Tiga tahun kemudian…
Hari masih pagi.
Di lapangan berlatih rumah.
Angele memegang pedang panjangnya erat-erat di tangan kanannya. Ia sibuk berlatih kombinasi teknik berpedang. Saat ini, ia terlihat sama persis dengan ahli berpedang biasa.
Teknik berpedangnya sangatlah sederhana, namun efektif.
Liv, bersama dengan seorang pria berambut merah, berdiri di sisi lapangan dan menatap gerakan Angele sambil tersenyum.
"Teknik berpedang Angele tidak terlihat rumit, namun setiap gerakannya bertujuan untuk melumpuhkan lawannya. Aku tidak tahu apakah dia mempelajari gerakan-gerakan itu dari seorang Ksatria Agung yang kuat." Pria berambut merah itu mengangguk.
"Kau benar, Master Seth," jawab Liv dengan sopan. "Aku tidak tahu apakah ia mempelajari teknik itu dari seorang Ksatria Agung. Tapi, dengan kemampuannya, ia bisa menang dalam pertarungan jarak dekat denganku." Ia memutuskan untuk tidak mengatakan bahwa ia telah kalah satu kali.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com