Hidung Arya nampak berdenyut-denyut saat dirinya mencium bau dari benda yang dihadapannya, bahkan tanpa dia sadari, air liur telah meluncur dari sela-sela mulutnya.
Arya kemudian mengambil benda di hadapannya dan langsung melahap benda tersebut, bahkan dirinya tidak membutuhkan waktu yang lebih dari 10 detik untuk menelan habis benda yang berukuran besar tersebut.
"Seperti yang kuduga, kau nampaknya memang masih belum bisa mengendalikan betul dirimu sendiri!"
Setelah Meister mengatakan itu, Arya baru sadar atas apa yang dia lakukan tersebut. Dia menatap tangannya yang sekarang sudah tidak memegang apapun, padahal tadi dia membutuhkan dua tangan untuk memegang benda tersebut, tapi dalam sekejap benda itu telah hilang.
"Hei, bukankah memakan daging mentah akan sangat buruk untuk tubuh?"
Pertanyaan bodoh meluncur dari mulut Arya. Baik Ageha ataupun Roy tidak mengatakan apapun untuk menjawab pertanyaannya, mereka nampak menunggu Meister untuk kembali membuka mulutnya.
"Untuk manusia, ya... tapi untukmu, itu bukanlah masalah besar... meski itu tetap akan menjadi masalah, jika ada orang yang melihatmu memakannya mentah-mentah seperti tadi."
Arya tidak bisa menyangkal perkataannya, bahkan dirinya sudah sangat bermasalah saat menyadari bahwa dia baik-baik saja memakan daging mentah. Daging itu tetaplah terasa sangat nikmat, meskipun belum dimasak sedikitpun.
"Itu bukanlah masalah utama yang kau hadapi!"
"Bukan... masalah utama?"
Ageha tiba-tiba berkata dari sampingnya, Arya hanya menatap bingung pada gadis tersebut. Jika itu bukan masalah utamanya, lalu apa? Apakah ada yang lebih buruk dari pada perubahannya saat ini?
"Aku punya satu pertanyaan untukmu? Saat kau memakan daging itu, apakah kau sadar dengan apa yang sedang kau lakukan?"
Arya hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan lemah. Begitu ya, dia akhirnya sadar bahwa apa yang telah dia lakukan tadi adalah suatu tindakan yang dia lakukan tanpa sadar. Dia benar-benar bisa menggerakan tubuhnya tanpa perlu berpikir terlebih dahulu.
"Itulah mengapa Aku mengatakan bahwa kau belum sepenuhnya bisa mengendalikan dirimu... tubuhmu saat ini bagaikan hewan buas, sedangkan pikiranmu adalah pawang yang seharusnya mengendalikannya, tapi saat ini pawang tersebut tidak cukup hebat untuk menjinakan hewan buas tersebut.... kau bisa membayangkan apa yang mungkin kau lakukan dengan keadaan tubuhmu saat ini?"
Arya bisa memikirkan kemungkinan terburuknya, tapi dia tidak ingin memikirkannya. Dia tidak cukup kuat untuk membayangkan bahwa dirinya adalah orang yang membunuh Ibunya sendiri. Arya kembali teringat pada wanita yang tidak dapat dia selamatkan, bisa saja Ibunya berakhir sama seperti wanita itu. Air mata frustrasi mulai menumpuk di matanya.
"Meskipun kau menangis sekencang mungkin, kau tetap tidak bisa mengubah kenyataan yang ada... hal ini biasa terjadi pada manusia yang dirubah seenaknya oleh keturunan asli, mereka biasanya akan kehilangan akal mereka dan bertindak layaknya mahluk buas!"
Meister kembali mengungkapkan fakta yang tidak bisa dipercaya oleh Arya. Memang awalnya dia merasa bahwa dirinya telah berubah menjadi mahluk lain yang sangat jauh dari kata manusia, tapi dirinya sempat menemukan harapan saat berhadapan dengan Leo dan menyadari bahwa dia belumlah kehilangan hati manusianya seperti Leo, tapi jika seperti ini, maka hanya masalah waktu sebelum dirinya berakhir sama seperti Leo. Mahluk yang tidak mengenal rasa simpati dan kasih sayang.
"Mahluk yang menyerangmu kemarin malam... mahluk itu bisa saja juga adalah orang yang dirubah oleh si keturunan asli, tapi sayangnya dia telah kehilangan akalnya dan berubah sepenuhnya menjadi serigala... sepertinya memang bukanlah kebetulan bahwa dia tiba-tiba muncul di hadapanmu, lalu menyelamatkan nyawamu... kau bisa mengatakan bahwa dirimu saat ini adalah subjek uji cobanya."
Arya tidak bisa menyangkal ucapannya sedikitpun. Arya selalu merasa aneh dengan kehadirannya yang terlalu nyaman untuk menyelamatkannya. Dia bisa saja memang mengawasi serigala yang menyerang Arya sedari awal, lalu dia melihat serigala itu menyerang Arya dan memutuskan bahwa serigala itu tidaklah bagus, jadi sebagai gantinya dia membunuh serigala itu, lalu menyelamatkan Arya dan menjadikannya subjek uji cobanya selanjutnya. Arya memang tidak tahu untuk apa uji cobanya itu, tapi yang jelas itu bukanlah sesuatu yang bagus untuk dirinya.
"Lalu apa yang harus kulakukan?"
Arya bertanya dengan penuh harap. Dirinya tidak bisa membayangkan bahwa dirinya bisa berubah menjadi mahluk buas haus darah, bukan, bukan tidak bisa, tapi dirinya tidak ingin membayangkannya. Dia harus melakukan sesuatu sebelum hal itu terjadi.
Keheningan melanda setelah Arya memberikan pertanyaannya, butuh waktu beberapa menit, sebelum dia mendapatkan jawabannya.
"Berlatih."
"Kau bisa mengurung dirimu di suatu tempat sampai dirimu tenang."
Roy dan Meister memberikan saran mereka secara bergantian. Setelah mendengar jawaban kedua pria itu, lalu Arya mendengar jawaban lainnya dari Ageha dengan nada bercanda.
"Jika kau tidak ingin berubah menjadi mahluk buas, kau bisa membunuh dirimu sebelum hal itu terjadi!"
"Begitukah... benar juga, jika Aku membunuh diriku... maka..."
Meskipun Ageha mengatakan itu hanya untuk bercanda, tapi Arya menanggapinya dengan sangat serius. Ageha terlihat sangat terkejut saat melihat reaksi Arya, begitu juga Meister dan Roy.
"Oi, Aku tadi hanya bercanda! Kau tidak perlu menanggapinya dengan serius!"
Ageha mencoba menghentikan pemikiran berbahaya Arya. Dia meraih kerah baju yang dikenakannya, lalu menggoyang-goyangkan tubuh Arya. Dia berharap bisa menghilangkan pikiran berbahaya Arya dengan melakukan hal tersebut.
"Kejam!"
"Aku tidak pernah ingat membesarkanmu menjadi mahluk tak berperasaan seperti itu!"
Roy dan Meister melancarkan serangan komentar mereka terhadap Ageha. Wajah Ageha nampak panik mendengar perkataan mereka yang entah mengapa terasa sangat menusuknya.
"Sudah kutakan bahwa tadi Aku hanya bercanda, kan! Jadi berhenti membuat wajah seperti itu, Kakek tua bangka!"
Meister nampak membentuk wajah sedih yang berlebihan. Dia entah mengapa terlihat seperti seorang ayah yang kecewa dengan perkembangan putrinya yang menjadi berandalan. Tentu saja Ageha sangat tidak suka dengan ekspresi wajah tersebut.
"Ada apa dengan dirimu!? Yang terjadi padamu hanyalah tubuhmu yang mendapatkan kemampuan super! Bukahkah kau mengatakan bahwa kau tidak ingin berubah menjadi monster yang tidak memiliki rasa simpati! Apakah yang kau katakan itu bohong!? Bisakah kau menganggap bahwa dirimu baru saja mendapatkan kekuatan super, dengan begitu kau bisa menjadi pahlawan super dan menyelamatkan banyak orang dengan kekuatan supermu!"
Ageha tidak sedikitpun melonggarkan cengkramannya pada kerah baju Arya. Wajah Ageha nampak sangat marah, meski begitu Arya tetap berani menatap matanya.
"Ada apa denganmu!? Bukankah kau sendiri yang menyarankanku untuk membunuh diriku sendiri!? Lalu kenapa kau sekarang malah yang paling menentangnya!?"
"Ya, Aku tahu! Dan Aku ingat bahwa Aku sudah mengatakan bahwa itu hanya candaan! Apakah kau tidak bisa membedakan mana yang bercanda dan mana yang bukan!? Apakah kau begitu bodohnya sampai tidak tahu bahwa Aku tidaklah serius saat mengatakannya!?"
Kalau Ageha tahu Arya sebodoh ini, dia tidak akan mengatakan hal seperti itu. Dia menyesali mulut bodohnya yang mengatakan hal yang tidak berguna seperti itu.
"Kenapa kau tiba-tiba sangat peduli padaku!? Bukankah kita baru bertemu beberapa saat yang lalu?! Meskipun Aku tidak ada lagi di dunia ini, itu tidak ada sangkut pautnya denganmu!"
Ya, itu benar! Itu memang tidak ada sangkut pautnya denganku! Lalu kenapa?! Bukankah kau sendiri sama saja!? Padahal kau sama sekali tidak mengenal wanita itu, tapi kau tetap saja mencoba menyelamatkannya, kan?! Bahkan sampai harus mempertaruhkan nyawamu sendiri! Meskipun kau gagal menyelamatkannya, tapi kau tetap mencoba untuk menghentikan pria itu, kan!? Meskipun kau tahu itu tidak berguna, tapi kau tetap saja mencobanya, kan!?"
Ageha memiliki tubuh yang lebih kecil dari Arya, tapi dia dengan mudahnya mengangkat pria tersebut. Dia juga masih memegangi kerah Arya dengan kuat. Arya bahkan tidak bisa melepaskan diri dari cengkramannya.
"Bukankah kau bisa menggangapku sama dengan pria itu!? Kau sama sekali tidak peduli dengan nasibnya, kan?! Bukankah lebih baik kau menganggap bahwa Aku adalah mahluk buas yang sama dengannya dan melupakanku!?"
"Dasar bodoh!"
Ageha yang sudah tidak tahan lagi dengan betapa keras kepalanya Arya, langsung mengerahkan tinjunya untuk menghantam kepala Arya. Kepala Arya merasa sangat kesakitan, tapi entah mengapa dia merasa rasa sakit lainnya dari tinju Ageha. Meskipun tempat itu sama sekali tidak terkena tinjunya, tapi entah mengapa hatinya terasa sangat sakit.
Ageha kemudian kembali memegang kerah Arya, lalu mengangkat tubuhnya sekali lagi, sebelum mendorongnya kembali tubuhnya ke tanah dalam posisi terlentang dan akhirnya menindih tubuh Arya dengan tubuhnya yang lebih kecil dari tubuh Arya.
"Dengar! Kau harus tetap menghargai nyawamu! Kau berpikir bahwa kau saat ini tidaklah berharga, karena kau berbeda dengan yang lain! Tapi meski begitu, kau bukanlah monster! Kau masihlah mahluk hidup yang memiliki hati!"
Tetesan air mata jatuh dan mengenai pipi Arya. Sekarang Arya mengerti kenapa hatinya terasa sangat sakit. Saat dia dipukul oleh Ageha tadi, meski sebentar, dia masih bisa melihat air mata yang menetes dari mata wanita itu.
"Kau bukanlah mahluk yang sama dengan pria itu! Kau masih belum menyakiti siapapun, kan!? Jadi mana mungkin Aku bisa menyamakanmu dengan dirinya! Aku memang sama sekali tidak peduli dengan sampah sepertinya, tapi Aku tidak bisa membiarkan orang baik dan tak bersalah sepertimu begitu saja!"
Arya menyetuh pipinya yang terkena tetesan air mata. Arya tidak membalas perkataan Ageha. Bibirnya seakan terkunci dan tak bisa terbuka lagi saat melihat wajah Ageha yang terlihat sangat kesakitan, meskipun Arya adalah orang terkena pukulannya.
"Ingat... kau tidak boleh berpikir untuk membunuh dirimu sendiri! Kalau kau sampai membunuh dirimu sendiri, Aku akan membunuhmu!"
"Bagaimana bisa kau membunuh orang yang telah terbunuh?"
Arya tidak bisa mengendalikan mulutnya saat mendengar perkataan bodoh Ageha. Wajah Ageha seketika langsung memerah mendengar perkataan Arya.
"Berisik! Kau tahu maksudku, kan!? Maksudku kau akan menyesal jika kau sampai membunuh dirimu sendiri! Ingat itu!"
Ageha masih menangis dengan wajah yang memerah. Arya sebetulnya ingin tertawa saat melihat wajah Ageha, tapi dia menahan dirinya, dia bahkan sampai melupakan alasannya sampai murung tadi saat melihat wajah Ageha saat ini.
"Ingat... kau bukanlah monster..... kita bukanlah monster!"
Tetesan air mata terakhir jatuh dari mata Ageha ke pipi Arya.