"Ternyata sudah puluhan tahun berlalu, tetapi semuanya masih tetap sama. Semuanya masih seperti pertama kali aku datang ke tempat ini."
"Angin malam yang selalu aku rindukan. Suara hewan malam yang bergemecik membuatku selalu betah untuk berlama-lama di sini."
Dia bertutur sambil memandangi langit gelap. Su Ling Hua bersandar pada dinding jendela kamarnya, dan menatap penuh makna pada Bulat Sabit yang ada di atas sana.
Su Ling Hua masih belum ingin tidur. Engan terpejam dia. Kedua mata indah pemberian Sang Pencipta ini, masih terasa segar walau tubuhya sudah terasa lelah akibat berlatih satu hari penuh.
"Sudah tengah malam, sebaiknya aku pergi tidur. Besok aku harus pergi latihan dengan Dage." Su Ling Hua berseru dari sana seraya ingin beranjak pergi dari hadapan jendela tersebut.
Namun, sebelum dia hendak tidur dan meninggalkan jendela kamarnya. Tiba-tiba dia dikejutkan dengan sesuatu yang sedang berlari cepat di atas atap salah satu kamar yang ada di sana.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com