webnovel

Do anything for love

Devian syaputra... seorang yang berkepribadian dingin sewaktu kecil iya tiba tiba menginginkan seorang gadis kecil sebagai hadiah ulangtahunnya dan sewaktu gadis itu dewasa devian menikahinya, Naysila seorg anak yatim piatu yang tiba tiba di adopsi oleh keluarga kaya raya, dan pada saat dia dewasa dia mau tak mau menikah dengan devian syaputra, dia tau kepribadiaan devian jadi dia tak bisa menolak pernikahan yang membuat hatinya benar benar tersiksa sebenarnya sejak dari pertama devian melihat naysila dia sudah memiliki ketertariakan padanya, tapi sampai dia dewasa pun devian tak pernah bisa memperlihatkan hal itu karna kepribadian nya itu,,

Risma_Alvhira · Urban
Zu wenig Bewertungen
64 Chs

Renggang (1)

Cuaca malam itu sangat tenang, angin berhembus dengan pelan, hanya memberikan hawa dingin. Raisa barusaja keluar dari mini market, dia keluar dengan menbawa dua kantong plastik berukuran besar, melihat sekeliling. langit begitu indah dengan bintang bintang bertebaran di atas langit

saat raisa berbelok di depan yang jaraknya sekitar sepuluh meter dia melihat sosok adrian, dia pun langsung memanggil adrian dengan berteriak, namun adrian seperti tidak mendengarnya padalah jarak mereka tidak terlalu jauh, dia malah semakin mempercepat langkahnya, raisa ingin mengejarnya namun dia malah berhenti di tempatnya, mengejar adrian seperti percuma baginya, toh jika yang di depan benar benar adrian dia pasti akan segera menoleh padanya,

Lalu sebuh mobil Ferary hitam melintas di sampinya, raisa melihat mobil itu dengan tak acuh, hingga tatapanya membualat saat melihat ferary itu berhenti di samping sosok yang mirip adrian, lalu adrian langsung masuk kedalam mobil itu, raisa mengerinyit saat melihat itu, dia seperti bertanya tanya, sampai mobil itu berlalu raisa masih diam di tempatnya hingga seseorang menepuk pundaknya, sontak raisa terkejut saat dia menoleh di depanya alex sudah berdiri sambil menatapnya.

"ya ampun kak alex ngagetin aja " raisa repleks sambil menaruh tangannya di depan dada

"kamu ngapain di sini dan lagi lihat apaan sih sampe bengong gitu?" alex melihat sekitar namun tidak ada apa apa, kemudian dia menoleh pada raisa lalu memicingkan matanya mencoba menyelidikinya, tapi hal itu malah membuat raisa tersipu, dengan cepat dia memalingkan wajahnya karena dia merasa wajahnya panas, dia berfikir saat itu pasti wajahnya sudah memerah.

"tidak ada, aku tadi habis belanja lalu aku tadi hanya salah melihat. aku melihat adi, tapi yah tidak mungkin, aku pasti salah melihat " jawab raisa sambil kembali menoleh kepada alex setelah menenangkan dirinya, tidak tau sejak kapan, tapi setelah hari itu ketika dia pergi jalan dengan alex dia semakin dekat dan dia juga tidak tau kenapa setiap kali berhadap hadapan dengan alex jantungnya akan berdebar debar, jadi kadang ya seperti ini dia akan berusaha menghindar saat mereka melakukan kontak mata.

"adi ? siapa?"entah kenapa nada suara alex terdengar berbeda, dan saat melihar wajah nya raisa menyadari bahwa ekspresi alex benar benar sangat rumit untuk di definisikan. maka dengan cepat dia langsung menjelaskan

"adi itu adrian, aku, naysila dan adrian berteman baik di kampus" saat raisa menyebutkan nama adrian alex tertegun sejenak, dia sepertinya pamiliar dengan nama itu " memang belum lama sih, tapi adrian dia pria yang asik jadi baik aku atau naysila kami sangat menyukainya, dia baik dan orang yang sangat ceria"setelah selesai menjelaskan raisa tidak mendapati tanggapan apapun dari alex, malahan alex terkesan mengabaikan nya dan mengalihkan topik pembicaraan

"kamu belanja apa saja?"tanya alex sambil melihat kantung belanjaan nya

"aku hanya belanja cemilan, di rumah tidak ada makanan jadi yah aku harus banja"jawab raisa dengan sedikit kikuk karena dia berbelanja cemilan banyak sekali dan cemilan itu terkesan hanya anak sd yang akan membelinya. alex diam tidak breaksi sampi akhirnya dia berbicara "ikut aku, temanku baru beberapa hari ini membuka restoran di daerah ini, dan makanan nya enak enak"ajak alex sambil menarik raisa, belum sempat raisa menanggapi dia malah sudah di seret masuk ke dalam mobil oleh alex.

Sedangkan Naysila saat ini dia baru saja keluar dari kamar mandi dia sudah mengenakan piama tidurnya. rambutnya di bungkus oleh handuk. suasana di kamar itu sangat hening, devian sendiri dia sedang duduk di sopa sambil terus membuka buka beberapa berkas.

semenjak dari kampus mereka tidak saling bicara, ketika sampai rumah pun mereka terkesan berjalan masing masing, bahkan pelayan pun yang melihat itu merasa aneh, mereka jelas mengetahui ada sesuatu yang terjadi tapi mereka tidak ingin kepo, mereka masih ingin bekerja di rumah itu, ya jadi mereka hanya mengabaikan nya.

Naysila duduk di depan meja riasnya, dia menarik handuk yang berada di kepalanya mengibas ngibas kan ramburutnya sebentar, lalu menyalakan hair dryer mengeringkan rambutnya, setelah selesai dia langsung menyisir di saat itu devian bangun dari duduknya berjalan menuju tempat tidur lalu duduk di tepi ranjang tepat di belakang naysila

"Jauhi adrian" Nada suara devian terdengar dingin tapi tidak terlalu keras, hingga naysila yang mendengarnya sedikit samar samar mendengar ucapan devian, hingga naysila menanggapinya dengan kata "hah" seakan memastikan apa yang baru saja dia dengar

"aku bilang jauhi ADRIAN" nada tegas devian membuat naysila langsung menolehnya merasa terkejut, saat naysila berbalik dia melihat wajah tegas devian di devan nya

"kenapa?"itu yang keluar dari mulut naysila, dia jelas bingung tiba tiba devian berkata seperti itu

Devian berdiri "jika aku bilang jauhi dia maka jauhi " tegas devian, mendengar itu naysila ikut bangun

"iya tapi kenapa?,dia teman ku kenapa aku harus menjauhinya? "nada suara naysila sedikit meninggi, jelas dia kesal devian seakan berubah lagi seperti dulu, suka mengatur dan melakukan apapun sesuai kehendaknya.

melihat naysila yang sudah berani meninggikan suara di hadapan nya membuat wajah devian memerah karena menahan amarah

"naysila apa kamu sekarang sudah berani membantah ku, kenapa aku merasa kamu sudah tidak mengharagi ku lagi"devian berbicara dengan sedikiy mengejek "dengar baik baik aku ini suamimu, kamu harus ingat itu, satus mu sekarang adalah istri dari seorang pria yang akan menghabiskan sisa hidupnya dengan mu sampai akhir hayat, dan apakah pantas seorang wanita bersuami menjalai hubungan dekat dengan seorang pria lain"mendengar itu naysila membelalakan matanya entah dia ingin menangis atau tertawa, kata kata devian seperti menuduhnya berselingkuh, padahal kenyataan nya dialah yang seperti itu, naysila tidak habis fikir memang benar seorang yang berselingkuh cenderung malah mencurigai pasangan nya.

"kenapa? walau pun aku seorang istri, aku juga mempunyai kehidupan ku sendiri, tidak bisakah aku memutuskan kehidupan ku, cukup aku tidak mau seperti ini, aku juga manusia normal bukan robot aku bebas bergaul, dan kak vian tidak berhak mengaturku lagi"naysila berbicara dengan penuh emosi, cukup sudah kekesalan nya ingin ia tumpahkan saat ini juga, mendengar hal itu devian hanya tertegun, dia tidak tau sejak kapan. tapi naysila benar benar sudah berani membantahnya,

devian menyeringai sangat menyeramkan dia tersenyum sinis pada naysila ada kepahitan di dalam hatinya

"oh baiklah jika itu mau mu, silahkan nikmati kehidupan bebasmu itu, aku tidak akan peduli lagi" naysila terdiam di tempatnya tidak tau apa yang harus dia katakan ucapan devian yang sinis itu membuatnya sakit,

blam.. suara keras itu membuat naysila terkejut di lihatnya devian yang keluar dari dalam kamar sambil membanting pintu, dan saat itu lah naysila terkulai lemas, air matanya langsung mengalir, sesak di dadanya membuat dia seakan membuat dia tidak bisa bernapas.

naysila meratapi dirinya, sungguh menydihkan. ini takdirnya apa yang bisa dia perbuat, dia bahkan tidak mengerti dengan semua ini, kenapa sekarang dia malah merasa bersalah.

setelah keluar dari kamar dengan emosi yang meledak ledak devian langsung bergegas keluar dari rumah dengan membawa mobilnya, para pelayan yang melihat itu hanya tertunduk takut karena melihat tuanya yang sedang marah begitu membuat mereka merinding.

...

Sudah hampir dua minggu setelah pertengkaran malam itu naysila dan devian nyaris tidak pernah saling berbicara, bahkan bertatapmuka pun jarang, setelah malam itu devian tidur di kamar lantai satu, dia sering pulang malam dan berangkat di pagi buta, jadi naysila jarang sekali bertemu dengan devian,

Saat naysila akan pulang dari kampus dengan menunggu bis di halte, tidak sengaja dia melihat mobil devian lewat tapi devian seperti tidak mempedulikanya, padahal saat itu sudah hampir malam dan cuaca sangat mendung,

naysila hanya menuduk dengan hatinya yang terasa sakit, dia menangis diam di sana. devian benar benar mengabaikannya.

malam itu hujan turun begitu lebat naysila baru saja keluar dari kelasnya bersama raisa, mereka berjalan berbarengan sampai di parkiran mobil raisa pulang duluan karena jemputannya sudah datang, dia meninggalkan naysila karena dia berfikir naysila pasti di jemput oleh devian, raisa tidak mengetahui tentang pertengkaran naysila dan devian, karena memang naysila tidak mau menberitahunya,

jadi malam itu di bawah guyuran hujan naysila berlari menuju halte bis, bajunya sudah basah semua, dia mengigil saat menunggu bisnya, tak lama bis datang dia langsung masuk kedalam bis.

sesampinya di rumah hujan masih menguyur dengan deras jadi saat dia turun dari bis dia harus berjalan dengan hujan hujanan menuju rumah, sampai di terlas aji terkejut melihat naysila yang sedang mengigil dengan tubuh yang sudah basah kuyup, wajahnya sangat pucat dan sesekali dia bersin bersin

"ya ampun nyonya, kenapa anda seperti ini ? kenapa tidak menelepon, saya akan menjemput nyonya tidak perlu sampai harus hujan hujanan seperti ini" aji jelas sangat khawatir dan cemas, dia tau konplik antara kedua majikannya itu, tapi dia sangat sedih melihat kondisi naysila yang seperti itu, aji sudah menjadi supir keluarga putra dari sejak lama, saat naysila di bawa kerumah itu, dia sudah menyayangi naysila dan menganggapnya srbagai anaknya sendiri.

"tidak apa apa kok pak, saya tidak mau merepotkan, saya masuk dulu.. " pamit naysila sambil berjalan masuk kedalam rumah

"hacim.." sepanjang jalan naysila terus bersin. aji hanya bisa melihat nya dengan tak tega, jadi saat naysila sudah masuk kedalam kamarnya aji langsung bergegas menemui devian.

Toktoktok.. ketukan pintu itu membuat devian berhenti dari kegiatanya yang sedang memeriksa berkas "tuan ini saya, " seru aji di balik pintu

"masuk" jawab devian dingin, dan pintupun langsung terbuka, saat aji masuk devian sudah kembali memeriksa berkas berkas nya lagi.

tanpa menoleh devian langsung bertanya "ada apa?"

Aji terdiam sebentar dia ragu harus berbicara, tapi dia sangat khawatir jadi dia berusaha mengumpulkan keberanianya

"anu tuan, itu tadi.."aji berbicara dengan gugup jadi dia berbicara dengan tidak jelas menbuat devian sedikit kesal

"bicaralah"sahut devian

"nyonya tadi baru saja pulang, dia basah kuyup dan wajahnya sangat pucat, dia bahkan terus bersin bersin, saya khawatir.."aji berhenti bicara saat dia melihat devian menatapnya dengan sorot mata yang tajam, devian langsung berdiri menuat aji menundukan kepalanya,

"dasar wanita keras kepala"gumam devian tapi aji masih bisa mendengarnya, devian langsung berjalan keluar kamar, aji yang melihat itu langsung bernapas lega karena devian masih mempedulikan naysila,