webnovel

Chapter 70 The Worked Hard

Beberapa menit kemudian, Neko menoleh ke Yechan masih dengan tatapan yang begitu tajam membuat Yechan terpaku, dia juga masih berlutut di depan Neko.

"Kau beruntung," kata Neko, dia menunjukkan kertas ujian itu yang rupanya bernilai 75. Seketika Yechan berwajah senang.

"Akai, apakah materinya memang itu? Kenapa aku langsung dapat nilai di atas rata rata?" Yechan menatap.

"Aku sudah bilang dari awal."

"Waktu dua jam untuk belajar, kalau begitu bisa aku belajar lagi?" Yechan menatap tak sabar.

"Sejak kapan kamu ingin belajar tanpa dipaksa begini?" Neko melirik.

"Hehe, karena aku lebih nyangkut materinya jika sama kamu," tatap Yechan.

". . . Baiklah, kalau begitu, kita akan melanjutkan nya," kata Neko, dia kembali membuka buku itu membuat Yechan mengangguk senang.

Tengah malam itu, Neko menatap Yechan yang rupanya tertidur di meja sofa, dia mengangga kepalanya dengan tangan nya yang ada di meja.

Neko menggeleng dengan menghela napas panjang lalu mendekat dan menyelimuti punggung Yechan, dia melihat kertas yang dikerjakan Yechan lalu mengambil nya perlahan.

Melihat setiap detail pengerjaan Yechan, lalu dia tersenyum kecil. "Kau cepat belajar," tatapnya meletakan kertas itu dan berjalan pergi dari sana.

Hari berikutnya, Yechan terbangun, dia bangun dengan masih mengumpulkan nyawa. "Eh, aku tertidur tadi malam?" dia mengucek matanya lalu melihat selimut yang jatuh turun dari punggung nya, di bersamai aroma yang begitu enak membuat nya bangun berdiri dan langsung menuju ke sumber bau itu yang rupanya Neko memasak.

"(Aku mencium aroma yang enak dan rupanya Akai memasak.... Apa?! Dia memasak?!)" Yechan terkejut melihat Neko.

Lalu Neko menoleh dari kompor. "Bagaimana dengan mimpi mu, bocah tidur?" Neko menatap.

Seketika Yechan tambah terpaku karena melihat Neko memakai apron dan itu sangat menggoda, dia sebelumnya tak pernah memakai apron.

"Akai... Akai... Apa kamu...." Yechan hampir tergiur, dia malah tergiur tubuh Neko, bukan makanan nya.

". . . Aku membuat kare, tunggulah sebentar lagi," kata Neko.

Lalu Yechan menggeleng sadar dari halusinasi nya tadi. "Um, Akai.... Kamu memasak, tapi aku belum mengajari mu kan?" Yechan menatap cemas.

Tapi dia melihat ada buku di samping Neko, dia mendekat dan mengambilnya rupanya buku itu adalah cara memasak kare. "Apa kamu paham dengan yang beginian?" Yechan menatap.

"Tentu, setiap tulisan yang tercipta, aku bisa memahami nya," balas Neko, lalu Yechan terpesona.

"(Dia sekarang terlihat seperti seorang istri... Istri yang memasak kan makanan.... Awh... Astaga, aku ingin dia menjadi milik ku, tapi... Bagaimana caranya...?)" Yechan menatap sedih, dia lalu lebih memilih mundur dan duduk di kursi meja makan.

Neko terdiam dan menoleh sedikit padanya melihat wajah Yechan seperti cemas dan kecewa.

Dari sana Neko paham hingga ia mengantarkan sepiring kare padanya. "Nikmati itu dulu," tatapnya.

"Um... Kamu juga harus makan bersama," tatap Yechan dengan manis. Lalu Neko menghela napas panjang dan tak lama kemudian, mereka berdua duduk berhadapan dan memakan kare masing masing.

Ketika Yechan memakan untuk pertama kalinya masakan Neko, seketika ia terkejut dengan mata terpukau. "Ini... Ini sangat enak!!" dia langsung menatap Neko.

"Begitukah?" Neko menatap dengan senyum kecil.

"Iya!! Ini kare paling enak, astaga... Aku tak bisa berhenti makan," Yechan memakan langsung semuanya, sepertinya Neko memang bisa memasak kare dengan rasa yang sempurna.

Tapi di balik itu, Neko seperti ingin mengatakan sesuatu. "Yechan...." Neko memanggilnya membuat Yechan menatap.

". . . Kau masih bisa bilang suka padaku?" Neko menatap.

". . . Ptenphu shapa. ... (tentu saja.)"

"Telan itu dulu," Neko menatap tajam.

"Tentu saja, aku suka pada Akai dan aku akan membuat kamu milik ku," Yechan menatap dengan niat yang tinggi.

Tapi Neko mengatakan hal lain dengan kare yang bahkan belum habis setengah di piring nya. "Bisakah kau berhenti melakukan itu setelah aku menganggap mu sesuatu, jika aku bisa menjadikan mu sesuatu untuk ku, kita akan tetap bisa bersama."

"Apa itu?"

". . . Kau bisa menjadi adik ku," kata Neko, seketika Yechan terdiam.

"Jika kamu bisa menjelaskan apa itu suka padaku, karena tingkah mu yang seperti anak kecil ini... Aku mungkin bisa menganggap mu sebagai itu tadi."

". . . Jadi.... Kamu kakak ku, Akai?" Yechan menatap.

"Yeah, mungkin seperti itu."

"Lalu, jika hubungan ini begini, apa aku bisa dekat dengan mu?"

"Lebih dekat juga bisa," Neko mengangguk.

"Kalau begitu, apa aku boleh memeluk mu nanti?" Yechan menatap. Lalu Neko mengangguk.

"Lalu, aku bisa tidur di ranjang yang sama?"

"Selama kita hanya tidur, itu baik baik saja," balas Neko. Seketika Yechan tersenyum mengangguk. "Ya, aku mau jadi itu.... Aku suka pada Akai!" kata Yechan.

Lalu Neko tersenyum kecil. "(Aku berhasil membuat nya melupakan masalah soal suka itu, yang penting, aku tidak membuat nya tersakiti hanya karena aku menolak nya, lingkungan yang pastinya membuat nya begitu, dan dia... Tampak begitu lucu,)" pikir Neko.

Setelah selesai, Yechan memakai sepatunya. "Akai, kamu sudah siap?" ia menoleh ke belakang yang rupanya Neko menyusul keluar dari villa itu.

"Yeah, kendarai mobilnya," Neko melemparkan kunci mobilnya sendiri yang di tangkap Yechan.

"Siap Nuna," balas Yechan. Lalu mereka menaiki mobil dan rupanya mereka pergi ke kampus.

Setelah sampai di sana, mereka berhenti di depan kelas Yechan. "Akai, aku ada ujian lagi nanti."

"Oh, begitukah, kau seharusnya bisa karena aku sudah mengajari mu tadi," Neko menatap sambil menyilang tangan.

"Ya, aku pasti bisa... Tenang saja," Yechan membalas, lalu mereka berpisah dan tampak, Neko berjalan di lorong untuk mencapai kelasnya.

Tapi mendadak, ia di panggil seseorang, siapa lagi jika yang memanggil nya dengan panggilan. "Nuna!"

Membuat Neko menoleh sedikit. Rupanya Choka. "Nuna," dia berjalan mendekat.

Neko hanya terdiam melemparkan tatapan tajam.

"Um, Nuna, kenapa kemarin tidak ke kampus?" tanya Choka.

"Aku ada urusan," balas Neko.

"Urusan? Um... Kalau begitu, Nuna harus bilang alasan itu pada Acheline, karena dia mencari mu dengan panik... Kemarin---

Kemarin nya~

"Yo Yechan!" Acheline tampak menyapa Yechan yang akan berpapasan dengan nya, Acheline yang berjalan bersama Choka itu agak bingung karena Yechan jalan sendiri.

"Halo, pagi," Yechan membalas dengan ramah.

"Oh, Yechan, dimana gadis yang sering datang dan pulang bersama mu?" tanya Acheline.

"Um, dia bilang dia tidak bisa datang hari ini... (Aku tak mungkin membalas bahwa Akai sedang malas...)"

"Apa karena kejadian kemarin nya?" Choka menatap.

Seketika Acheline terkejut kaku. "Apa?! Tidak?! Tidak mungkin dia trauma kan... Aku tak sengaja kemarin mencium nya... Apa yang harus terjadi, bagaimana ini?!" dia memegang kepalanya dengan panik.

"Tapi dia menganggap nya tidak masalah," tatap Yechan.

"Tapikan tetap saja.... (Jika begini, tak hanya dia tapi atasan juga akan marah padaku,)" Acheline khawatir.

"Jangan khawatir, Yechan akan membuat Nuna kemari dan kamu bisa minta maaf beberapa kali," kata Choka, lalu dia menatap Yechan. "Benar kan Yechan?"

"U... Um... Yah... Hehe," Yechan hanya bisa mengangguk dan rupanya Neko memang datang hari ini di kampus tapi dia belum bertemu Acheline tadi pagi.

--

"Jadi, begitu?" Neko menatap masih dengan Choka, mereka masih berdiri di lorong.

". . . Um, iya... Apakah Nuna baik baik saja soal kemarin itu?"

"Aku tak peduli soal itu."

"Lalu kenapa Nuna bilang harus pergi, seperti buru buru pergi?"

". . . Itu karena Yechan melihat ku," kata Neko seketika Choka terkejut.

"Um... Aku mengerti," dia mengangguk cepat dengan mata masih lebar.

Neko terdiam dan menghela napas panjang. "Kalau begitu, aku pergi dulu--

"Eh Nuna, tunggu dulu," Choka menghentikan nya membuat Neko terdiam dan kembali menoleh padanya.

"Nuna, aku ingin pamit, besok aku harus kembali ke kota dan ayah ku akan menjemput ku," kata Choka.

". . . Lalu?"

"Um.... Apa aku belum bilang soal... Aku bisa melihat bayangan itu?"

"Bayangan?"

"Iya, Nuna penasaran kan, bagaimana jika kita bertukar informasi soal diri kita, aku akan menunggu di taman kampus jika mau, bagaimana?" Choka menatap dengan lembut.

Neko terdiam sebentar dan kembali menghela napas panjang. "Baiklah."

"Yei, akhirnya, terima kasih Nuna, aku pergi dulu," Choka menundukan badan.

"Tunggu, apa kelas mu?" Neko menatap.

"Ah, aku di bagian psikologi," balas Choka, seketika Neko terpaku. Lalu Choka berpamitan dan berjalan pergi, tapi Neko masih terdiam tak percaya.

"(Psikologi katanya? Apakah dia bisa mengukur ekspresi orang lain.... Menurut ku orang yang seperti nya lebih pandai dari pemecah kasus,)" pikir Neko dengan agak curiga.

Tapi mendadak, ia mendengar suara berlari dari lorong lain membuat nya menoleh dan rupanya itu Acheline.

"Hei, kau Akai!!" dia memanggil dan langsung berhenti di depan Neko tepat.

Seketika tangan nya memojok Neko membuat Neko menengadah menatapnya. "Hei...." Acheline menatap tapi Neko hanya memasang wajah dingin dan datar itu.

"Ugh.... Pasanglah senyuman untuk ku, lihat saja nanti, kau akan memasang wajah dengan mudah di depan orang ku.... Oh benar, kenapa kemarin kau tidak masuk?" Acheline menatap tajam.

". . . Apa aku harus mengulangi nya, aku malas kemarin."

"Kamu malas? Kupikir kamu trauma karena ciuman ku itu."

"Buat apa, itu bukan suatu ciuman pertama juga," balas Neko.

Seketika Acheline terkejut. "E... Tunggu... Jadi kamu, saat itu bukan ciuman pertama?"

"Hem..." balas Neko, karena dia terlalu bosan, dia bahkan sempat sempatnya bermain ponsel membuat Acheline terpaku.

"Ohohooo... Kamu benar benar menarik apa kau tak bisa menganggap ku lebih dari mahasiswi kampus di sini?" Acheline menatap.

"Aku sudah tahu kau dari awal ketika melihat tubuh mu penuh luka," tatap Neko.

"Oh begitu, bagus deh kalau begitu, aku bisa memperkenalkan diriku, aku Acheline, matador dari siberia," kata Acheline.

Seketika Neko terpaku dan langsung menoleh ke mata Acheline.

"Apa? Kau terkejut sekarang sayang, jangan khawatir... Sebenarnya aku juga sedang bertugas, aku bukan mahasiswi di sini, hanya sebatas mata mata... Jadi, sampai jumpa..." kata Acheline.

Tapi Neko menahan lengan Acheline membuat Acheline menatap. "Oh, apa kamu tertarik padaku?"

". . . Kau, suruhan Cheong kan?" Neko menatap.

". . . Cheong? Bukan, siapa itu, atasan ku itu nama nya PCS," kata Acheline.

Seketika Neko terkejut. "(Apa?! Dia bukan suruhan Cheong?! Lalu, siapa suruhan Cheong, kupikir itu dia?!!)"