake sendok."

"Jorok,makan itu ya pake sendok!"

Gaffi membela sang kakak "Nenek mah pilih kasih aja. Itu Eadle make tangan makannya gak di bilang jorok,"

Liliana melirik Eadle,"Kamu kok makan pake tangan?!"

"Lebih nikmat," Eadle mangap sebesar mungkin,memasukan nasi uduk yang ada di tangannya.

Liliana menghela nafas,memotong-motong ikan salmon nya dengan kasar.

Daffi memberi kedipan kepada Eadle. Jangan lupakan jari telunjuk dan jempol yang menyatu membentuk tanda hati. Sarangekkk.

°°°

S

ekolah gempar dengan kedatangan cogan.

Parah nya cogan tersebut siswa baru.

Queenzie menahan nafas.

"Sesak,sesak!" Queenzie memegang dada kirinya,sudah seperti orang asma.

"Ih anjir ganteng parah!" Ghea menggoyang-goyangkan lengan Queenzie.

Queenzie mengangguk,"Mukanya sekilas mirip orang korea,kayak jungkook."

"Dikit-dikit jungkook,tehyung,er em," Ghea mencibir.

Queenzie manyun,"suka-suka"

Queenzie,merogoh ponsel di saku jaketnya.

Mengirimi Eadle pesan beruntun.

WWHUAA|

ADA MURID BARU|

TJAKEPP PARAH!!!!|

IH EADLE!|

QUEEN PENGEN SUN BIBIRNYA!|

°°°

S

ee u next chapter

Setelah kejadian kemarin Eadle segera pulang ke apartemen nya.

Tanpa memperdulikan bel pulang sekolah,yang belum berbunyi. Bahkan ia menghiraukan Queenzie yang meneriaki nama nya.

Dan sekarang hari sabtu,jam istirahat pertama.

Dua menit setelah bel istirahat berbunyi. Eadle di panggil menggunakan mic di podium.

"Kepada Eadle,kelas XII IPA 1. Di harap ke ruangan bk sekarang," Suara Abimanyu terdengar samar-samar.

Eadle bangkit dari duduk nya.

"Mau aku temenin?," Eadle menolak tawaran Queenzie.

°°°

Eadle masuk kedalam ruang bk.

Eadle menatap satu persatu orang-orang yang berada di ruangan ini.

Narumi menyandarkan bahunya kepada bapak-bapak yang terus menatap Eadle dengan sengit.

Di seberang kanan,pria paruh baya dengan kaca mata minus tebal nya. Terus menepuk-nepuk punggung sang putri,Dwia Pratiwi.

Perhatian kecil,seorang ayah. Membuat Eadle iri.

"Duduk kamu," Bu Deana mengintruksi Eadle untuk duduk di sofa single. Berhadapan langsung dengan Bu Deana.

Jaket biru besar sebatas paha,yang di kenakan Eadle. Menarik perhatian Narumi.

"Itukan jaket limited edition,yang harganya lima juta." Narumi membatin,mata belotot nya terus menilik jaket indah tersebut.

Seminggu yang lalu ia merengek,aksi mogok makan hanya untuk minta di belikan jaket tersebut.

Namun,ayahnya menolak keras.Narumi selalu memakai jaket yang kisaran di bawah tiga ratus ribu.

Tiba-tiba meminta di belikan yang sebanding dengan nominal gaji nya tiap bulan. Hal itu tentu saja membuat ayahnya kaget.

ok,back to topik.

"Benar?kamu sudah membully Narumi?" Bu Deana bertanya to the point.

Eadle menaikkan sebelah alisnya,"Saya nggak ngebully dia."

"BOHONG!" Ayah Narumi berdiri dari kursinya."Ibu gak lihat?putri saya terluka gara-gara anak sialan itu," Ayah Narumi menunjuk-nunjuk muka Eadle dengan emosi.

"Khem,sebaiknya bapak tenang dulu. Tidak baik berbicara seperti itu kepada anak-anak." Tutur sopan pak Ardi,orang tua Dwia.

Orang tua Narumi duduk kembali di kursinya menatap tidak suka kepada pak Ardi.

"Apa benar,kamu menampar Narumi?" Bu Deana bertanya,berharap murid kesayangan nya ini menggeleng.

"Iya," Eadle menjawab dengan lugas.

"Ibu lihat sendiri?!anak sialan ini menampar putri saya!" Ayah Narumi terlihat sangat emosi,sialnya ketika berbicara menyemburkan kuah.

Eadle menegang,astaga wajah paripurna nya!

Eadle mengelap mukanya dengan tissue yang ada di meja.

"Bapak kalo ngomong gausah pake kuah!," Eadle menatap jijik.

Bu Deana,sudah menahan tawa sekuat tenaga.

Sedangkan ayah Narumi?telinga nya sudah memerah,bahkan jika di gambarkan dalam ilustrasi pasti kedua telinga ayah Narumi mengeluarkan asap.

"Dasar anak gak sopan!,"Sialan ini sungguh menjijikan.

"Pak Tian,tolong duduk ya pak," Ayah Narumi duduk kembali,Narumi menggenggam lengan ayahnya.

"Pa,aku mau Eadle di keluarkan dari sekolah." Mata Narumi berkaca-kaca.

Bu Deana memandang Narumi,lalu bertanya kembali kepada Eadle.

"Kenapa kamu nampar Narumi?Atas dasar apa kamu nampar dia,"

Eadle,menunjukkan luka goresan panjang di tulang pipinya. Bahkan luka itu masih basah.

Lalu,Eadle menunjuk wajah Narumi.

"Dia,yang buat ulah duluan." Eadle berujar santai.

Ayah Narumi memandang putrinya.

"Benar Rumi?."

Narumi menggeleng cepat,"Nggak ayah,ngapain sih aku nyakar dia?"

Eadle mendelik.

"Bohong," Dwia menyeletuk

Dengan tangan yang terus di genggam erat oleh ayahnya.

"Ak-ku kemarin lihat,kalau kak Narumi yang mulai duluan." Dwia berkeringat dingin. Narumi sudah menatap tajam Dwia,gadis cupu itu akan menjadi incaran nya sekarang.

"Heh cupu! Jangan bohong ya lo." Dwia tersentak.

"Ckck," Eadle berdecak "gak lihat?dari tutur katanya aja gak meyakinkan kalo dia bukan pembully."

"Diem lo! ada bukti gak kalo gue pembully? gak kan?" Narumi tersenyum sinis.

Eadle menaikkan alisnya,terkekeh mengejek "Saya mau lihat cctv,biar cepat kelar."

Eadle menolehkan kepalanya dengan cepat. Hell?kenapa nenek nya berada disini. Kesialan bagi Eadle.

Rambut pendek di cat coklat,kacamata leopard di atas kepala,jangan lupakan tas hitam gucci nya.

Bu Deana tersenyum,"Baik bu,ibu bisa duduk dulu di samping saya."

Bu Deana melenggang pergi,untuk mengambil rekaman cctv kelas XII IPA 1.

Liliana duduk di kursi yang berhadapan dengan Eadle.

Memandangi cucu kesayangan nya yang sudah berminggu-minggu tidak pulang ke rumah.

"Gimana kabar kamu?" Liliana bertanya.

Eadle,merapatkan bibirnya.

"Baik?" Liliana bertanya kembali,meski sudah di tebak tidak akan ada jawaban keluar dari bibir sang cucu.

"Kelihatannya?" Liliana terkekeh,akhirnya sang cucu mau membuka suara.

"Kenapa dateng kesini?" Eadle bertanya dengan sinis.

"Kalo di panggil ya datang kenapa?,masalah buat kamu?." Liliana mencibir,membuat Eadle mendengus tidak suka.

Liliana melirik kepada Narumi,yang sedari tadi menatapnya.

"Jangan lihatin saya begitu,risih tau gak" Narumi gelagapan,dirinya malu.

"Permisi," Bu Deana kembali masuk,membawa laptop.

Bu Deana duduk di samping Liliana,lalu menghadapkan layar laptop tersebut kepada orang tua siswi.

Terlihat princess,Anne,sivia,frysta dan Narumi memasuki kelas Eadle.

Lalu adegan yang terjadi kemarin,sekarang sudah di tonton.

Narumi,wajahnya sudah pucat pasi.

"Akh,kepala Rumi pusing." Narumi mencengkram kuat lengan ayah nya.

Liliana berdecih "kebanyakan drama kamu,masih kecil juga."

°°°

Setelah berdiskusi,akhirnya Narumi dan Eadle di skorsing.

Narumi mendapat jatah tidak masuk sekolah selama empat hari,sedangkan Eadle dua hari.

Eadle tetap di hukum,karena perlawanan nya membuat seseorang terluka.

"Kamu pulang kerumah! Jangan di apart terus," Liliana menepuk pucuk kepala Eadle.

Lalu pergi dari hadapan Eadle.

"Putri ayah hebat,bagus tadi kamu mau bertindak atas kebohongan si Rumi-Rumi itu." Dwia dan ayahnya melintas di depan Eadle.

"Maaf ayah,Dwia gak bisa jaga baik-baik ponselnya" Terdengar di telinga Eadle,suara Dwia begitu lirih seakan siap untuk menangis kapanpun.

"Dwia mau lapor ke guru,atas tindakan kak Narumi. Tapi kak Eadle salah paham,dikiranya Dwia mau nyebarin."

"Di maafkan nak Eadle nya ya?dia salah paham. Nanti ayah belikan ponsel baru,tunggu bulan depan.Semoga ayah ada rezeki."

Eadle terdiam sejenak,ia berlari ke kelasnya.

Setiba di kelas,ada Queenzie yang duduk di bangku Ghea dan Narsy.

"Eadle!" Queenzie memanggil,"kamu gapapa?" Eadle mengangguk,lalu pergi kembali keluar kelas.

Di tangan nya menenteng paper bag kecil berwarna hitam.

"DWIA!".

Dwia beserta ayahnya menoleh "itu bukannya yang tadi ya?" Ayah Dwia bertanya kepada putrinya,Dwia menangguk.

Eadle mengatur nafasnya,"Gausah lari-lari gitu toh nak," Ayah Dwia terkekeh geli.

Eadle membungkuk singkat,tersenyum kecil "Ini"

Eadle menyerahkan paper bag kecil tersebut.

"I-ini apa?,"

"Gue ganti ponsel lo yang rusak,maaf kemarin gue emosi." Dwia membelalakkan matanya,dengan gerak cepat ia membuka paper bag tersebut.

Iphone berwarna kuning.

Dwia berkaca-kaca "Kak,tapi ponsel ini harga nya belasan juta." cicit Dwia.

"Ini kemahalan,ponsel aku gak segini harganya"

Ayah Dwia terkejut,"Loh,gausah nak. Ini mahal banget harganya"

Eadle menggeleng,"gak apa-apa. Terima aja,saya udah keburu beli kemarin malam."

"Saya permisi ya pak," Eadle tersenyum kecil sebelum melangkahkan kakinya.

°°°

Queenzie,menopang dagu menatap Eadle yang sedang makan.

"Kenapa sih kalo di ajak makan di kantin gak mau?" Queenzie memperhatikan Eadle. Ketika makan,Eadle sangat cantik

Queenzie suka.

"Kalo aku jadi cowok,pasti aku udah nembak kamu deh," Ucap Queenzie dengan senyuman manis.

Sedangkan Eadle tersedak makanan nya. Menatap horor Queenzie yang terus memandangi Eadle dengan senyuman.

Queenzie menaik turunkan alisnya,menggoda Eadle.

Eadle mendelik,"Kalo lo jadi cowok,lo beneran mau nembak gue?" Queenzie mengangguk antusias.

Eadle memasang wajah teler. Lidah nya melet melet seperti orang mati keracunan.

Queenzie mengernyitkan dahinya. Eadle memasang kembali raut dingin,"mati dong kalo lo nembak gue."

Queenzie terlihat berpikir,setelah nya ia tertawa ngakak hingga suara ngik ngik terdengar. Queenzie bengek.

Tangan kirinya memegang perut yang sakit akibat tertawa,sedangkan tangan kanan nya memukul-mukul pundak Eadle.

"Ck,kebiasaan lo ah." Eadle mengelus pundak nya yang nyut-nyutan. Jika Queenzie tertawa,maka Eadle selalu menjadi sasaran empuk untuk di pukul.

°°°

SENIN 07:50 SMA 121

Cahaya matahari masuk melewati jendela yang tidak tertutup gorden.

Eadle mengerjapkan matanya,silau.

Duduk,mengumpulkan nyawa. Lalu tangan nya meraih ponsel yang ada di nakas.

Eadle tadinya mau kaget,melihat jam sudah menunjukkan pukul 07:50.

Tapi tidak jadi,toh dia di skors. HAHAHA.

Tok tok tok

"Edelenyi!buruan bangun sarapan bareng di meja makan,sikat gigi aja" Suara Syerlyn,kakak sepupunya.

Ah lupa,dari semalam ia menginap di rumah Liliana,neneknya. Atas paksaan.

Tok tok tok

"HMMM"

Eadle melenggang ke kamar mandi,semua kamar disini mempunyai masing-masing kamar mandi.

Mewah kan?namanya juga sultan.

°°°

"Eadle,kamu pindah aja ke sekolah internasional." Liliana memasukan potongan buah mangga sembari melihat sang cucu.

Ada tiga orang di meja makan selain Eadle dan Neneknya.

Syerlyn,Dhaffi,dan Ghaffi.

Ketiganya adalah cucu Liliana. Si kembar Dhaffi dan Ghaffi,adalah cucu dari anak pertama.

Sedangkan Syerlyn,cucu Liliana dari anak ke dua.

Eadle?dari anak ketiga,pasangan Dyle  dan Edd.

Eadle menjadi cucu kesayangan,tanpa alasan.

"Kita-kita sekolah di internasional,lah elu negeri. Kan duit nenek banyak Del." Daffi nyeletuk di acungi jempol oleh Gaffi.

"Betoolll,"

Slurp....

Bunyi seruputan,Daffi menyeruput sup dari mangkuk.

Liliana melotot "Daffi!"

Daffi nyengir,"Lebih maknyus di seruput gini,ribet amat pake sendok."

"Jorok,makan itu ya pake sendok!"

Gaffi membela sang kakak "Nenek mah pilih kasih aja. Itu Eadle make tangan makannya gak di bilang jorok,"

Liliana melirik Eadle,"Kamu kok makan pake tangan?!"

"Lebih nikmat," Eadle mangap sebesar mungkin,memasukan nasi uduk yang ada di tangannya.

Liliana menghela nafas,memotong-motong ikan salmon nya dengan kasar.

Daffi memberi kedipan kepada Eadle. Jangan lupakan jari telunjuk dan jempol yang menyatu membentuk tanda hati. Sarangekkk.

°°°

S

ekolah gempar dengan kedatangan cogan.

Parah nya cogan tersebut siswa baru.

Queenzie menahan nafas.

"Sesak,sesak!" Queenzie memegang dada kirinya,sudah seperti orang asma.

"Ih anjir ganteng parah!" Ghea menggoyang-goyangkan lengan Queenzie.

Queenzie mengangguk,"Mukanya sekilas mirip orang korea,kayak jungkook."

"Dikit-dikit jungkook,tehyung,er em," Ghea mencibir.

Queenzie manyun,"suka-suka"

Queenzie,merogoh ponsel di saku jaketnya.

Mengirimi Eadle pesan beruntun.

WWHUAA|

ADA MURID BARU|

TJAKEPP PARAH!!!!|

IH EADLE!|

QUEEN PENGEN SUN BIBIRNYA!|

°°

see u next chapter