webnovel

Date A Live: The Execution Spirits

seorang pemuda lelaki korban kecelakaan disebuah jembatan membuat dirinya tereinkarnasi kembali, bukan ke dunia fantasi seperti yang dia inginkan melainkan kedunia Date A Live dari Light Novel yang terakhir ia baca. setelah tereinkarnasi kembali, ia berada ditubuh seorang anak lelaki berumur 10 tahun dimana ia dirawat oleh seorang pendeta yang mengasuh panti asuhan juga, dan memiliki semua ingatan yang tubuh ini miliki. Diingatan tersebut dirinya terkapar lemas dan darah membanjiri wajahnya sampai ia melihat sesosok yang tak asing dimatanya, seorang gadis berkuncir 2 dengan mata merah menyala dan mata kuning berbentuk jam sedang menginjak jasad ibunya, demi menghormati pemilik tubuh yang ia miliki saat ini, dirinya akan menghalalkan segala cara demi melampiaskan dendam yang dimiliki oleh tubuh asli orang ini.

Nara_Ryuko · Anime und Comics
Zu wenig Bewertungen
38 Chs

Chapter 1 Menerima Segala Kenyataan

Semuanya dimulai ketika malam itu. Dimana suhu udara dijepang terasa begitu dingin, mungkin karena bulan ini pertengahan musim gugur.

Dimalam ini terjadi sebuah kecelakaan disebuah jembatan dan menabrak seseorang mahasiswa yang baru saja pulang berbelanja dari sebuah supermarket.

Tabrakan tersebut membuat tulang dikedua kakinya patah tetapi tak sampai disitu saja, ia pun langsung jatuh ke dalam sungai dan saat ia sudah berada dikedalaman sungai, dirinya hanya bisa pasrah dan menunggu kematian tiba.

Ia pun mulai menutup kedua matanya dan merasakan sesak napas yang begitu menyakitkan, dadanya serasa ditindih oleh beton beton besar yang ditumpuk secara bertahap.

Ketika membuka matanya kembali kini ia berada disebuah kamar dan terbaring lemas diatas kasur.

"syukurlah kau sudah sadar"

Ia mulai mengarahkan pandangannya ke kiri dan menatap seorang pria paruh baya dengan seragam pastor yang sedang melihat dirinya terbaring lemas diranjang.

"ka...u.."

dirinya sempat terkejut didalam hatinya karena suaranya berbeda. Kemudian ia melihat dari kedua tanganya yang menandakan tubuhnya yang berubah menjadi seorang anak kecil.

"aku seorang pastor yang sempat menyelamatkanmu. Kupikir dirimu sudah mati dan sudah kusiapkan kuburan dibelakang gereja, namun rupanya kau diberi kesempatan oleh -Nya untuk hidup."

"mati?... " Ucap dirinya yang masih heran sama sekali

"benar sekali. Aku melihat bekas tembakan tepat dijantungmu dan sepertinya karena Mana didalam dirimu itu yang menyelamatkanmu" ucap pastor memberikan penjelasan kepadanya yang sedang terbaring

"Mana?... " ucapnya yang mulai perlahan bangun dari posisi berbaring ke posisi duduk diatas ranjang.

"energi sihir... Terkadang ada beberapa kasus dimana seorang penyihir tanpa sadar memulihkan tubuhnya yang rusak dengan menggunakan Mana, tapi itu benar benar jarang sekali sejak saat itu... "

Ia pun mulai melihat keluar jendela dan diikuti oleh dirinya yang tadi sempat terpikir jika ada sihir pasti dirinya berada didunia fantasi dimana adanya Naga dan Penyihir serta makhluk aneh lainnya. Namun nyatanya saat ia melihat keluar berbanding terbalik dari yang ia bayangkan, dirinya berada didunia modern sama seperti dunia sebelumnya hidup.

Kemudian pastor tersebut mengeluarkan sebilah pisau yang tertutupi sarungnya lalu mengulurkan benda tersebut kepada dirinya

"hanya inilah yang bisa kupumut dari jasad ibumu, benar benar sungguh kasian" ucap sang pastor dengan nada datar.

Ketika ia menyentuh bilahan pisau tersebut ia langsung mengingat semua kejadian sebelum dirinya berada disebuah gereja

'begitu... Tak kusangka aku berada didunia itu dan harus bertemu dengan orang itu'

"diriku hampir lupa mengenalkan diri, namaku kotomine axle mulai sekarang kau akan kuurus dipanti asuhan milikku"

Setelah mendengar ucapan pastor dirinya mulai mengenalkan diri dan yang terlintas dipikirannya hanyalah kata 'Oberon' dalam benaknya.

"Oberon... itu adalah namaku" balasnya dengan tatapan datar

"Oberon... Nama seorang raja peri ya kurasa tak buruk sama sekali"

Pastor Axle pun mulai berdiri dan segera keluar dari dalam kamar. Sebelum ia memegang gagang pintu ia pun berucap sesuatu kepada Oberon.

"jika kau menganggap dirimu spesial mungkin kau bisa bertemu dan membalaskan dendam orangtuamu itu"

Setelahnya ia pun membuka pintu dan keluar dari dalam kamar.

"itu sudah pasti... Tak kusangka aku harus bertemu wanita itu. Roh pembunuh"

Ia mulai menarik pisau dari sarungnya dan bercermin dibelah pisaunya

"Tokisaki Kurumi... "

-To Be Continued-