webnovel

Bertemu Lagi

Lea tak suka ikut kuliah umum, tapi terpaksa harus ikut serta. Dengan dandanan seadanya, ia berjalan cepat dilorong kampus. Kuliah umum hari ini diadakan di aula besar, seperti biasanya. Ia berusaha semaksimal mungkin agar tak mencolok, diikatnya rambut panjangnya yang sejak tadi terurai. Tak lupa, ia juga memakai masker untuk menutupi wajahnya yang sama sekali tak memakai riasan.

Dengan santai, ia masuk kedalam aula tanpa menarik perhatian. Nafasnya sedikit lega saat melihat seorang dosen baru saja mulai mengatur laptop dan materi yang akan ditampilkan. Lea berjalan melipir agar bisa mendapat kursi dibelakang dan mencuri waktu untuk tidur saat mata kuliah umum berlangsung.

"Lea!" Teriak Kayla sembari melambaikan tangannya.

Matanya melotot kesal karena perempuan itu menyapanya dari kursi terdepan aula. Beberapa kali ia menggelengkan kepala untuk menolak namun perempuan itu terus memanggil hingga menarik perhatian dosennya. Lea dengan gontai terpaksa berjalan kearah depan.

Brakkkkk!

Tasnya terjatuh saat seorang pria menubruknya dari belakang, tanpa meminta maaf pria itu duduk disamping Kayla dan merebut kursi yang sudah disediakan Kayla untuknya. Beberapa kali Kayla mendorong dorong pria itu agar menyingkir, namun pria itu tetap duduk dikursinya.

Lea tersenyum lebar, ia merasa terselamatkan oleh pria itu. Dengan cepat, ia mengambil kursi diarea tengah dan menarik dirinya dari tempat yang bisa menarik perhatian. Saat akan duduk, tak sengaja ia melihat pria yang sedang pura pura membaca sebuah buku.

Lea bisa tau, karena buku yang dibaca oleh pria itu terbalik.

"Permisi" tegur Lea dengan sedikit menyentuh tangan pria itu melalui telunjuknya yang mungil.

Pria itu bergeming.

"Emm, bukunya terbalik" ucap Lea tak tahu malu.

Ia segera membalikkan bukunya tanpa sepatah katapun.

Srrkkk! Srrrkkkk!

Pria itu menyodorkan kertas absensi pada Lea yang mulai tertidur karena bosan, ia terkejut dan hampir berteriak . Lea menatap tajam pria itu kesal.

"Aneh" gerutu Lea.

Tak sampai disana, pria itu terus berulah dan mengganggu Lea yang berkali kali hampir ketiduran. Entah dia menjatuhkan pulpen dan membuat gerakan yang menimbulkan suara, atau beberapa kali suara ponselnya berbunyi sampai mendapat teguran dari dosen. Pada akhirnya, Lea berhasil menahan amarah dan rasa kantuknya selama kuliah umum berlangsung.

Setelah selesai, Lea menyiapkan energinya untuk marah. Tentu amarah itu ditujukan untuk pria yang duduk disampingnya. Pria aneh yang sama sekali tak berbicara, namun terus mengganggunya. Ia menatap tajam pria yang sejak tadi mencoba untuk menghindarinya.

"Kamu, pria yang di bar malam itu bukan?" Tanya Lea setelah memperhatikan wajah pria itu.

Pria itu tak menjawab, ia lebih sibuk memasukkan laptop dan bukunya ke tas.

"Siapa namanya, siapa? Siapa! Kurasa aku ingat. Siapa namanya" Lea berbicara sendiri mencoba memutar balik ingatannya.

"Alvin" ucap pria itu.

"Ahhh iya, Alvin. Kamu masih ingat padaku bukan? Bartender di bar Joy" ucap Lea dengan mudahnya.

Alvin bersikap dingin padanya, ia tak merespon apapun. Lea mengikuti langkah Alvin yang besar, ia beberapa kali tersenyum melihat pria itu.

"Apa kamu punya urusan denganku?" Tanya Alvin canggung.

Lea mengangguk, ia mengeluarkan sebuah kupon dari tas lalu memberikannya pada Alvin.

"Hari itu, aku tak sempat memberikan apa apa untuk berterima kasih. Ini kupon diskon di restoran depan kampus, sebagai terima kasih karena sudah mengantar waktu itu" ucap Lea sembari menyodorkan sebuah kupon pada Alvin.

Setelahnya, perempuan itu menghilang dibalik lorong kampus. Alvin masih memegang kupon yang diberikan Lea, sebenarnya ia diam karena merasa canggung. Ia masih ingat soal ucapannya yang kasar dikantin beberapa waktu lalu. Namun ia hanya bisa diam, dan memghindarinya.

Alvin mengutuki dirinya sepanjang perjalanan ke kantin, dan semakin kesal saat melihat tempat ia biasa makan tutup. Pikirannya sedikit ragu, entah ia akan pulang atau pergi ke restoran yang direkomendasikan oleh Lea.

Ia merogoh ponselnya dari kantong celana, mencari cari nama Nata disana dan menekan tombol panggilan.

"Dimana? Makan yuk!" Ajaknya.

***

"Paman" teriak Lea saat masuk kedalam restoran.

Alvin yang mendengar suara tak asing itu menoleh kearah pintu, wajahnya mulai terlihat panik. Ia berusaha menutupi wajahnya dengan beberapa buku menu, dari celah kecil sesekali ia mengintip Lea yang sudah berganti pakaian seragam restoran.

"Dia bekerja disini juga?" Tanya Alvin dalam hati.

Alvin bersyukur Nata tak jadi bergabung dengannya saat itu, bisa jadi ia akan jadi bahan ledekan sepanjang hari jika Nata melihatnya.

"Nasi goreng ayam" ucap Lea tepat dihadapan Alvin.

Alvin tersenyum lebar sembari menurunkan menu yang sedari tadi menutupi wajahnya.

"Itu, terbalik" sapa Lea sembari menahan tawa.

Alvin menjadi salah tingkah, ia sedikit tertawa kecil sembari mengutuki dirinya. Dua kali, dua kali ia terlihat bodoh.

"Pesananmu bukan?" Tanya Lea.

Alvin mengangguk.

"Beserta segelas jus semangka gratis!" Lanjut Lea.

"Anggap saja bonus tambahan" ucapnya.

"Mmhh, bisa bicara sebentar?" Tanya Alvin pelan.

Lea mengangguk, ia menarik kursi dihadapan Alvin dan duduk dengan tenang.

"Ucapanku di kantin beberapa waktu lalu, aku ingin minta maaf" Alvin pelan pelan berbicara.

Lea sendiri tersenyum kecil, ia ingat kejadian dikantin bersama Joy.

"Sudah kubilang, tak perlu minta maaf" Lea menjawab dengan senyuman yang lebar.

"Kita tak bisa mengatur pikiran orang lain tentang kita, jadi tak perlu dipikirkan" lanjut Lea.

Alvin sedikit terkesan dengan ucapan Lea, ia tak menyangka bahwa Lea akan memaafkan ucapannya yang kasar begitu saja.

"Enak?" Tanya Lea saat Alvin mulai makan.

Alvin mengangguk.

"Wah, kurasa paman benar benar harus menjadikanku koki tetap disini" ucap Lea bangga.

"Kamu kerja disini?" Tanya Alvin penasaran.

Lea mengangguk.

"Kupikir kamu hanya bekerja di bar"

"Tidak, aku bekerja disini siang hari dan bekerja di bar malam hari" Jelas Lea.

"Pasti melelahkan"

"Melelahkan, tapi juga menyenangkan" ucapnya sembari meninggalkan Alvin karena seorang pelanggan memanggilnya.

Alvin terus memerhatikan gerak gerik Lea, seperti malam itu. Perempuan itu bersinar, dimanapun ia berada. Ia seperti terlihat berbeda dari perempuan lainnya. Tanpa ia sadari, bibirnya tersenyum.

Waktu sudah menunjukkan sore hari, Jam kerja Lea sudah habis. Setelah mengganti pakaiannya, ia bergegas keluar dari restoran.

"Sampai bertemu besok paman!" Teriaknya.

"Ahhh" teriak Lea terkejut saat seorang pria memanggilnya.

Ia melihat Alvin sedang berlari kearahnya tergesa gesa, dengan nafas yang terengah engah ia tak mampu berbicara. Lea berusaha menenangkannya dengan memberikan air minum. Setelahnya Alvin menyodorkan ponselnya.

"Boleh aku minta nomor ponselmu?"

Lea tersenyum.

Ia menekan beberapa nomor, dan menyerahkan kembali ponsel Alvin.

Dengan canggung, Alvin tersenyum malu.

Ia menggaruk garuk kepalanya, lalu berpamitan.

"Nanti kutelepon" ucapnya sebelum pergi.