Di malam hari yang gelap tanpa bintang maupun sinar dari rembulan. Matthias dan Antonia tengah menikmati nasi kuning di sebuah warung yang kecil bersama dengan orang-orang lokal. Saat ini mereka berdua mendapatkan tugas untuk mengawal Pangeran Nicholae von Hohenzollern-Sigmaringen,sang Raja Gula asal Commewijne, Guyana Belanda.
"Kalau kau makan nasi kuning, kau akan bisa berbicara dengan Bahasa Melayu dalam waktu singkat," ujar Antonia kepada rekan ampirnya.
Matthias menghabiskan nasi kuningnya dengan sangat cepat dan meminum segelas teh hangat. Setelah itu dia menyanyikan penggalan lirik dari sebuah lagu dangdut yang cukup populer di wilayah Asia Tenggara,
"Apa salah dan dosaku, sayang?
Cinta suciku kau buang-buang
Lihat jurus yang 'kan ku berikan
Jaran goyang, jaran goyang"
Semua orang yang ada di warung nasi kuning itu tertawa melihat kelakuan kocak Matthias yang menyanyikan penggalan lirik dari lagu "Jaran Goyang" dengan logat khas wilayah Frisia Timur yang masih kental.
Wajah Antonia tersenyum lebar, di mana dia merekam kelakuan kocak dari rekannya untuk dikirimkan kepada Istrinya.
"Terima kasih Antonia sudah merekam. Nanti jangan lupa upload di YouTube atau Tiktok. Jangan lupa nanti bagi hasilnya," ujar Matthias menepuk pelan pundak rekannya.
"Tidak akan pernah," balas Antonia dengan nada dingin, dan itu membuat Matthias cemberut.
.
.
Matthias berdiri dan memantau para petani tebu yang tengah bekerja. Sebagai seorang Sarjana Pertanian, dia merasa cocok bekerja sebagai mandor tebu daripada sebagai seorang Prajurit Bayaran. Hanya karena sering bermain Perempuan, membuat Matthias harus berurusan dengan Polisi sehingga dia sempat dipenjara selama satu tahun dan dipecat dari pekerjaannya sebagai seorang mandor. Setelah dia bebas, akhirnya Matthias bergabung dengan Burgmann Groups, mengingat mantan kriminal seperti dirinya mana mungkin bisa mendapatkan pekerjaan yang layak.
Pabrik gula ini terletak di Desa Tamanredjo, Distrik Commewijnedan milik Pangeran Nicholae Hohenzollern-Sigmaringen, paman dari Antonia yang bekerjasama dengan Pemerintah Kolonial Guyana Belanda. Saat ini, Antonia selalu mendampingi pamannya kemanapun pergi, alias sebagai pengawal pribadinya.
Mobil BMW berwarna biru gelap itu tengah melaju di Jalan Oost West Verbinding menuju ke Tamanredjo. Antonia mengemudikan mobilnya, sedangkan pamannya tengah tertidur pulas di kursi belakang.
Antonia segera menghentikan mobilnya ketika beberapa berandalan menghadangnya di tempat yang sepi. Mereka berjumlah delapan orang bersenjatakan katana dan golok. Tanpa pikir panjang Antonia segera keluar dari mobilnya dan Antonia terlibat pertarungan melawan para berandalan tersebut.
Mereka bertarung dengan begitu sengit meskipun Antonia hanya tangan kosong. Antonia merebut katana salah seorang begal dan memotong tangan kanannya. Para begal begitu terkejut melihat kemampuan bertarung Antonia. Mereka tidak menyangka bahwa mereka menghadapi lawan yang kuat.
Antonia maju secara perlahan sementara para begal mundur secara perlahan. Antonia mempercepat langkah kakinya dan segera menyerang para begal yang ketakutan. Dia mengayunkan katana yang dia rampas dan memotong tangan kanan dari parah musuhnya.
"Meskipun kalian cacat, setidaknya hidup sebagai orang cacat jauh lebih baik dan mulia daripada sebagai seorang begal!" tegas Antonia. "Dengan aku memotong tangan kanan kalian, maka kalian harus mengingat kisah ini. Cepat pergi dan tebuslah dosa-dosa kalian sebagai Warga Sipil."
Para begal itu berlarian dengan darah yang terus mengalir dari tangan bagian kanan mereka yang terpotong.
"Kau memang tidak pernah main-main dalam menghadapi kejahatan, walaupun tindakanmu itu adalah tindakan anti-hero," ujar Lelaki berpakaian rapih yang diperkirakan berusia empat puluh sembilan tahun.
"Hukum harus ditegakkan dengan cara yang keras agar menimbulkan efek jera!" balas Antonia.
"Wajar saja dia dipecat dari Polisi karena tindakannya yang terlalu brutal bahkan tidak segan-segan sampai membunuh para tersangka," pikir Nicholae mengamati tindakan keponakannya. "Semua orang bisa menjadi penegak hukum demi terciptanya keadilan," sambungnya.
Sebelum menjadi Tentara Bayaran yang bekerja di Burgmann Groups, Antonia sempat bekerja sebagai seorang Polisi. Namun karena dia melakukan pembunuhan yang brutal pada para tersangka di penjara, dia dipecat dari Kepolisian, dan akhirnya direkrut di Burgmann Groups.
Burgmann Groups adalah Perusahaan Kontraktor Militer Swasta asal Prussia yang dikelola oleh Brigadir Jenderal Vladimir Frederick Albert Romanovich von Hohenzollern, salah seorang Bangsawan Prussia yang merupakan adik dari Stadtholder Nikolaus. Sebagian besar Tentara yang bekerja di Burgmann Groups adalah orang-orang yang memiliki kemampuan khusus dan unik serta memiliki catatan hitam di dunia hukum, namun masih memiliki cahaya di dalam hatinya.
Mereka tancap gas dari lokasi tersebut, sementara para begal yang telah dipotong tangan kanannya oleh Antonia tengah dihakimi oleh para Penduduk setempat. Nicholae tertawa kecil, "Sudah buntung, babak belur, dan akan menginap di penjara. Sepertinya Warga lokal terlihat kesal dan resah karena kelakuan mereka."
Antonia juga turut tertawa, "Anggap saja itu adalah hiburan."
.
.
Antonia tengah bersantai di sebuah warung kopi yang berada di lingkungan Pabrik Gula Tamanredjo. Hanya secangkir kopi hitam yang pahit dengan gorengan tahu isi yang menemaninya di siang hari yang panas.
"Pak Polisi sepertinya suka sekali minum kopi, meskipun siang ini mentari terasa begitu panas," ujar Matthias yang datang menghampirinya.
"Jangan panggil aku dengan sebutan nista itu. Itu adalah hal yang sangat memalukan dan menjijikan," balas Antonia dengan nada dingin.
"Maafkan aku kawan, bukan aku bermaksud buruk," ungkap Matthias sedikit bersalah.
"Sudahlah lupakan saja," balas Antonia.
"Bu, kopi luwak sama gorengan tahu isi," kata Matthias kepada pemilik warung.
"Siap, Mas," jawab Ibu-ibu pemilik warung kopi.
"Jangan khawatir kawan, aku akan membayarnya," ujar Matthias.
"Alasan aku dikeluarkan dari Kepolisian adalah karena aku membunuh secara brutal para Polisi yang terlibat dalam hal-hal yang bertentangan dengan keadilan. Bahkan aku membantai atasanku sendiri yang terlibat dalam berbagai kasus suap. Aku juga melakukan pembantaian terhadap para predator seks yang dipenjara. Aku merasa bahwa para pelaku kejahatan seksual lebih baik dibunuh saja dan tidak ada tempat maupun maaf untuk binatang terkutuk seperti mereka."
Suara Antonia terdengar begitu dingin serta penuh amarah, walaupun tidak meledak-ledak. Sorot matanya tajam dan mengisyaratkan bahwa dia ingin sekali membunuh orang.
"Hey, Matthias. Apakah kau mau tahu kenapa sebagian besar perut Polisi itu buncit?"
Matthias hanya terdiam dan menatap rekannya tersebut.
Antonia menyeringai dan menjawabnya, "Perut Polisi itu buncit karena mereka jarang olah raga dan sangat mencintai harta haram."
"Tapi bagiku, tidak semua Polisi itu buruk kawan."
"Kau benar Matthias, memang tidak semua Polisi itu buruk. Polisi yang baik itu ada empat, yaitu Hoegeng, Polisi Tidur, Gambar Polisi, dan Patung Polisi."
Matthias tertawa terpingkal-pingkal dengan suara yang begitu keras, diikuti oleh Antonia yang tertawa terpingkal-pingkal. Mengingat Matthias juga pernah bermasalah dengan Polisi.
"Dari Hoegeng, kita belajar arti kejujuran serta kebaikan. Tidak seperti di Negara YNTKTS, di mana para Polisi sangat cinta dunia dan selangkangan. Ada uang, semuanya beres, kalau tidak ada uang maka kau akan dipalak secara halus. Kau mengerti kan, maksudku," jelas Antonia.
"Bagaimana dengan Patung Polisi?" tanya Matthias.
"Dari Patung Polisi kita belajar, kita harus berdiri dengan tegak apapun kondisinya," jawab Antonia.
"Tapi Patung Polisi juga tidak pernah asal menilang, tidak seperti di Kota Tilang di Negeri YNTKTS, di mana plat nomor non-E akan kena tilang, dan Polisi di sana akan melakukan penilangan dengan seribu alasan, salah satunya adalah kaca spion yang tidak sesuai bawaan motor."
Antonia terkekeh, "Kalau di sana, mereka melakukan itu untuk kejar setoran. Atasan butuh setoran yang nanti akan disetorkan ke yang lebih atasnya lagi. Agar bisa dapat banyak setoran yah, salah satunya dengan menilang." Antonia tertawa keras. "Selama aku bekerja sebagai Polisi aku tidak pernah melakukan tindakan yang hina seperti itu!"
"Meskipun aku tidak tahu banyak tentang dirimu, aku tahu bahwa kau adalah orang yang baik," ujar Matthias untuk menenangkan emosi rekannya. "Bagaimana dengan Polisi tidur, kawan?"
"Polisi Tidur, mereka adalah orang-orang yang rela berkorban dengan sangat ikhlas demi Masyarakat walaupun harus diinjak-injak," jawab Antonia. "Sepertinya para Polisi di Planet sebelah di Negeri YNTKTS ini banyak yang tidak benar. Mulai dari yang harus sedia uang hingga ratusan juta agar bisa jadi Polisi bahkan sampai satu miliar. Pantas saja Polisi di sana gila, mengingat mereka menggunakan berbagai cara agar bisa jadi Polisi, meskipun harus dengan cara yang haram! Ah, semoga saja di Negeri YNTKTS semakin banyak Polisi seperti Hoegeng." Antonia meminum sebotol air putih yang segar.
Matthias tertawa pelan, "Kalimatmu benar-benar mengerikan, kawan. Awas nanti ada tukang baso bawa walkie-talkie."
"Jangan khawatir, di Guyana Belanda, hanya sedikit Polisi yang berkelakuan buruk. Itupun juga mereka akan langsung dibuang dan dicampakkan," ujar Antonia dengan santainya.
Matthias menyerahkan sejumlah uang kepada sang Ibu-ibu pemilik warung kopi.
"Terima kasih," kata sang Ibu-ibu.
"Sama-sama," balas mereka berdua.
Antonia dan Matthias tengah berjalan santai menuju ke tempat kerja mereka. Namun orang-orang terlihat berlarian menuju ke Balai Desa. Dari yang mereka dengar, katanya ada kasus pemerkosaan. Antonia dan Matthias juga ikut serta dengan para Warga setempat menuju ke Balai Desa.
Di Balai Desa, orang-orang tengah berkumpul sambil menonton keenam lelaki yang diperkirakan berusia dari dua puluh lima tahun hingga tiga puluh tahun. Mereka memfoto wajah dari para pelaku pemerkosaan yang tengah diamankan oleh pihak Desa.
"Ada apa ini?" tanya Antonia.
"Itu Tuan, mereka adalah tersangka kasus pemerkosaan," jawab salah seorang Warga.
"Lalu akan diapakan mereka?" tanya Antonia kembali.
"Salah satu di antara mereka akan dinikahkan dengan korban, sedangkan sisanya akan dibawa ke penjara," jawab Orang itu.
Antonia benar-benar marah mendengarnya, namun kali ini dia berusaha untuk tetap tenang.
"Ini benar-benar gila! Mereka seharusnya dibawa ke penjara dan dihukum seberat-beratnya, bukan dinikahkan dengan korban. Kalian semua ini tidak ada bedanya dengan anjing. Aku benar-benar muak dengan kelakuan manusia rendahan seperti mereka!" ungkap Antonia dengan penuh emosi. Bangsawan Jerman itu mengamuk dan segera menghajar keenam orang tersangka yang tengah diadili dalam sebuah pengadilan desa. Tendangan dan pukulan Antonia benar-benar keras sehingga membuat keenam Lelaki terkutuk itu langsung tak sadarkan diri.
Matthias berusaha menahan rekannya yang berdarah Bangsawan tersebut.
"Hoy, Antonia tenanglah. Jangan main hakim sendiri! Aku punya rencana, tapi aku tidak bisa mengatakannya di sini."
"Kalian semua memang, Anjing!" umpat Antonia yang berjalan pergi meninggalkan kerumunan.
Matthias berpamitan dengan orang-orang dan para Perangkat Desa, "Mohon maaf akan tindakan Pangeran Antonia." Matthias segera berjalan mengikuti Antonia.
Lelaki vampir itu berhasil menyusul Antonia yang sudah melangkah jauh.
"Apa rencanamu, Matt?!!" tanya Antonia dengan nada emosi.
"Aku dengar katanya mereka akan dibawa ke Kantor Polisi Tamanredjountuk dipenjara. Kita akan menyerang mereka dan membantai mereka di penjaranya," jawab Matthias.
"Ide bagus, kita akan segera eksekusi besok malam."
.
.
"Aku sangat menyayangkan kalimat rasis yang kau ucapkan. Kita hidup di jaman modern, bukan di jaman yang kelam," ungkap Pangeran Nicholae yang tengah membaca Injil di depan Antonia yang duduk terdiam di kursinya. "Bukankah semua manusia itu sama, baik itu orang Jerman maupun orang Bhumiputera."
"Aku benar-benar minta maaf, paman. Aku hanya terbawa emosi akan kelakuan mereka," balas Antonia yang terlihat menyesal.
Paman dan keponakannya tengah duduk dan berbicara santai di lantai atas dari Kantor Pabrik Gula Tamanredjo.
"Lain kali kau harus mengontrol emosimu. Aku tahu kau muak dengan ketidakadilan yang telah kau lihat. Namun kau juga harus menggunakan cara yang cantik dan elegan untuk menegakkan keadilan menurutmu. Terlebih lagi sekarang kau adalah seorang Ayah. Kau akan menjadi contoh serta teladan bagi Anak-anakmu."
"Aku paham itu, paman. Aku benar-benar berterima kasih kau telah menegurku dan memberikanku sebuah petuah."
"Kau beruntung memilki teman seperti Matthias, walaupun kalian memiliki masa lalu yang kurang begitu bagus. Beruntungnya Vladimir mau merekrut kalian berdua untuk melakukan pekerjaan yang sangat rawan seperti ini."
"Kalau kau ingin bermain, bermainlah dengan cantik dan elegan agar kau tidak jatuh seperti di masa lalu. Padahal aku sangat senang orang baik dan jujur seperti dirimu menjadi seorang Polisi."
"Terima kasih banyak, paman. Aku pamit dahulu."
.
.
Antonia dan Matthias tengah makan sekoteng di depan Kantor Polisi Tamanredjo. Mereka terlihat santai dengan berpakaian layaknya para preman.
"Apa rencanamu, Matt?" tanya Antonia.
"Aku sudah tahu di mana mereka berada. Aku akan membuat kabut yang sangat tebal lalu melumpuhkan para Polisi. Kita akan merebut senjata mereka lalu membantai mereka," jawab Matthias.
"Apakah mereka berenam ada di sana?"
"Mereka berenam ada di sana. Mengingat keluarga korban menolak dinikahkan dengan salah satu tersangka."
"Baguslah kalau begitu. Saatnya kita eksekusi."
Setelah mereka makan sekoteng dan sang pedagang sekoteng telah pergi dari hadapan mereka. Matthias mengaktifkan kekuatannya, yaitu kabut yang tebal.
Kabut tebal ini muncul secara tiba-tiba di musim kemarau yang panas. Para Polisi yang tengah berjaga terlihat begitu kaget dengan kemunculan kabut ini.
Antonia dan Matthias bergerak dengan begitu cepat. Mereka berlari menelusuri setiap sudut Kantor Kepolisian Tamanredjo hingga tiba di sebuah sel yang berisikan enam orang target mereka.
Antonia dan Matthias tersenyum lebar melihat bahwa target mereka sudah babak belur.
"Narapidana kasus pemerkosaan adalah kasta terendah di dunia penjara. Mereka akan disiksa oleh para narapidana yang lainnya," ujar Antonia.
Matthias membuka kunci sel tersebut dan mereka berdua segera memasukinya.
Mereka berdua sempat menghajar keenam narapidana tersebut secara bergantian lalu mereka membacok dan memutilasi keenam narapidana tersebut. Aksi pembantaian keenam manusia terkutuk itu direkam oleh kamera kecil pada kacamata yang digunakan oleh mereka berdua. Setelah memutilasi mereka berenam, Antonia, dan Matthias memasukkan kepala para tersangka ke dalam karung dan mereka berdua segera pergi meninggalkan Kantor Kepolisian Tamanredjo Distrik Commewijne.
Setelah kabut itu menghilang, terjadi sebuah kehebohan di Kantor Kepolisian Tamanredjotentang jasad tersangka pemerkosaan yang termutilasi tanpa kepala. Para Polisi terlihat ketakutan akan pemandangan horror di hadapan mereka, sebuah pemadangan dari tubuh yang termutilasi dengan usus yang terurai dari enam manusia terkutuk.
Keesokan harinya Warga Desa yang ingin menjalankan sholat shubuh dikejutkan dengan enam kepala yang ditusuk tombak di halaman Kantor Balai Desa Tamanredjo. Di setiap tombak itu tertulis sebuah kalimat dengan darah di atas kertas putih yang berbunyi, "KEADILAN HARUS DITEGAKKAN MESKIPUN DUNIA HARUS BINASA."