webnovel

1. Distrik

07 : 10

"Apa kau percaya?" Gadis yang berbicara pada temannya di kelas.

10 : 21

"Baiklah silahkan kerjakan tugas di halaman 34, kerjakan di selembar kertas dan dikumpulkan kalau sudah selesai" Pak guru yang mengajar matematika berbicara.

21 : 00

"kasus menghilangnya para remaja mulai bertambah, polisi sudah dikerahkan namun masih-" Suara televisi yang tidak lama dimatikan.

00 : 00

"Selamat datang di distrik 24" Suara perempuan.

Dan sekali lagi...

07 : 10

"Apa kau mau mencoba?" Gadis yang berbicara pada temannya di kelas.

12 : 45

"Baiklah silahkan kerjakan tugas di halaman 34, kerjakan di selembar kertas dan dikumpulkan kalau sudah selesai" Pak guru yang mengajar matematika berbicara.

21 : 51

"Kasus menghilangnya para remaja sekali lagi telah terjadi, kali ini-" Suara televisi yang tidak lama dimatikan.

00 : 00

"Selamat datang di distrik 24" Suara perempuan.

-

--

"Kadang mimpi adalah kenyataan yang diinginkan olehmu, kadang mimpi adalah kenyataan yang tidak diinginkan olehmu karena itu apa yang disebut sebagai mimpi-"

Silau, remang-remang cahaya yang datang dari lampu jalanan menyilaukan.

Suara langkah kaki yang lemah datang dari pelajar yang baru pulang dari sekolah.

Lalu menghilang.

Dan lagi-lagi.

07 : 10

"Apa kau percaya?" Gadis yang berbicara pada temannya di kelas.

12 : 45

"Baiklah silahkan kerjakan tugas di halaman 34, kerjakan di selembar kertas dan dikumpulkan kalau sudah selesai" Pak guru yang mengajar matematika berbicara.

21 : 51

"kasus menghilangnya para remaja mulai bertambah, polisi sudah dikerahkan namun masih-" Suara televisi yang tidak lama kemudian dimatikan.

00 : 00

"Selamat datang di distrik 24" Suara perempuan.

00 : 01

"Apa kau sudah bangun dari mimpi berulang yang nyata?" Tak berwajah juga melayang, gadis aneh yang berbicara pada remaja.

"Apa ini juga mimpi?" tanya remaja tersebut.

Memperhatikan sekitar, remaja tersebut hanya terdiam.

Apa yang dilihatnya adalah pemandangan yang tidak masuk akal. Bangunan raksasa yang terbuat dari bebatuan, bangunan kerdil yang seukuran dengan kardus.

Tidak ada langit, pemandangan diatasnya adalah perkotaan sama.

"Bukan, kau sekarang berada di distrik perbatasan. Tempat tanpa adanya kejelasan, jarang sekali ada manusia yang ditarik kesini, siapa namamu?"

"Presma Reil"

"Presma, namaku Ria Amelia aku adalah ghost. Melihat mimpimu tadi kau manusia yang sial karena ditarik sampai ke tempat seperti ini ya~"

Telinganya yang tadi hanya bisa mendengar suara Gadis tanpa wajah, kian merasakan kebisingan dari sekitar.

Presma baru sadar kalau dia sedang berada di tepi jalanan, walaupun sudah malam, suasana di jalanan sangat ramai dilewati mahluk-mahluk yang aneh.

"Jadi... Bagaimana cara untuk keluar dari sini?" Tanya Presma.

"Ayolah jangan langsung pergi, apakah kau tidak tertarik untuk melihat isi kota ini?"

"Tidak sama sekali"

"Setidaknya berkeliling kota sebentar tidak akan menjadi masalah kan? setelah itu akan kuberi tahu caranya"

Presma setuju, dia mengangguk.

-

"Disini adalah pusat kota, dari sini kita bisa melihat dan pergi ke berbagai tempat"

Patung kucing gemuk menjadi pusat dari kota, disekitarnya adalah jalanan yang padat dan menjadi tempat teramai.

Di pusat banyak bangunan besar yang dibuat untuk umum, seperti perpustakaan, portal, gereja, pusat tanya, dan masih banyak lagi.

"Mau mulai darimana?" Ria bertanya.

"Tempat yang bisa melihat tempat ini dari atas" Jawab Presma.

"Baiklah kalau begitu kita akan ke menara langit, disana banyak menara yang dibangun dan satu menara tertinggi disebut sebagai menara langit, tanpa basa-basi..." pandangannya teralihkan.

Hal yang mengalihkan pandangan Ria adalah sesosok perempuan. Rambutnya menutupi mata kirinya, menggunakan topi berwarna putih yang biasa dipakai oleh penyihir, dan hal yang sangat berkesan darinya yaitu mata kanannya yang seperti bulan.

"Penyihir agung... Nui Luli Pi Sixy...? apa yang sedang anda lakukan disini?" Walaupun tanpa wajah rasa gugupnya tetap terukir di nada suaranya.

"Nui... Lu... Memangnya siapa dia?"

Mata yang mengukir bulan menyorot ke Presma, senyuman kecil diberikan kepada Presma yang merasa ingin menjauh.

"Aku adalah salah satu dari 12 penyihir agung yaitu Nui, aku datang untuk mencarimu Presma Reil"

"Aku...?"

Nui mendekatinya, tangan dari Nui mengarah ke kepala Presma seakan dia ingin menggapainya.

[Hitam Putih]

Gambaran asing terlintas sekilas di pandangan Presma. Perasaan berbahaya atau tidak suka terhadap Nui membuat Presma mengambil langkah untuk menghindar.

Menjauh dari tangan yang menakutkan, Presma tanpa sadar melakukannya.

"Kau seharusnya tidak ada disini... Karena itulah aku akan mengembalikanmu ke tempat yang seharusnya"

Nui menyentuh kepala Presma dengan jarinya.

05 : 34