webnovel

Pergi belanja bersama

Sore hari yang sangat cerah. Hsmith Mall nampak sangat ramai sore ini. Sebagian pengunjung keluar dengan paper bag besar di kedua tangannya. Sepertinya ini juga akan menjadi malam yang panjang bagi sepasang kekasih. Sepasang sejoli berlalu lalang dengan mesra. Mereka nampak tidak peduli dengan keadaan di sekitarnya. Pakaian para wanita yang berlalu lalang pun sangat pendek. Beberapa menunjukkan belahan yang seharusnya tidak terlihat.

David yang duduk di dalam mobil geleng-geleng kepala. Tidak habis pikir dengan orang-orang yang sedang dimabuk asmara itu.

"Mari Nona, segera turun."

"Eh, emmm, iya."

David dengan balutan jas hitam terlihat sangat mempesona saat keluar dari mobil. Kakinya yang juga panjang membuat penampilannya semakin sempurna. Ia menghampiri Leonar, mengajaknya segera masuk ke dalam Hsmith Mall sebelum semua orang menyadari kedatangannya. Leonar yang tidak terlalu tinggi pun kesusahan untuk mengimbangi langkah David yang jenjang. Begitu mereka berdua menginjakkan kaki di pintu utama Hsmith Mall, seorang wanita tiba-tiba berteriak kencang. "Ya, Tuhan aku tidak mimpi? Sungguh aku tidak mimpi? Apakah dia benar-benar Tuan David?" tanyanya pada dirinya sendiri. Wanita itu menepuk-nepuk pipinya kencang, masih tidak yakin jika yang berdiri di depannya adalah David.

"Apakah ini benar-benar Tuan David? Oh, Tuan engkau sungguh tampan." Dia menyentuh kedua pipi David. Wanita itu kehilangan keseimbangan, tubuhnya terasa ringan, seakan melayang-layang di udara. Dia hampir saja jatuh! Namun untung saja David segera menopang tubuh wanita itu. "Ahhh, kau sungguh tampan, aghh...."

Leonar yang melihat itu langsung menelan ludah. Setengah tidak percaya melihat kelakuan wanita yang mungkin saja sebaya dengan dirinya. Dia bahkan terang-terangan memanyunkan bibirnya di hadapan wajah David.

Semua orang langsung mendekat, mengerumuni David. Para kaum wanita di sana bahkan tidak peduli lagi dengan pasangannya masing-masing. Mereka berdesak-desakan. Sebagaian ingin mengambil foto David, bahkan beberapa dari wanita di sana sempat ingin meraih tubuh David. Beringin anak buah David segera datang, menyelamatkan mereka berdua dari serbuan wanita-wanita yang sudah hilang kendali.

David menghembuskan nafas panjang. Masih tidak bisa percaya dengan kejadian yang lagi-lagi ia alami. Para wanita itu terlihat sangat murah. Bahkan David sering menerima pesan di media sosialnya bahwa para wanita itu rela berkencan dengannya tanpa dibayar sepeserpun. Tidak hanya itu, David juga sering menerima kiriaman foto-foto tidak senonoh dari para wanita.

Leonar dan David masuk ke salah satu store baju bermerek. Begitu masuk mereka langsung disambut dengan baik. Satu dua pelayan sempat menatap wajah Leonar. Mereka juga sempat memperhatikan penampilan Leonar.

"Di sebelah mana dress panjang?"

"Di bagian sana, Tuan. Mari saya antarkan," kata salah seorang pelayan kepada David.

"Tidak perlu!" jawabnya tegas.

Satu perintah itu sudah cukup memberitahu mereka bahwa David tidak perlu bantuan. Ia hanya bertanya di sebalah mana dirinya dan Leonar bisa menemukan dress panjang.

Leonar berjalan di belakang David. Ia memperhatikan orang-orang yang sedang sibuk memilih-milih fashion. Fashion dengan logo Hs adalah fashion kelas atas. Harganya bahkan tidak main-main. Sejak Leonar duduk di bangku sekolah, brand fashion itu sudah sangat terkenal. Dulu hanya teman-temannya yang benar-benar kaya yang bisa beli brand mahal tersebut.

"Tuan, Hs ini milik Tuan Hittler, bukan?" tanyanya kagum. Sementara itu David hanya menjawabnya dengan anggukkan.

'Hanya Kate dan Elsa yang selalu diberi baju-baju brand. Ayah tidak pernah memberiku barang-barang mewah.'

"Nona, kau bisa mengambil pakaian manapun yang kau mau, kecuali baju-baju ketat dan dress pendek di atas lutut."

"Apa pun yang saya mau?" tanyanya tidak percaya. Ya, ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang dikatakan David. Di sekililingnya adalah fashion kelas atas yang dibanderol dengan harga yang sangat fantastis. Sementara sekarang ia tidak punya uang sama sekali. Ia takut jika nantinya ternyata harus ia sendiri yang membayar semua baju-baju yang ia ambil.

"Tapi, saya tidak punya uang, Tuan."

"Ambil saja!"

'Hey, bagaimana jika nanti aku harus membayar semuanya? Atau jangan-jangan... Tuan David yang akan membayarkannya? Ah, tidak, tidak! Itu sangat tidak masuk akal!'

'Mereka saja sedang menghukum ayahku, dan sekarang Tuan David menyuruhku untuk mengambil apapun yang aku mau? Dia memberikannya secara cuma-cuma kepadaku? Ah, ini sangat tidak masuk akal.' Leonar curiga dengan kebaikan David. Ia masih tidak yakin untuk mengambil pakaian-pakaian di toko itu.

"Cepat, Nona!"

"Ah, iy-iya iya...."

Leonar tidak punya waktu untuk berpikir lebih banyak lagi. Segera ia mengambil dress-dress panjang yang ada di sudut toko. Ia mengambil dua dress merah muda dan putih. Ia juga mengambil tiga kaos casual dan celana panjang yang sangat lembut. Saat hendak membawanya ke David, Leonar melihat tas slempang yang sangat lucu. Warnanya pink, terdapat pita di dekat ujung tali tas. Tas itu benar-benar terlihat lucu. Ragu-ragu Leonar mengambil tas tersebut. 'Aku ingin tas ini, tapi tadi Tuan David hanya menyuruhku untuk mengambil pakaian yang aku mau, bukan semua barang yang aku mau.'

"Ambil saja," ucap seorang pria. Leonar segera menoleh. Ia melihat David yang ternyata sudah berdiri di dekatnya. Saat itu juga Leonar langsung tersenyum, senang mendengar ucapan David barusan. Itu artinya ia boleh mengambil tas tersebut.

Setelah selesai menambah pakaian, David langsung mengajak mengajaknya untuk pergi ke kasir. Di sana karyawan kasir langsung memasukkan belanjaan Leonar ke dalam paper bag bertuliskan HS di tengah-tengahnya. Begitu Leonar menerima belanjaannya, David langsung melangkah pergi.

"Tu-tuan, ini belum dibayar?" David tidak menjawab, ia terus melangkah pergi.

"Nona, tidak perlu membayar. Store ini milik Tuan Hittler," ucap kasir memberitahu. Leonar yang tadinya kebingungan pun langsung terdiam.

"Ah, begitu, ya... terimakasih." Leonar melempar senyum ke karyawan kasir. Sejurus kemudian ia segera pergi dari hadapan kasir. Setengah berlari Leonar menyusul David yang sudah cukup jauh.

"Tuann...."

"Ini gartis untukku?"

"Ya, itu untukmu, Nona," jawabnya masih sambil berjalan.

'Kenapa dia baik sekali?'

"Oh, begitu, ya... terimakasih."

"Berterimakasih pada Tuan Hittler."

"Tuan Hittler?"

"Ya, dia yang sudah menyuruhku untuk mengantarkanmu ke toko tadi."

"Kenapa?"

"Tuan tidak suka melihat pakaianmu seperti kemarin malam."

"Kenapa tidak suka? Aku mengenakannya hanya sekali saja, itupun saat aku pergi."

"Intinya dia tidak suka."

"Hmmm, baiklah. Tapi, tidak apa... dia sudah memberikanku pakaian-pakaian ini. Aku senang sekali, ini adalah pakaian termewah pertama yang kupunya, Tuan."

"Apa?" David mengernyit, menatap wajah polos Leonar yang nampak sangat jujur. Saat David hendak menanyakan maksud ucapan Leonar barusan, wanita itu sudah keburu pergi.

Leonar melihat seorang pedagang asongan yang sedang menjajakan dagangannya. Dia memanggil-manggil pedagang itu sambil berlari. "Emmm, berapa harga gantungan ini?" Leonar mengambil satu gantungan berbentuk pangeran dan putri salju yang sedang berdansa. Ia mengangkatnya dan menunjukkannya pada pedagang tadi.

"Itu harganya...."

Setelah penjual itu menyebutkan harganya, Leonar baru sadar bahwa ia tidak memegang uang sama sekali. Sisa uang pemberian Anna yang tinggal sedikit tidak ia bawa. Sementara ia sudah menghentikan pedagang itu dan menanyakan harganya.

Leonar yang sudah tidak punya pilihan lain pun akhirnya memilih untuk memberikan diri. Ia menghampiri David yang masih menunggunya di dekat mobil. "Tuan, emmm... saya ingin beli ini. Tapi sisa uang saya ada di rumah. Bolehkah saya meminjam uang Tuan? Saya janji nanti akan mengembalikannya setelah sampai rumah."

Tanpa banyak tanya lagi, David langsung memberikan sejumlah uang kepada Leonar. "Jangan membuatku menunggu lebih lama lagi! Segeralah kembali!"