webnovel

DARK VIBE : Finished The Cases.

ONLY ON WEBNOVEL! Ini bukan tentang kisah seorang penyidik polisi yang mengerjakan tugasnya, tapi ini tentang bagaimana aku menyelesaikan tugasku. Bagaimana aku memecahkan satu persatu teka–teki, mencari bukti yang tidak pernah terpikir keberadaannya, dan mencari tersangka yang sesungguhnya. Di dunia ini, kebenaran kebohongan tipis perbedaanya, mereka seolah menyatu, bagaikan butiran debu dan pasir, yang sulit untuk dipisahkan. "Aku bisa melakukannya dengan caraku sendiri." Ada unsur kekerasan yang mengandung adegan 18+ dan 21+. Lebih bijak lagi dalam memilih bacaan!^^

Iamreyn · Horror
Zu wenig Bewertungen
14 Chs

Three. Get a Fact

Kasus yang terjadi di sekolah ini sudah berjalan selama satu minggu, namun pihak penyidik masih belum menemukan apapun yang dapat mereka jadikan bukti. Entah hanya sebuah alasan semata katena pihak sekolah mungkin menyogok para penyidik untuk menghentikan kasus ini, atau ada hal lain yang memang menutupi jalan mereka untuk memecahkan semua teka–teki ini. Beberapa murid yang memiliki rasa penasaran tinggi turut berpartisipasi, walau yang mereka lakukan itu secara diam–diam, tak memungkiri jika semua yang mereka lakukan itu sangatlah berguna. "Reyn? Apa kamu masih betah duduk diem di perpus? Aku udah ngantuk, mau balik ke asrama." rengek Nessa, sembari menarik lengan gadis yang bernama Reyn.

Gadis itu hanya memutar bola matanya malas, tidak ada yang bisa ia lakukan selain membaca buku–buku keluaran terbaru dari perpustakaan. Toh memang masih banyak waktu, tapi malam hari adalah waktu yang tepat. "Kalau mau, kamu balik aja sendiri ke asrama, Nes. Aku masih betah disini." balasnya kecil, sembari semakin mendorong diri untuk dekat ke tembok. Alasan Reyn masih berada disini memang bukan sekadar membaca buku saja, ada banyak hal yang gadis itu harus lakukan, contohnya, memeriksa gudang belakang sekolah yang sudah lama tak tersentuh oleh orang–orang. Dan sayangnya, gudang itu juga adalah tempat mayat seorang guru ditemukan beberapa bulan lalu. Bulan? Yap, belum lama ini, ada kasus bunuh diri juga di sekolah ini.

Nessa yang kesal dengan jawaban dari Reyn hanya bisa menghentakkan kakinya, gadis itu mana mungkin mau pulang sendiri, setelah menjadi saksi satu minggu lalu, tentu saja mentalnya sangat diuji. Jadi, daripada ia ketakutan sendiri di perjalanan menuju asrama, lebih baik dirinya menunggu Reyn, atau ikut dengan orang lain yang akan berjalan menuju asrama. "Emangnya, buku yang kamu baca itu penting banget, Reyn?" tanya Nessa ditengah–tengah kegiatannya, dan Reyn membalas dengan anggukan, kemudian ia berkata. "Kadang, dari membaca saja kita bisa tahu banyak hal yang tidak orang lain tahu." jawabnya, seolah memberikan arti tersendiri pada Nessa. Ah, dari semua itu, sebenarnya hanya satu genre buku yang Reyn baca, yaitu Thriller.

Waktu menunjukkan pukul 9 malam, seharusnya tidak ada siapapun yang bisa masuk ke dalam sini, terkecuali penjaga perpustakaan itu sendiri. Hanya saja, selama satu minggu kegiatan malam dikurangi, karena beberapa faktor yang mungkin akan membahayakan orang–orang disini. "Menurut kamu Nes, cewe yang Minggu lalu itu beneran bunuh diri?" tanya Reyn spontan, tanpa basa–basi sedikit pun. Nessa yang namanya disebut lantas menoleh kearah Reyn, kedua alis gadis itu tertaut, seolah mempertanyakan apa yang Reyn maksud. "Jangan pura–pura bodoh, aku tau kamu ngerti sama yang kayak gini, kan?" lanjutnya lagi, dengan sedikit bibir yang dikerucutkan.

Memang, Nessa mengerti dan mengetahui tentang semua ini. Hanya saja, apakah berhak ia membahasnya? Sedangkan ada pihak berwajib yang lebih mengerti tentang kasus seperti ini. "Kalaupun dia di bunuh, alasannya apa, dan siapa pelakunya?" balas Nessa akhirnya, yang hanya dibalas smirk khas lawan bicaranya. "Untuk alasannya, lebih baik kita kesampingkan hal itu terlebih dahulu. Karena yang terpenting adalah mencari siapa dalangnya, bukan alasannya apa." jelas Reyn sedikit, dan Nessa mengangguk paham. Memang jika mencari alasannya terlebih dahulu akan membuat proses penyidikan berlangsung lebih lama, tapi polisi menggunakan cara itu.

"Mungkin gaksih, kalau pelakunya itu guru? Kan ada rumor tuh, kalau guru di sekolah ini pacaran sama murid. Bisa aja korban minggu lalu itu hamil, jadi di dorong gitu." timpal Nessa, memberikan argumennya. Reyn menggelengkan kepalanya kecil, guru yang dirumorkan dekat dengan murid itu sudah dikeluarkan, dan tidak mungkin ada untuk kedua kalinya. Jika memang benar pelakunya adalah seorang pria, seharusnya akan lebih banyak luka, atau setidaknya, bekas cekikan di leher korban itu lebih parah, karena tenaga pria dan wanita lebih kuat pria. "Tapi anehnya, engga ada sidik jari siapapun yang menempel ditubuh gadis itu, Nes." kata Reyn lagi, memberikan fakta baru pada Nessa.

Nessa terdiam sejenak mendengar perkataan Reyna, memang benar, polisi tidak menemukan adanya sidik jari, atau campur tangan orang lain di tubuh korban ketika diperiksa lagi. Bahkan, tubuhnya sangat bersih tanpa adanya luka atau apapun, begitu kata tim forensik. Reyn memang sudah mengikuti kasus ini sedari awal, entah kenapa ia sangat tertarik untuk mengungkap kasus pembunuhannya. "Nes, kalau misalnya korban hari itu engga meninggal? gimana?" pertanyaan itu membuat tubuh Nessa sedikit bergidik ngeri, jika siswi yang hari itu belum meninggal, tak terbayang betapa sakitnya hidupnya sekarang. Dan pasti, ia akan merasakan trauma yang sangat mendalam. "Kamu waktu itu ambil tindakan pertama, 'kan Nes? Apa mukanya biru atau gimana gitu?" tanya Reyna secara tiba–tiba, dengan pandangan yang masih terfokus pada bukunya.

Nessa mengingat–ngingat hari itu, ia tidak melihat kebiruan apapun di tubuh korban, Nessa hanya melihat matanya yang terbuka lebar, seolah ia mati dalam keadaan terkejut. "Kamu kok kayaknya ambis banget sama kasus ini, kenapa?" pertanyaan itu seolah menjadi boomerang bagi Reyna, ia bahkan belum punya jawaban untuk pertanyaan ini, dan alasan Reyn yang hanya ingin tahu saja, tentunya bukan alasan yang masuk akal. "Aku udah lama sekolah disini, kamu juga. Mustahil kamu gak penasaran sama kasus–kasus yang ada di tempat ini, apalagi ini adalah kasus terbesar dari semua kasus yang terjadi." jelas Reyn, namun hal itu kembali membuat pertanyaan baru di otak Nessa.

Nessa tahu jika Reyn adalah murid baru, gadis itu sebelumnya bersekolah secara private, dan baru masuk awal tahun kemarin. "Reyn, aneh juga kamu sebagai murid baru, tapi tau semua sama masalah yang ada disini." ujar Nessa menengahi, membuat Reyn sedikit tergagap. "Aku murid baru, cuma aku cari tau semua tentang sekolah ini, Nes." balasnya, sembari tersenyum kearah Nessa. Reyn tidak akan kalah dalam beramsusi, gadis itu punya banyak alasan untuk menjawab pertanyaan–pertanyaan mencurigakan dari Nessa, atau siapapun.

"Nes, sekarang kita pulang aja ke asrama. Kamu dari tadi udah ngerengek pengen pulang, kan?" sembari membereskan buku–buku yang ingin Reyna bawa, gadis itu menarik kerah baju Nessa, gadis itu kini sedang menelusupkan kepalanya ke ujung meja, terlihat lesu dan sangat malas. "Aku jadi kepikiran, kalo beneran korbannya masih hidup gimana ya?" Reyn terkekeh kecil, kenapa Nessa sangat mudah untuk dibodohi? Padahal ia hanya sedang bercanda saja, toh mustahil juga jika orang masih hidup ketika ia terjatuh dari lantai empat.

"Masih hidup, tapi di alam lain, Ness. Nanti kamu ketemu dia kalo udah nyusulin dia juga."